Liburan kali ini di luar ekspektasiku, gara-gara si Pandu yang resek. Sepupuku yang kerjaannya selalu mengganggu saat aku di rumah Eyang. Aku kesal mengapa aku selalu dikelilingi orang-orang yang menyebalkan.
Seperti hari ini aku harus menemaninya ke rumah sakit, untuk mengambil hasil rontgen tulang bahunya. Beberapa minggu lalu ia mengalami kecelakaan.
"Eh, elo." Mendengar suara yang lembut itu membuatku tersadar dari lamunanku.
Aku tertegun melihat siapa orang yang ada di depan kami sekarang. Pria tampan dengan gaya rambut yang acak-acakan menyambut kedatangan kami.
"Sorry, Yon. Aku telat," kata Pandu.
"No probe! Siapa lagi tuh?" tanya si cowok tampan memakai jas putih khas dokter.
"Sialan! sepupu gue dari Jakarta," balas Pandu.
Si dokter tampan berdiri dari bangkunya, mendekatiku lalu mengulurkan tangannya seraya mengucapkan, "Orion Pradipta."
Aku menyambut uluran tangannya, "Aurora Kanaya."
Setelah perkenalan itu kami mulai mengobrol seperti sudah lama berteman. Orion orang yang ramah dan tentunya tampan. Aku bisa melupakan Ares saat bersama Orion.
Apakah Orion adalah orang yang dikirim Allah untuk menjadi imamku? Ah, aku mau sekali. Aku terkikik geli menatap layar ponselku sudah dipenuhi oleh isi chatku dan si dokter tampan.
Benar kata mama, liburan itu membuka jalan untuk menatap masa depan. Seperti sekarang meski berat tetapi aku akan menerima dengan tangan terbuka jika Orion lah orang yang menjadi jodohku.
"Jangan ngimpi, Nay." Suara resek itu menghancurkan lamunanku.
"Gila ya, Mas. Sumpah, itu temen lo yang namanya Orion, cakepnya kebangetan. Gue ngepoin IG-nya gila cewek semua followernya."
"Baru putus dia, Nay."
"Ah, serius, Mas? Boleh lah kalau gue pepet ye kan?" Aku mengedipkan mataku.
"Mana mau dia sama modelan kayak lo, Nay. Serampangan begitu." Sumpah ya ini si Pandu sama saja dengan orang-orang yang lain. Mengejeknya nomor satu.
"Dukung kek," ketusku.
Pandu yang aku panggil mas itu terbahak. Aku kesal melihatnya seperti itu.
"Bukannya lo sama tetangga lo itu?" tanyanya tanpa dosa.
"Huss, jangan bahas dia, dia udah mau nikah sama orang lain."
"Lah kena salip dong, Nay?"
"Udah ah nggak usah dibahas, sekarang gue mau sama dokter Orion aja," kataku final.
Pandu menggeleng sambil tertawa, mungkin ia sulit menerima sepupu modelan aku ini.
***
Aku dan mama sudah ada di bandara Ahmad Yani. Diantar Orion, tentu saja sepertinya pendekatanku dengan mas Dokter itu berhasil. Sayang sekali aku merasa sangat tidak cocok dengan mas Tampan itu. Tapi, kata Pandu kalau memanh jodoh tak ada yang bisa menolak.
Jujur saja, mas Orion orang yang baik banget sayang sekali yang sudah tega memutuskannya.
"Makasih lho, Mas. Udah nganterin aku sama mama," kataku tersenyum lebar.
"Wah, tante senang akhirnya punya calon mantu lagi." Ini mulut mama kadang enak banget kalau dicocolin cabe. Tapi nanti aku durhaka dong.
"Haha, tante bisa aja. Nayanya tu yang nggak mau."
Okeh sepertinya dokter tampan lempar kode, mana bisa seorang Naya dikode-kode.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle In 29th
ChickLitAku perempuan dua puluh sembilan tahun yang memiliki impian tapi hobi rebahan. Perempuan dengan segala kelemahannya dan berusaha untuk bangkit dari segala macam kegagalan yang pernah ia alami. -Nay-