Bisa kali ya dikomenin tentang MI29 ini...
Biar enakan ngetiknya,Ehm mon maaf kalauu terlalu banyak typo, karena most of this part aku ngetiknya dari hengpon, jadi typo tu sering banget...
****
Hari ketiga berada di Jogja.
Aku membuka jendela kamar dan membiarkan cahaya mentari memasuki kamar ini. Kulihat satu persatu temanku sekarang, Ela masih membungkus tubuhnya dengan selimut, Yuni meringkuk kedinginan karena selimutnya diambil Ela dan Rasti yang telentang tak sadar kalau aku sudah mengambil foto aibnya itu.
Satu-satunya cara agar aku tetap bisa menggunakan ponsel adalah, dengan menggunakan mode pesawat. Lebih aman dan bikin tenang.
Karena kebiasaanku yang selalu memeriksa ponsel, aku langsung mengubah mode pesawat itu ke mode biasa dan mengaktifkan paket dataku. Sumpah itu benar-benar di luar kesadaranku.
Terang saja aku langsung mendapati ponselku itu bergetar tak henti. Aku melemparnya ke atas kasur dan menatap benda tipis itu dengan ngeri. Kutunggu sampai getaran itu berhenti, lalu ku raih lagi ponsel itu.
Sumpah luar biasa sekali, notifikasi di ponselku hampir sebagian besar dari Ares. Pria yang sama sekali tak berperasaan itu.
Ares Biadab
Woiii bego di mana lo?
Woi
Woi
Woi
Woi
Woi
Woi.woiAurora Kanaya lo mau mati?
Nay nay nay
Nay lo harus bantuin gue kalau nggak
Mau aib lo gue bongkar!Nay,
Nay
Nay
Nay
Sombong banget lo
Woi bego
Ih si anjirrr
Woi
Bgst
Mati aja lo
OiAku menatap isi pesan Ares dengan perasaan takut, takut kalau Ares berubah jadi monster ketika mereka bertemu nanti. Satu hal yang paling Ares tak suka, yaitu ketika ia merasa dirinya diabaikan.
Kulirik jam di sudut layar ponselku sudah jam setengah tujuh pagi. Aku langsung ke kamar mandi dan bersiap untuk sarapan. Ketiga temanku? Mana aku peduli biarkan saja mereka bermimpi dengan indah. Kalau nggak karena perutku lapar, mana mau aku mandi jam segini.
Baru saja aku mau keluar kamar ponselku bergetar, kulihat panggilan masuk dari nomor yang tak kukenal.
"Hallo?" Aku mengangkat ragu.
"Hallo, Nay. Emak lo, Nay!"
Aku sangat kenal dengan suara di ujung sana, tapi yang aku heran kenapa nomornya memakai nomor baru? Terus dia bilang mama, mama kenapa? Perasaanku jadi tak enak, perutku yang begitu lapar mendadak terasa kenyang.
"I-iya? Mama kenapa, Res?" Entahlah jantungku mendadak berdetak hebat.
"Tante Jani, gue nggak bisa jelasin sekarang, Nay. Pokoknya lo harus pulang sekarang juga, dan lo liat sendiri keadaan tante Jani," katanya, yang kudengar Ares seperti orang yang sedang berduka.
"Res, lo jelasin ke gue, apa yang terjadi sama Mama, sekarang lo di mana?"
"Gue di Rumah Sakit."
Itu kata-kata terakhir Ares, lalu sambungan terputus. Rasanya nyawaku sudah tercabut dari raga. Ares di Rumah sakit, terus mengabarkan kalau sesuatu terjadi sama mama. Aku tak bisa hidup tanpa wanita itu. Meskipun kami sering bertengkar, tapi mama adalah orang yang paling aku sayang di dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle In 29th
ChickLitAku perempuan dua puluh sembilan tahun yang memiliki impian tapi hobi rebahan. Perempuan dengan segala kelemahannya dan berusaha untuk bangkit dari segala macam kegagalan yang pernah ia alami. -Nay-