[Sudah di revisi]
"Gak terasa ya, sekarang kamu udah sebesar ini. Padahal rasanya baru kemarin Ibu nyusuin kamu, nimang–nimang kamu, eh sekarang udah dewasa aja," ujar Gita.
"Kan aku makhluk hidup Bu, pastinya akan tumbuh dan berkembang." Destira duduk di kursi depan rumah dan Ibunya yang sedang mengepang rambut panjangnya.
"Iya, cepet banget rasanya. Baru kemarin kamu ngerengek–rengek minta di temanin tidur, pas udah gede gini kalo ibu masuk kamar malah di usir!" Destira cengengesan tak jelas. "Habisnya aku belum ngantuk udah di suruh tidur aja," ujarnya.
"Ibu kan cuma ngingetin," ujar Gita.
"Udah selesai belum Bu, ngepanginnya?" tanya Destira.
"Udah." Destira bangkit lalu berkaca di jendela rumahnya. Ia tersenyum senang. "Kepangan buatan ibu bagus banget, aku suka," ujarnya sambil terus tersenyum.
"Makasih Ibu, love love buat Ibu muahh!" Destira mencium pipi Ibunya lalu masuk ke dalam rumah.
"Dasar bocil," gumam Gita sembari geleng-geleng kepala.
***
Destira menuruni tangga rumahnya dengan langkah gontai. "Ibu, aku pamit dulu ya. Mau ke mini market," pamit Destira kepada Ibunya yang sedang merapihkan meja makan.
"Sama siapa? Naik apa? Beli apa?" tanya Gita dengan berbondong-bondong.
Destira terkekeh kecil. "Ibu bawel banget deh, cuma ke mini market juga."
Gita berdecak pelan akan itu. "Wajar kalo Ibu bawel, karena kamu itu udah dewasa dan ibarat daging tuh udah enak buat dimakan."
"Iya bu, aku bisa jaga diri kok." Destira tersenyum ke arah Ibunya.
"Yaudah kamu naik ojol aja ya?" Destira menggelengkan kepalanya. "Enggak ah, aku mau jalan kaki aja. Udah ya Bu, takut kemaleman. Bye!"
***
Destira memasukan barang–barang keperluannya. Setelah selesai, dia pun membayarnya lalu keluar dari mini market.
Dia duduk di kursi depan mini market itu menunggu hujan agar berhenti sambil meminum mizone yang sengaja ia beli tadi.
Destira melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya.
"Jam setengah 8, kalo gue tungguin berhenti pasti bakalan lama," gumam Destira.
"Kalo gue nerobos, pasti gue bakalan kelebes. Ck! Serba salah banget!" Destira memainkan ponselnya.
"Udah lama?" Seseorang duduk di kursi samping Destira. Destira mendongak ternyata Devano yang duduk di sampingnya.
"Lumayan," ujarnya singkat. Masih ingat dengan perkataan Devano yang menyakiti hatinya beberapa waktu lalu.
"Gak mau pulang?" Destira menggelengkan kepala. "Nanti aja."
Devano mengangguk.
Hening, hanya ada suara hujan yang turun membasahi bumi.
Devano berdehem membuat Destira menoleh. "Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sendirian [Selesai]
Teen FictionSudah di revisi dan cerita sudah ending✔️ Selamat membaca kisah cinta 2D💜 Gimana si, rasanya mencintai tanpa dicintai balik? Sakit bukan? Begitulah yang di rasakan oleh cewek yang bernama lengkap Destira Kasavanya. Destira awalnya hanya kagum kepad...