Aku terbangun pukul sembilan pagi, kudengar suara berisik dari luar kamar, kukira sesuatu telah terjadi terjadi, ternyata eyang sudah diizinkan lulang ke rumah, pantas saja keadaan rumah menjadi rusuh.Aku melihat Ada mas Orion berdiri di sebelah Pandu, aku tersenyum sekilas melihatnya yang sepertinya sedang sibuk dengan ponselnya. Mendadak pikiranku langsung ke mana-mana melihat ketampanan mas Orion. Sangat jauh berbeda denganku yang ala kadarnya ini.
Aku berdiri di sebelah Sassy yang sedang memijat lengan eyang, saat aku hendak menarik tangan eyang, tanganku sudah ditarik oleh mas Orion terlebih dahulu. Langsung saja aku mengekori ke mana mas Orion menarikku. Kukira ia akan menarikku ke pelaminan ternyata, kami duduk di teras, sambil menikmati udara pagi yang masih fresh.
"Nay, kalau semisal nih, kamu saya lamar kamunya gimana?" tanya mas Orion tiba-tiba, menghentikanku yang akan memotret langit biru pagi ini. Kualihkan pandanganku menatap mas Orion yang kini tersenyum lembut.
"Maksudnya gimana?" bukannya menjawab aku malah semakin bingung dan degdeg-an. Seperti yang pernah dibilang Ares, aku bukan anak kecil lagi yang tak paham maksudnya, hanya saja aku perlu meyakinkan diriku bahwa yang didenger oleh telingaku tadi bukan sebuah kesalahan.
"Singkatnya gini deh, kamu mau jadi istri saya?" Dan tepat sekali, ini pertanyaan yang tak mungkin aku abaikan begitu saja. Lihatlah keseriusan mas Orion ketika mengatakan itu.
Aku tak tahu harus menjawab apa, tiba-tiba aku membayangkan Ares yang melamarku seperti ini. Aku berharap bukan mas Orion yang ada di sebelahku, melainkan Ares. Tapi, tak mungkin rasanya itu hanya harapan yang sia-sia belaka.
"Nay?"
Suara mas Orion membuyarkan lamunanku, ia menatapku seperti sedang menanti jawaban. Kuakui aku sangat bahagia, tapi hatiku berkata untuk lebih baik menolak lelaki tampan di depanku ini daripada menerimanya. Aku memang nyaman bersama mas Orion tapi, itu tak lebih seperti teman pada umumnya, dan yang aku ketahui mas Orion juga sebebarnya tak begitu menginginkanku menjadi istrinya.
"Emang mas Orion, cinta sama aku?" tanyaku tiba-tiba.
"Cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu, Nay," katanya.
Mataku teralihkan karena ada seorang perempuan sedang mondar-mandir di depan pagar eyang.
"Mas, bentar," kataku sengaja menghentikan pembicaraan kami. Aku penasaran siapa orang itu, bisa-bisa ia mata-mata dari orang-orang yang ingin mencelakakan kami.
Aku berjalan mendekati perempuan itu, kulihat dari tampilannya, wajahnya begitu cantik dan rambut panjang yang tergerai agak acak-acakan itu tak mengurangi kecantikannya.
"Siapa, ya?" tanyaku pelan.
Perempuan itu nampak gugup dan menarik-narik ujung baju yang ia kenakan. Aku kebingungan siapa perempuan ini dan apa tujuannya.
"Maafin aku, aku dengar Orion ada di sini," katanya terbata. Aku mengernyit menautkan alisku, siapa gerangan perempuan ini, mengapa ia mencari keberadaan mas Orion.
"Tolong, aku butuh Orion sekarang," katanya sesekali melihat ke sekeliling kami, sepertinya ia memakai mode waspada.
"Please!" Mohonnya.
"Mbak, lebih baik masuk dulu, nanti aku panggilkan mas Orion." Aku menuntun Mbak cantik itu menuju ke teras.
Aku baru sadar dari penampilannya sepertinya ia sedang melarikan diri.
"Mas."
"Orion!"
Aku dan perempuan itu berbarangan memanggil lelaki yang duduk di kursi rotan yang ada di teras. Mas Orion langsung menoleh, beberapa saat aku melihat wajah mas Orion menegang. Ada sesuatu yang tidak aku pahami. Perempuan itu mendadak menggenggam tanganku erat. Kurasakan tangannya mendingin dan wajahnya mendadak pucat setelah melihat lirikan tajam mas Orion padanya. Baru sekali ini aku melihat ekspresi mas Orion menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle In 29th
ChickLitAku perempuan dua puluh sembilan tahun yang memiliki impian tapi hobi rebahan. Perempuan dengan segala kelemahannya dan berusaha untuk bangkit dari segala macam kegagalan yang pernah ia alami. -Nay-