Suasana kantin hari ini sudah dipenuhi oleh siswa dan juga siswi berseragam kemeja putih serta rok hitam bergaris di atas lutut. Dasi yang diikat berbentuk pita jepang pun ikut melompat seolah mengikuti gerakan langkah kaki mereka yang berebut 'tuk mengantri. Sebab jika lengah sedikit saja, pasti mereka sudah tak berada di posisi awal.
Bagi siswa yang mendapatkan pelajaran olahraga pun bisa dikatakan beruntung dikarenakan mendapat tambahan waktu istirahat sepuluh menit. Jadi, banyak dari mereka yang sudah terlebih dahulu memenuhi kursi-kursi kosong.
Regan yang mengenakan kaos olahraga masih sibuk mengistirahatkan raga. Bau-bau keringat sudah menyelimuti seluruh bagian tubuh cowok berkaos abu-abu dengan celana panjang hitam itu.
"Elah ... si Manusia Aneh itu mana, sih? Keburu abis ntar makanan di sini," seru Regan sembari menatap sekitar.
Setiap gadis berseragam yang lewat pun terus ia perhatikan secara mendalam. Di mana manusia itu? Apakah ia sengaja tidak pergi ke kantin dan tak mau menepati janji? Lihat saja ... akan Regan buat hidupnya menjadi semakin tidak tenang. Ia pikir, ia bisa bermain-main dengan seorang Regan? Jangan pernah berasumsi seperti itu.
Sementara Josh yang terduduk di hadapan Regan sibuk menatap sekeliling—menikmati pemandangan wajah-wajah cantik para siswi SMA Bunga Bangsa. Namun ada yang lebih seksi di mata Josh. Para siswi kelas XII yang masih berlatih di permukaan kolam renang. Letak kolam yang berada di sebelah kantin menjadikan suatu bentuk keberuntungan bagi Josh. Tubuh mulus dengan kulit putih, serta lekuk bagaikan gitar spanyol berhasil membuat Josh berkhayal akan sesuatu yang berbau tujuh belas ke atas.
Tak mau mengkhayal sendirian, Josh menepuk bahu Doxy yang berada di sebelahnya agar ikut menikmati pemandangan indah tersebut.
"Liat, deh. Lo bayangin kalau lo berhubungan sama mereka semua. Gila, mantep banget, 'kan?" Matanya melebar bersama senyum yang terukir jelas.
Tentu saja sebagai laki-laki normal Doxy tidak dapat menolak. Betul juga kata Josh, bagaimana jika ia bersanding dengan mereka semua? Ah, tapi tunggu. Kenapa ia justru menjadi playboy macam Josh?
Regan menatap kedua temannya datar. Sungguh ... bagaimana bisa ia bisa dekat dengan mereka?
"Gan, siapa tau si Crying Girl ada di sana. Lagi latihan renang. Mau gue samperin nggak?" tanya Josh sembari melirik cewek-cewek di sana.
Regan menghela napas kasar sembari menggelengkan kepala. Jika boleh meminta pada yang kuasa, ia ingin temannya yang satu ini dicabut nyawanya terlebih dahulu.
Tanpa mempedulikan reaksi Regan, Josh menarik tangan Doxy menuju kolam. Berpura-pura meneliti di mana posisi Edel, padahal sebenarnya menikmati tubuh indah para siswi berbalut baju ketat.
Di saat itu pula kehadiran Edel terlihat. Gadis itu terengah-engah—masih mengatur napas karena berlari dari kelas ke dalam kantin.
"Ma-maaf, tadi aku selesain catatan Kimia dulu. Jadinya telat ke sini," ucap Edel takut.
"Banyak alesan lo!" balas Regan kesal. "Cepet panggilin dua kucrut itu di kolam!"
"Loh, emang mereka ngapain di kolam?"
"Ngintipin kating! Udah, cepetan!"
Edel mengangguk pelan, kemudian langsung memanggil Josh dan Doxy yang berdiri dekat kolam. Tangan Edel menepuk pundak mereka sembari berkata, "Dipanggilin Regan."
Josh dan Doxy tersentak, kemudian langsung berbalik menuju kantin.
"Sekarang beliin gue sama temen-temen gue makanan. Cepet!" Edel kembali mengangguk, lalu ikut mengantri membeli bakso malang di Kantin Bu Retno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss [Completed]✔️
Teen Fiction-Dia yang abadi bersama air mata dan jalan menuju kematian Ini adalah kisah tentang Edel, seorang gadis yang selalu mengekspresikan senang atau sedih melalui air mata. Selama hidupnya, ia tak pernah berani berkata "Tidak". Terlalu sering menuruti s...