27. MENGHAKIMI

586 43 28
                                    

[Sudah di revisi]

Ketika Devano masuk kedalam cafe dan benar saja di dalam dia melihat ada Lala yang sedang di usapi punggungnya oleh Rayhan karena cewek itu masih menangis.

Sial, dia cemburu.

Gigi Devano bergemelutuk, dia marah. Tidak rela jika Lala di sentuh oleh orang lain.

“Lepasin tangan lo atau gue buntungin,” peringat Devano.

Sontak, Rayhan melepaskan tangannya dari punggung Lala. Lalu dia mendongak dia sudah mengetahui itu suara siapa.

“Santai, gue cuma nenangin dia. Gak ada niat nikung sama sekali,” ujar Rayhan.

“Minggir!” ujar Devano ketus mendorong Rayhan agar berjarak lebih jauh dengan Lala.

Cowok itu duduk di sebelah Lala sambil menatap tunangannya itu.

“Possessive banget temen lo Ray,” bisik Tirta di telinga Rayhan.

“Temen lo juga!”

“Bisa tinggalin gue berdua?” Itu bukan pertanyaan namun sebuah perintah yang harus di patuhi.

“Lala gak mau, Lala mau pulang!” kata Lala berdiri dari duduknya.

“Kita harus selesain dulu, jangan kaya anak kecil.”

“Pokoknya Lala gak mau denger apa-apa, Lala cuma mau pulang!” sentak Lala.

Devano menggeram matanya menatap tajam Lala, dia mencengkram lengan Lala lalu menariknya keluar cafe.

***

“Gak seperti yang lo lihat,” ujar Devano pada Lala yang menunduk.

“Tapi Lala lihat Vano ciuman sama cewek itu,” kata Lala.

“Itu karena lo lihatnya dari belakang, jadinya kaya gitu.”

“Aslinya? Lala gak percaya Vano gak ngelakuin itu sama dia.”

Devano mengernyit. “Apaan sih, gue gak ngapa-ngapain!”

“Mulut pinter bohong,” tukas Lala.

“Lo gak percaya sama gue?” tanya Devano dengan tatapan mengintimidasi. “Lo raguin perasaan gue?” lanjutnya.

“Bukannya enggak percaya, cuma kurang percaya.”

“Lo gak punya bukti kalo mau nuduh gue macam-macam sama Elfa,” ujar Devano.

“Bahkan Vano tahu siapa nama cewek itu.”

Devano mengacak rambutnya kasar, dia bingung mengapa Lala mengapa jadi seperti ini. “Gue tahu karena dia anak Osis dan kita satu seksi bidang,” jelas Devano.

Apa penyebab Lala berubah curigaan seperti ini? Pasti ada yang memprovokasikan.

Destira, satu nama itu terlintas di dalam otaknya. Apakah Destira yang menyebabkan Lala seperti ini.

Lihat saja nanti apa yang akan ia lakukan terhadap cewek itu, ia harus memberi balasan yang setimpal.

“Siapa yang ubah sifat lo kaya gini?” tanya Devano.

“Apa? Lala gak berubah,” sergah Lala sambil mengusap matanya yang basah, iya dia menangis.

“Lo berubah. Curigaan, dan gak mau dengerin omongan gue.”

“Curigaan? Bukannya dalam sebuah hubungan itu wajar ya?”

Devano menghela napas pelan, ia harus mengalah. “Yaudah, maafin gue ya,” ujar Devano menarik Lala ke dalam pelukannya.

Cinta Sendirian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang