2

530 29 3
                                    

Dengan segala kekuatan dan segala kemampuan yang kupunya, akhirnya aku berhasil mencuci tumpukan pakaian kotor yang berserakan di kamarku. Aku tersenyum bangga ketika melihat lambaian-lambaian pakaian yang terjemur rapi. Aku memang layak untuk diperhitungkan menjadi calon istri idamannya L Infinite. Ah, kalau tidak mungkin bersama L aku bisa menjadi istri si dedek emeush Jungkook, atau bisa juga si Rowoon, aku tersenyum sendiri ketika memikirkan kandidat-kandidat calon suamiku itu.

"Harusnya kamu cucinya kemarin."

Aku menghela pelan, siapa lagi kalau bukan mama yang selalu cari masalah dengan anaknya sendiri. Untung sudah kucuci kalau tidak kan masih berserakan mereka semua di kamar.

"Lebih baik telat daripada tidak sama sekali, Ma."

Aku mencebik lalu meninggalkan mama yang seperti tak percaya aku sudah berhasil mencuci segunung pakaian. Mama menyusulku masuk ke dapur.

"Sebenarnya kamu itu, pinter lho beres-beres, cuma kemalasan kamu aja yang bikin kamu terlihat jorok. Kalau gini kan mama nggak malu ngejodohin kamu sama Ares."

Mama tersenyum bangga menatapku. Seperti itulah mama yang akan senang ketika aku mengerjakan pekerjaan rumah dan akan menyerapah ketika aku goleran di atas kasur tanpa mengingat waktu.

Oh iya, jangan lupakan juga mama yang selalu berniat menjodohkan aku dengan anak temannya bernama Ares. Cowok yang kemarin berhasil memaksaku untuk melakukan hal yang diperintahkannya. Dengan iming-iming akan membelikanku karakter kartun Shikamaru teman seperguruan Naruto.

"Ma, mama berniat menjual aku sama tante Desi?" tanyaku tak habis pikir.

Padahal mama sudah tahu kalau Ares itu seonggok daging berbentuk manusia yang tak punya hati. Tega sekali mamanya mengumpankan anaknya kepada manusia jenis batu.

"Mulut kamu ya, kadang kayak nggak pernah disekolahin." Mama menggeleng keras sambil berdecak melihat kelakuanku.

Padahal aku tidak melakukan apa-apa lho.

"Ya abisnya, bahas Ares terus, bosan akutuh, Ma. Coba deh mama jodohin sama itu anaknya tante Mira yang sering jemput dia di depan masjid."

Aku teringat dengan cowok yang tingginya hampir sama dengan Ares, kepalaku saja seketiaknya, terus senyuman yang membentuk lesung pipi, persis mirip L Myungsoo pengen peluk rasanya.  Waktu itu aku dengan tanpa malu memperkenalkan diri langsu ke cowok yang sudah membuat jantungku berdetak tak menentu.

"Hush, orang dia mau nikah bulan depan," kata mama kecewa.

"Apah? Serius, Ma?"

Aku mendadak sedih, ku urungkan niatku untuk memeluk calon orang lain. Aku tidak bakat menjadi pelakor.

"Mulut kamu lho, kayak toa masjid!" Mama memukul tanganku yang hendak mengambil air minum yang ada di depan kami.

"Aku sedih mendengar kabar buruk itu, Ma. Aku kehilangan calon suami idamanku," ucapku lirih.

Mama menggeleng kasihan melihat aku yang terduduk seperti raga tanpa nyawa. Ia lalu pergi meninggalkanku entah ke mana. Mamaku mungkin memang punya ilmu menghilang dan aku ingin sekali meminjam ilmu itu. Untuk menghilang di saat orang sedang sayang-sayangnya.

Aku masih teringat dengan Mas Juna anak dari tante Mira yang bulan depan akan menikah. Seandainya yang menjadi calon istrinya itu aku, mungkin mama akan senang saking senangnya ia akan menyewa Sheila on Seven sebagai bintang tamu di acara pernikahan kami. Aku akan menjadi perempuan yang paling bahagia seluruh dunia ini. Mas Juna, anak kesayangan tante Mira dan Pria mapan yang benar-benar menjadi idaman setiap wanita.

Miracle In 29thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang