3

408 33 6
                                    

Pamparapaparaaaaaa...
Akuh balik lagi, Gaes.
Untuk yang udah baca part 1 sama 2, vote sama komennya boleh ditinggalin yak...

Ini cerita Mamas Ares sama Si Nay yang hobbynya berantem, giliran jauhan malah saling cari.

****

Monday ...

Aku melangkah santai ke kantor yang sekarang menjadi tempatku mengumpulkan pundi-pundi uang. Pake sandal jepit adalah kebiasaanku, aku tak peduli dengan pandangan orang yang menyepelekan ketika aku memakai sandal jepit kesayanganku ini.

"Nay, lo dicariin bu Indah," kata Miko yang baru saja keluar dari ruanganku.

Aku berpikir sejenak, sepagi ini ada perlu apakah bu Indah yang cantik nan bahenol itu kepadaku. Mungkinkan aku akan mendapat suntikan lagi? Suntikan kekesalan karena wanita yang memiliki tiga anak itu selalu melampiaskan kemarahannya padaku.

"Assalamualaikum," ucapku ketika membuka pintu ruangan.

Kulihat wanita bernama bu Indah, langsung menatapku dengan tatapan mengerikan. Aroma tak sedap mulai menguar, aku berharap semoga masih bisa diberi kesempatan untuk bahagia hari ini.

"Nay, sini dulu," katanya memanggilku.

Setelah meletakan tas ranselku, aku langsung mendekat padanya.

"Ini cara download dari youtube gimana?" katanya lembut.

Daebakkk!!!

Aku tercenung sejenak, begitu enaknya jika wanita itu setiap hari bisa lembut seperti itu.

"Oh gini, Bu."

Aku langsung menarik mouse dari tangannya dan mengajarinya dengan pelan sampai dia paham cara download film dari youtube.

"Jadi, saya klik yang ini? Terus copy link? Terus masuk ke Google, cari savefrom youtube. Kemudian copy ke sini? Dan tunggu lalu klik tulisan download."

Aku mengangguk membenarkan, persis seperti apa yang kuajarkan. Setelah itu dia menyuruhku kembali ke tempat. Sebelum memulai aktivitas bekerja hari ini, kegiatan wajib kami adalah ke kantin untuk sarapan. Kecuali bu Indah, dia orang yang paling banyak tingkah di ruangan ini.

Aku, Ela, Yuni dan Rasti. Sudah berada di kantin sambil menikmati sajian mie goreng andalan kami.

Aku merasakan getaran dari saku baju yang aku kenakan. Kulihat di layar ponsel ada nama Ares di sana. Dengan malas-malasan aku mengangkatnya.

"Di mana lo?"

"Di kantor, kenapa?" kataku dengan nada judes, aku tak bisa berlembut-lembut dengan Ares.

"Turun lo, gue di depan kantor lo!" katanya penuh perintah.

"Gue lagi di kantin, sebrang kantor," kataku yang berdehem tak enak, karena sudah salah omong.

"Yaudah tungguin!"

Sambungan telpon pun terputus. Aku mendesah pelan, seandainya aku punya kekuatan super untuk mengalahkan Ares, maka aku tak akan sefrustrasi ini jika dia sudah bertitah.

"Kenapa, Nay?" Ela angkat bicara setelah mendengar helaan napas yang tadi kukeluarkan.

"Biasa, si Ares," kataku pelan.

Ela tersenyum menggoda, yang orang tahu tentangku dan Ares adalah kami sepasang kekasih yang saling mencintai. Padahal aku sudah bercerita semuanya. Mereka bilang aku harus berjuang untuk mendapatkan hati Ares yang membatu itu.

Miracle In 29thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang