24. HARI BAHAGIA

637 46 25
                                    

[Sudah di revisi]

Kali ini, Destira benar-benar membuktikan ucapannya untuk menjauh dari Devano, ketika melihat cowok itu di sekolah ataupun di luar sekolah, dia tidak peduli.

Sebenarnya, dia belum benar-benar bisa mengikhlaskan serta melupakan Devano dari hidupnya, tapi ia harus belajar dari sekarang.

Akan ada masanya, kita yang dulu dekat seperti magnet, kini menjauh seperti kutub utara dan selatan.

Sebabnya entah karena bosan atau ada hal lain yang tidak bisa di ceritakan olehnya.

Hubungan Devano dengan Lala pun berjalan dengan semestinya, kabarnya mereka kini kembali bersama dalam status calon tunangan.

Betapa hancurnya Destira saat mendengar kabar itu, rupanya, Lala mengasih Destira berupa undangan kemarin, untuk datang ke acara tunangannya dengan Devano.

Malam ini, acara itu di adakan. Destira bingung, apakah ia harus datang dengan kondisi hati yang remuk redam?

Kalian tahu lah, gimana rasanya jadi Destira. Pasti akan sangat sesak.

Tetapi, dia harus bisa menghadapi semuanya. Ini sudah takdir Tuhan, tidak bisa di bantah. Mungkin ini yang terbaik, Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk umatnya.

Yang penting sudah berusaha, masalah hasil mah belakangan. Dan, ini jawaban dari semua doa-doa yang Destira panjatkan selama ini.

Bertemu, bersatu, mengikhlaskan.

Siklus kehidupan, ya seperti itu. Awalnya bertemu, lalu bersatu, dan terakhir mengikhlaskan.

Memang Destira kurang sadar diri, sudah tahu Devano tidak cinta tetap saja di paksa.

Malam ini, suasana tempat berlangsungnya acara bertunangan Devano dengan Lala begitu ramai dan megah. Destira sudah berdiri di depan gedung besar itu, ia belum berani masuk kedalam, lebih baik menunggu Fany tiba.

Mungkin orangtua Devano dan Lala sudah menyiapkan semuanya semaksimal mungkin hingga acara pertunangan mereka pun semegah dan semewah ini. Destira meneguk ludahnya kasar, butuh merogoh kocek banyak sepertinya untuk biaya pertunangan saja.

Sekitar lima belas menit lamanya dia menunggu Fany didepan tempat berlangsungnya acara itu, cewek itu pun datang dengan memakai dress biru mudah serta high heels setinggi 3 CM yang dijadikannya sebagai alas kaki.

“Ayo masuk,” ajak Fany yang dibalas anggukan oleh Destira.

Didalam hati, Destira terus merepalkan doa agar terlihat tegar di depan semua orang nanti. Padahal, hatinya sudah remuk redam sekarang.

“Gue tahu lo kuat.” Destira tersenyum simpul menanggapi ucapan Fany.

***

Saat sampai didalam, sudah banyak sekali orang-orang memakai jas ataupun dress yang tentunya sangat cantik dan tampan.

Tidak banyak yang diundang dalam acara pertunangan Devano dengan Lala ini, dia tidak ingin dikeluarkan oleh pihak sekolah karena bertunangan sebelum waktunya.

Devano sih tidak apa-apa, tapi kan Lala kasihan, mana anak baru lagi.

Melangkahkan kaki untuk masuk lebih dalam, mencari dimana kah dua sejoli itu berada. Destira maupun Fany mengedarkan pandanganya.

“Tuh disana, ayo.” Fany menarik lengan Destira agar cewek itu berjalan ke arah hiasan kerlap-kerlip yang sengaja dibuat oleh sepertinya.

Bismillah.

Cinta Sendirian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang