20

311 24 1
                                    

Sebulan telah berlalu, aku sudah mendengar kabar kalau Ares sudah melamar Leana meskipun belum secara resmi. Tadi pagi sebelum aku berangkat tante Desi datang ke rumah meminta mama untuk membantunya memasak. Pembicaraan yang hanya sepintas kudengar, setelah menyapa tante Desi singkat aku langsung pamit pergi.

Sekarang aku semakin merasa sesuatu yang membuatku seperti kehilangan nafsu untuk hidup. Semangatku yang biasanya menggebu sekarang padam. Suasana hatiku akhir-akhir ini sedang tidak karuan sama sekali.

Faktanya aku sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Tempo hari Naren menghubungiku dan menceritakan bahwa Ares dan Leana sudah tunangan.

Di sela-sela kesibukanku melamun aku mendapatkan ponselku bergetar, aku langsung melihat nama Dita di layar ponsel. Aku langsung mengangkat panggilan itu.

"Iya, Dit?"

"Nay, ke mol yuk sekarang, temenin gue beli baju bayi."

"Harus sama gue banget?"

"Mumpung gue bisa ngabur, Nay. Gue traktir Nonton."

Benar sekali, perempuan cantik yang kebenaran bersahabat denganku ini bisa kabur saat jam kerja, biasanya ia paling susah untuk diajak bolos kerja. Aku yang memang lagi malas untuk mengerjakan sesuatu, meminta izin ke bu Mita untuk pulang cepat.

Aku menunggu Dita di Lobby, tak lama mobil Dita muncul. Aku langsung memasuki mobilnya dan dengan kecepatan standar Kami bisa sampai di mol dengan selamat.

Seperti yang Dita bilang tujuan kami langsung ke salah satu brand yang menjual perlengkapan bayi. Aku membantu Dita memilih baju bayi yang didominasi oleh warna pink. Dita bilang anak dari teman kantornya itu seorang bayi perempuan.

"Nay, Rama bilang dia mau ngelamar gue," ucap Dita membuat langkahku terhenti.

Rama seorang lelaki tampan yang membuat Dita luluh. Mereka sudah berpacaran hampir satu tahun. Aku senang sekali mendengar jika Rama ingin menikahi sahabatku ini. Aku benar-benar bahagia, melebihi apapun.

"Dit, serius gue senang banget dengernya." Aku memeluk erat Dita sampai sudut mataku mengeluarkan setitik cairan bening.

Dita menuntunku duduk di sebuah tempat makan. Aku memesan chocolate ice yang memang favoritku. Aku menatap Dita dengan bahagia. Memang selama ini Dita jarang sekali mengekspos kedekatannya dengan Rama.

"Gimana rasanya dilamar, Dit?" tanyaku penasaran. Dita senyum-senyum sendiri.

Ia menatapku dalam, seolah sedang menimbang sesuatu.

"Nay, gue tahu perasaan lo sebenarnya."

Aku membalas tatapan Dita, aku ingin memintanya untuk tidak membicarakan hal yang tidak penting.

"Kalau lo mau nangis, nangis aja," lanjutnya lagi.

"Ngomong apa sih, Dit. Udah deh kita nggak usah bahas tentang gue. Otak gue lagi puyeng ni, bingung mau daftar CPNS diformasi apa dan daerah mana." Aku menghela napas kasar.

Semenjak pengumuman penerimaan CPNS rilis, aku langsung mencari formasi yang sesuai jurusanku, ternyata tidak banyak.

"Nggak usah ngalihin, gue sahabat lo, Nay."

"Udah deh, mending nggak usah bahas ini."

"Nay, gue tahu dari dulu lo cinta sama Ares," ucap Dita telak tanpa banyak omong.

Aku terdiam.

Tak mengiyakan atau menolak ucapan itu.

"Oh jadi benar yang Naren bilang, kalau lo cinta sama Ares?" Suara itu seperti biasa pelan tapi dingin.

Miracle In 29thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang