Sepagi ini aku sudah berada di kediaman om Rayhan. Katanya hari ini om Rayhan akan merayakan hari jadi pernikahan mereka. Padahal, tante Desi sudah menolak acara yang menurutnya tidak penting itu.
Mamaku menyuruhku untuk terlebih dahulu ke rumah tetangga kami itu, karena ia haru bertemu dengan pelanggannya. Iya, mama kadang membuat pesanan makanan, untuk acara-acara sederhana.
"Tante tuh kadang nggak ngerti sama om kamu, Nay. Hal yang kayak gini harusnya nggak usah dilebih-lebihkan." Tante Desi terlihat kesal karena tak bisa menghentikan om Rayhan.
Aku cuma bisa tertawa membalas ucapan tante Desi.
Aku membantunya memotong wartel dan kentang, untuk membuat isian risol. Dari tadi omongan tante Desi lebih sering kubalas dengan kekehan atau tertawa kecil. Di saat aku sedang mencuci daging ayam, suara perempuan sudah memenuhi dapur milik tante Desi.
Dari posisiku aku berbalik dan mendapati Leana sedang berjalan mendekati kami teriring senyuman manisnya, siapa yang tidak terpesona dengan wanita cantik di hadapanju ini. Tak mau berpikir yang aneh-aneh aku melanjutkan kegiatanku membersihkan ayam.
"Lo apa kabar, Nay?" tanya Leana yang sudah mengikat rambutnya bersiap untuk membantuku.
"Alhamdulillah, gue sehat lahir batin," jawabku berusaha selembut Leana, yang terdengar malah aneh.
"Oh, baguslah. Tempohari gue beneran khawatir lo kenapa-apa," lanjutnya.
Aku tersenyum dan menggeleng pelan.
"Naya emang jarang banget sakit, sekalinya sakit bisa sampai berhari-hari." Ini tante Desi yang berbicara.
"Kayaknya tante dekat banget sama Naya." Leana membuatku merasa tak enak. Aku bisa memahami ada maksud lain dari kata-kata Leana.
"Oh iya, Le. Tante tuh udah anggap Naya kayak anak sendiri, kemarin tante jodohin sama Ares. Tapi, kayaknya mereka saling menolak," ucap tante Desi yang membuat aku benar-benar tak enak hati.
Merasa ada yang salah dengan ucapannya, tante Desi langsung tertawa tak jelas.
Aku selesai membersihkan ayam dan sekarang mengeringkan tanganku. Tiba-tiba Leana menyikugku dan mengkodeku untuk berbicara di luar. Aku menuruti permintaannya. Entah mengapa semenjak kedatangan Leana aku merasa tak enak.
"Tan, aku ngajakin Leana ke taman, ya? Kan anggreknya tante lagi berkembang," kataku sekenanya.
Tante Desi mengangguk sambil tersenyum, mempersilakan aku dan Leana melihat bunga-bunga yang ditanamnya.
"Nay?" ucap Leana pelan tapi dingin.
"Iya?" Aku berusaha untuk tenang.
"Lo udah tahu kalau gue sama Ares mau menikah?" Nada bicara Leana seperti mengintimidasiku.
"Iya, Ares udah cerita," jawabku sambil tersenyum.
"Gue mohon banget sama lo, Nay. Hargai gue sebagai calon Ares, dengan keberadaan lo yang selalu ada di sekitar Ares dan keluarga, terus terang itu bikin gue keberatan." Leana menatapku tajam, seperti memberikan peringatan yang tak boleh diganggu gugat.
"Maaf kalau keberadaan gue bikin lo jadi nggak nyaman." Cuma itu yang bisa keluar dari mulutku, satu sisi aku mengerti bagaimana perasaan Leana, tapi di sisi lain aku tak mungkin jaub dari keluarga Ares. Karena kami memang tetangga.
"Gue harap lo paham maksud gue. Karena gue nggak suka melihat orang-orang kayak lo ada di sekitar Ares."
Kata-kata Leana membuatku menatapnya tak mengerti, jujur ucapannya barusan membuatku sakit hati, seolah-olah aku adalah orang yang tak pantas berada di dekat Ares.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle In 29th
ЧиклитAku perempuan dua puluh sembilan tahun yang memiliki impian tapi hobi rebahan. Perempuan dengan segala kelemahannya dan berusaha untuk bangkit dari segala macam kegagalan yang pernah ia alami. -Nay-