31

348 25 2
                                    

Aku menunggu Dita di sebuah taman, katanya ia akan segera pulang, aku bisa datang kapanpun ke rumah pak RT karena rumahnya dekat dari rumah kami yang dulu, tapi aku sudah berjanji dengan Dita agar ia menemaniku.

Setelah cukup lama menunggu kedatangan Dita, akhirnya mobil berwarna merah berhenti juga. Aku langsung masuk ke mobil itu. Betapa rindunya aku dengan sahabatku yang satu ini, tak terbayangkan sekarang kami sudah berjauhan.

"Jadi, ini langsung ke pak RT?" tanya Dita. Aku meng-iya-kan pertanyaannya.

Setiba di rumah pak RT aku langsung menyodorkan beberapa surat dan meminta pak RT untuk menandatanganinya. Begitu semua berkas ditandatanginya aku dan Dita berpamitan, tadi buk RT sempat bilang kalau ia menitip salam untuk mama.

Sebelum aku masuk ke mobil, aku melihat mobil milik Ares melintas. Sepertinya ia tak sadar kalau aku ada di mobil ini. Mengabaikan kejadian barusan, aku meminta Dita untuk mengantarku ke mini market karena aku tidak membawa perlengkapan mandi. Di dalam perjalanan, ponselku bergetar, kulihat ada nama Ares tertera di layar.

"Angkat aja, Nay." Dita sepertinya tahu siapa yang menelponku. Aku langsung mengangkatnya.

"Iya?"

"Lo di Jakarta?"

"Iya, kenapa?"

"Bahagia ya abis dilamar?"

Aku mengernyit maksud dari omongan Ares apa? Kenapa nada bicaranya seolah mengejek?

"Ih ngomong apa sih, gue tutup ni kalau nggak penting," ketusku.

"Mama mau ketemu sama lo!"

Mendengar ucapan Ares, aku jadi tak enak kalau tak mampir ke rumahnya.

"Iya, besok gue ke rumah lo," kataku singkat.

"Nggak besok! Entar malem gue jemput di rumah Dita!"

Setelah mengatakan itu Ares langsung mematikan panggilannya, memang kebiasaan sekali. Kalau bisa, aju ingin sekali menendangnya sampai ke ujung dunia.

Ares nyebelin!

"Kenapa, Nay?"

"Si Ares mau jemput entar malam, tante Desi rindu katanya," jawabku jujur.

"Alibi doang si Ares mah," kata Dita.

"Eh, lo tahu kenapa Ares dan Leana batal nikah?" Pertanyaan yang lama sekali aku pendam akhirnya terungkap jua, karena semenjak kejadian waktu itu aku benar-benar menutup diri dari yang namanya tentang Ares.

"Panjang ceritanya kalau mau diceritain, Nay. Gue ambil garis besarnya aja, ya." Aku mengangguk paham.

"Leana terlalu buruk untuk Ares yang sempurna, semenjak kejadian di mol waktu itu, hubungan Ares sudah tidak begitu baik, tetapi Leana tetap meminta Ares untuk melamarnya setidaknya dengan tunangan terlebih dahulu, tetapi Naren menggagalkan semuanya, Naren merasa Leana sudah kelewatan. Ternyata Naren dan Leana sudah lama bertunangan, sayang sekali Leana tidak begitu menyukai Naren. Makanya Naren memberi kesempatan untuk Leana membuktikan bahwa ia bisa mendapatkan Ares, tapi sayangnya Leana sudah keterlaluan sehingga Naren menceritakan semuanya pada Ares." Dita bercerita panjang lebar.

"Hmm," kataku tak mau banyak komentar, terlalu rumit untuk dipahami secara baik.

'"Ares juga merasa bersalah banget pas dia nampar lo waktu itu, Nay. Semenjak lo ngediemin dia, dia kayak orang linglung, kayak nggak nafsu buat hidup," ucap Dita.

"Halah, lo juga waktu itu kayak benci banget sama Ares," cibirku.

"Iya sih, siapa coba nggak kesala liat sahabatnya ditampar di depan umum, tapi kan gue juga harus dengar penjelasan Ares."

Miracle In 29thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang