13. BAIKAN

489 79 28
                                    

[Sudah di revisi]

Hari ini hari senin, hari dimana hampir semua anak sekolah mengeluh karena harus bangun pagi di lanjutkan dengan upacara bendera.

Semua anggota Osis berjaga di depan gerbang untuk mengawasi siswa yang tidak memakai atribut.

Termasuk Destira dan Devano, tapi mereka berjaga di gerbang yang berbeda.

Untung gak satu tempat.

Saat bel upacara berbunyi semua anggota Osis yang tadinya berjaga pun menuju ke lapangan. Semua siswa sudah berbaris rapi di lapangan, para anggota Osis yang tugasnya untuk mengawasi siswa yang berisik saat upacara pun sudah melaksanakan tugasnya.

Destira berjaga di barisan kelas 11 bersama Rachel dan Devano. Rachel berdiri di tengah–tengah memisahkan jarak antara Destira dan Devano.

"Duh Ra, kayanya gue di panggil sama Pak Daryl deh. Di suruh periksain tas anak-anak yang telat," ucap Rachel.

"Masa gue di tinggal sendiri si Hel," ujar Destira.

"Kan ada Devano Ra."

Destira menghela nafas pelan, melirik Devano yang sedang memandangnya. "Yaudah deh kalo udah selesai balik lagi ya."

Rachel menunjukkan jempolnya lalu pergi.
"Sip."

Keadaan hening menyelimuti mereka berdua di tambah berjalannya upacara.
Devano bergeser sedikit, mengikis jarak yang ada di antara mereka membuat Destira menoleh sekilas.

"Ra," panggil Devano.

Destira diam pandangannya masih lurus ke depan.

"Gue--"

"Kalo upacara gak boleh ngobrol." Destira memotong ucapan Devano dengan cepat.

"Ini penting Ra, gue nge--"

"Omongin nanti."

Devano menghela napas pelan. "Sekarang aja lo nolak, apalagi nanti." Tepat setelah Devano mengucapkan itu upacara pun selesai.

"Sore nanti gue tunggu di taman komplek." Devano mengelus puncak kepala Destira lalu pergi meninggalkan Destira yang terdiam.

***

Bel istirahat berbunyi kantin adalah tujuan utama para siswa untuk mengisi perut mereka yang sudah lapar.

Destira saat ini sedang berada di dalam kelas dia tidak sendirian ada beberapa teman sekelasnya, mayoritas laki–laki. Hanya bermain mobile legend atau tidur, dan yang perempuan hanya dia sendiri.

Sedang asik-asiknya membaca novel ada yang mengetuk pintu kelas Destira membuat cewek itu menoleh.

"Assalamualaikum."

Tirta, cowok itu datang dengan napas terengah-engah seperti orang yang habis berlari, menumpuhkan tangannya di lutut.

"Waalaikum salam."

"Ada yang namanya Destira gak?" tanya Tirta kepada semua penghuni kelas.

Destira mengacungkan tangannya.
"Gue, kenapa?"

Destira berjalan menghampiri Tirta yang berdiri di depan pintu.

"Gue mau ngomong serius sama lo."

Cinta Sendirian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang