16. DEVANO CEMBURU?

818 66 37
                                    

[Sudah di revisi]

Destira membuka pintu rumahnya lalu duduk di sofa ruang tamu sambil memijat betisnya yang pegal karena habis membantu penjaga perpustakaan menjaga dan membersihkan perpustakaan sekolah.

Selepas pulang sekolah tadi Destira mampir dahulu ke rumah temannya untuk mengambil hasil tugas kelompoknya satu minggu lalu.

"Huft." Destira menghela napas pelan menumpukan seluruh badannya ke sandaran sofa.

Lalu Destira melirik jam berwarna ungu yang melingkar manis di tangan sebelah kirinya.

"Jam setengah lima," gumamnya.

Lantas ia masuk ke dalam kamarnya menaruh tas sekolahnya lalu langsung mandi karena merasakan badannya sangat lengket.

Destira menarik napasnya lagi lalu menghembuskan dengan pelan. Di tambah, tadi di kelasnya ada ulangan matematika dadakan. Melihat angka yang berjejer dari kanan sampai kiri itu membuat kepalanya terasa ingin pecah.

Dengan rasa lelahnya yang masih sangat terasa, mau tak mau Destira turun ke bawah untuk makan, rasanya perut Destira seperti di remas-remas saat ini.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar.
"Bentar." Destira bangun dari duduknha kemudian membuka pintu rumahnya.

Terlihat seorang kurir yang sedang menenteng kantung plastik, entah apa isinya. Bingung, padahal Destira tidak memesan apa-apa.

Destira mengernyitkan dahi sebentar, lalu bertanya. "Cari siapa ya Mas?"

Kurir itu melihat ponselnya kemudian menatap Destira sebelum berucap.
"Saya cari Mbak Destira ada gak?" tanya kurir itu.

"Iya saya sendiri kenapa ya Mas?"

"Ini Mbak, ada titipan." Kurir itu menyerahkan kantung plastik berukuran besar yang Destira tidak tahu apa isinya.

"Dari siapa ya Mas?" Destira kembali bertanya akibat rasa penasarannya.

"Saya gak bisa sebut namanya Mbak, amanah dari yang kasih gitu. Katanya di dalam ada suratnya. Makasih Mbak." Kurir itu pun melenggang pergi dari rumah Destira.

Destira segera masuk ke dalam rumahnya lalu membuka titipan yang entah asalnya dari siapa.

Di dalamnya terdapat satu kotak lumayan besar, sebelum membukanya Destira membaca surat yang di kirimkan oleh orang itu terlebih dahulu.

To: Destira

Makanannya jangan lupa di makan, walaupun bukan gue yang anter, itu juga butuh perjuangan Ra. Maaf gak bisa nganterin langsung ke rumah lo, karena masih ada urusan. I'm sorry.

From: Devan

Destira mengulum senyumnya bolehkah sekarang ia baper dengan sikap dan perilaku Devano terhadapnya? Pipinya memerah, perutnya pun seperti ada ribuan kupu-kupu di dalamnya, raga nya seperti melambung tinggi di atas awan.

Rasa lelahnya seolah hilang begitu saja setelah mendapat kiriman makanan serta surat dari Devano.

• • •

Jam sudah menunjukan pukul 18.05, namun langit jingga masih terlihat.

Destira sedang duduk di ayunan belakang rumahnya saat ini menyaksikan pemandangan yang menurutnya sangat indah saat ini.

Senja, Destira sangat suka dengan senja. Katanya senja itu indah apalagi kalau lihatnya berdua dengan orang yang kamu cintai, akan lebih indah, mungkin. (Author belum pernah ngerasain soalnya:v)

Cinta Sendirian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang