2. TERPESONA DAN SAKIT HATI

1.4K 126 68
                                    

[Sudah di revisi]

Kini Destira telah rapi dengan seragam sekolahnya, ini hari rabu yang artinya sekarang Destira akan ada praktik pelajaran produktif. Destira memasukkan werpack nya kedalam tas serta buku-buku pelajaran yang akan dibawanya hari ini dan jangan lupakan sebuah novel, ia sangat suka membaca buku tapi tidak dengan buku pelajaran.

"Assalamualaikum." Destira memberi salam saat masuk ke dalam kelasnya.

"Waalaikum salam," jawab para penghuni kelas serempak tanpa menoleh siapa yang datang karena mereka sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Ada yang menyalin PR berjamaah, ngegame, sarapan dan lain sebagainya. Destira segera mendaratkan bokongnya ditempat duduknya yang terletak dibaris dua dari depan, ia menguarkan novel dari dalam tasnya dan mulai larut dalam imajinasinya.

"Eh Ra, lo udah ngerjain PR mikro belum?" Aldi duduk di kursi samping Destira karena Anya belum datang.

"Udah." Destira menjawab dengan singkat tanpa mengalihkan tatapannya dari novel yang sedang ia baca itu. "Emang kenapa?" lanjutnya bertanya namun pandangannya masih serius menatap novel.

Aldi menyengir kuda. "Gue nyontek dong Ra," ujarnya.

Destira mengeluarkan bukunya memberikannya kepada Aldi. "Due singgit ya," ucap Destira bercanda.

"Istrinya Ismail bin Mail lo?" Aldi terkekeh kecil.

"Ogah banget gue jadi bininya  bocah kurang asupan vitamin. Dari gue umur 5 tahun sampe sekarang udah 16 tahun, kaga gede-gede!"

"Gede nanti pasti ganteng tuh Ra."

"Percuma ganteng." Destira menjeda ucapannya. "Kalo belum ada kejelasan hubungan dia sama Mei-mei,” lanjutnya membuat Aldo tertawa keras.

"Udah lo sana nulis, awas! Jaga selagi ada genggam selagi dapat, awas tuh!" Destira mendorong bahu Aldi.

"Anjir bucin mbak bro!"

"Ngerti sama ucapan gue gak lo?!" tanya Destira berubah galak.

Aldi mengangguk. "Iya ngerti, tenang aja gak sampe gue rusak kok!" ujar Aldi.

"Yaudah sana kerjain nanti keburu Pak Ben masuk!"

"Oke Ra, siap!" Aldi kembali duduk di bangkunya dan menyalin buku PR milik Destira.

***

"Eh Nya lo tau gak, ka–"Destira belum selesai berbicara namun Anya telah memotongnya

"Enggak," sela Anya cepat.

Destira memutar bola mata malas kemudian mendengus kesal. "Kan gue belum cerita nya makanya dengerin dulu kalo gue ngomong." Destira menoyor kepala Anya. Anya hanya menyengir kuda

"Semalam gue chat Devan." Destira memulai ceritanya, Anya mengernyit bingung. "Devan siapa?" tanya Anya.

"Ketua Pramuka." Ucapan Destira barusan membuat kedua mata Anya membulat sempurna.

"Anjir lo berani?!" Anya berteriak heboh membuat orang yang berlalu lalang di area  bengkel menoleh ke arah mereka.

"Gak usah histeris gitu kali Nya. Malu di liatin banyak orang!" peringat Destira.

Anya meringis. "Sorry, gue gak nyangka aja gitu kalo lo berani chat Devan. Oh iya terus kelanjutannya gimana?"

"Di read doang sama Devan, tapi gue enggak tau nomer gue di save atau enggak." Destira sedikit sedih ketika Devano tidak membalas pesannya.

Anya tergelak. "Mampus, lagian sok banget, Devan di gebet, dia kan anti banget sama cewek!"

"Siapa tau dengan adanya gue dia gak terutup lagi sama cewek-cewek di sekolah."

Cinta Sendirian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang