21. LUKA LAGI

552 45 48
                                    

[Sudah di revisi]

"Pastiin, hati lo itu untuk siapa," ujar Rayhan menasihati Devano.

"Gue tanya, lo suka sama Destira?" tanya Tirta membuat Devano diam.

"Diam berarti iya," simpul Rayhan.

"Gue gak tahu," ujar Devano.

"Gak tahu apa? Jangan jadi cowok brengsek yang mencintai dua hati." Menusuk, Devano hanya diam mendengar ucapan Rayhan.

"Hubungan lo sama Lala tuh sebenarnya apa Dev?" Itu Tirta yang bertanya.

Devano menoleh, menatap dua temannya yang kini sedang menatapnya. "Lala cinta pertama gue," ujar Devano memulai ceritanya.

"Tiga tahun lalu, saat gue masih kelas 7 SMP. Gue berteman dengan Lala, karena bonyok gue juga akrab sama bonyoknya Lala. Kita berteman baik awalnya, hingga suatu hari gue nyatain cinta ke dia, gue gak tahu kenapa gue bisa cinta sama dia." Devano memandang lurus ke depan, memori kelam berputar di ingatannya.

"Lala nerima gue, waktu itu gue seneng banget karena cinta gue gak bertepuk sebelah tangan. Kita jalani hubungan diem-diem, tanpa di ketahui warga sekolah, hanya orangtua gue dan orangtua dia yang tahu. Namun, hubungan gue gak bertahan lama, karena ada seseorang yang menghancurkan diam-diam."

"Orang yang ngehancurin hubungan gue sama Lala itu, sahabat dekatnya Lala sendiri. Kita putus, Lala sangat frustasi saat itu, dia sering ngurung diri di kamar, begitupun gue, tapi gue berusaha kuat untuk itu. Hingga akhirnya, orangtua Lala marah ke gue, kita di pisahin. Lala di bawa pergi ke luar Negeri yang gue enggak tahu itu kemana, dan baru ketemu lagi pas Lala pindah kesini."

Rayhan dan Tirta diam sebentar, mencerna kata yang keluar dari mulut Devano.
"Intinya, lo sama Lala masih saling mencintai saat ini," ujar Rayhan.

"Gue gak tahu Ray, gue bingung," kata Devano dengan pelan.

Rayhan berdecak. “Lo pinter dalam matematika, namun lemah soal cinta,” ujarnya sok puitis.

Tirta melongo, yang barusan ngomong itu Rayhan? Sok puitis banget.

“Najis Ray, lo ngomong sok puitis banget. Gak cocok tau gak?” cibir Tirta dengan nada sinis.

“Ck, gue bilang yang sebenarnya.”

Ketiganya berada di halaman belakang sekolah yang sepi, sebut saja taman, duduk di bawah pohon rindang sambil menatap langit dan awan yang kini begitu indah.

“Hari ini panas banget ya,” keluh Tirta mengusap peluhnya yang mengalir.

“Iya, sepanas melihat dia sama yang lain,” sambar Rayhan agak ngegas.

Sontak kedua temannya menoleh ke arah cowok itu. Rayhan menaikan sebelah alisnya. “Apa?” tanyanya.

“Lo kenapa dah, sensi amat kayanya,” ujar Tirta.

“Gapapa.” Hanya itu jawaban yang diberikan Rayhan, membuat kedua temannya tidak puas.

“Cewek banget jawabnya gitu.” Devano mengangguk membenari ucapan Tirta.

Cinta Sendirian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang