Semakin lama Edel mencoba 'tuk tetap membuka mata, rasanya semakin sulit. Sekelilingnya terasa berputar, apalagi wajah Daun yang masih mengintimidasi pun sudah tak lagi ia pikirkan.
"Udah ... sekarang lo cari kertasnya di mana!" Regan berusaha mengalihkan pembicaraan. Daun yang sejak tadi berharap bahwa semuanya akan terbongkar sontak berdecak.
Edel mengangguk pasrah, langkahnya mulai tergeser sedikit ke samping—menyusuri area kolam renang. Menggunakan sedikit kekuatan 'tuk tetap membuka mata.
"Regan, itu kertasnya ngapung. Maaf, aku nggak bisa renang, jadi nggak bisa ambil," teriak Edel lemah. Bagi Edel mungkin terdengar sebagai teriakan, tapi di telinga orang lain justru terasa seperti ucapan normal.
Tiba-tiba saja rasanya seperti ada yang menusuk kepala Edel, entah benda apa itu, tapi jelas tak terlihat. Tak hanya itu, semakin lama pula kelopak matanya mengerjap perlahan. Entah apa yang terjadi selanjutnya, Edel sudah pasrah.
Byur!
Ya ... sang gadis terjatuh ke dalam kolam. Edel dapat merasakan betapa dinginnya air kolam, tapi tubuhnya tak bisa melawan gaya gravitasi. Permukaan dasar kolam seolah menarik 'tuk berbaring selama beberapa waktu ke depan.
Mulutnya mengeluarkan beberapa gelembung sebagai bentuk pernapasan dalam air, tapi mengapa sangat sulit 'tuk membuka mata? Mungkin jika ini adalah terakhir kali Edel bisa bernapas, ia ikhlas.
Tak hanya Edel yang ada di dalam kolam saat ini, melainkan juga Regan yang masih sibuk meraih kertas daftar nama peserta. Setelah mendengar ucapan Edel, tanpa menengok ke kiri ataupun kanan, cowok itu langsung menceburkan diri demi keselamatan sang kertas.
Sesekali bayangan seorang perempuan melintas walau berada dalam jarak beberapa meter. Tapi Regan sama sekali tak menghiraukan, mungkin itu hanya halusinasinya saja.
Mata Daun sontak terbelalak lebar saat melihat seorang gadis terjatuh ke dalam kolam, apalagi tak terlihat sama sekali usaha untuk meminta tolong. Jantungnya berdetak semakin cepat, hingga langkahnya pun bergerak seperti seekor harimau yang tengah menerkam mangsa.
Tak lagi menghiraukan keadaan Regan yang juga berenang di dalam sana, tapi kali ini adalah kesempatan emas 'tuk melakukan pembongkaran identitas.
Beberapa panitia yang masih ikut bertugas sontak ikut menegang. Bagaimana bisa di waktu seperti ini masih terjadi sebuah kecelakaan?
Memang sudah ada Regan dan Daun yang turun tangan, tapi ... apakah mereka akan berhasil? Jikalau saja Pak Tayo mengetahui ini semua, apakah mereka masih diberi izin untuk melaksanakan perlombaan?
Dengan lincah kedua tangan Daun membelah air. Bola matanya pun seolah ikut mencari, terus melirik ke kiri dan kanan sampai akhirnya berhasil mendapati raga Edel yang sudah terkapar lemah di dasar kolam.
Dengan cepat Daun menyusuri kolam, terus bergerak lebih cepat agar bisa menyelamatkan sang gadis. Sampai akhirnya tangan cowok itu berhasil menarik pergelangan Edel, dan dengan spontan membekuk leher Edel, kemudian membawanya naik ke atas permukaan.
Edel dapat merasakan ada yang membopong tubuhnya naik. Di satu sisi masih merasa bersyukur karena diberi kesempatan untuk hidup, tapi di lain sisi pula menjadi berpikir, 'Apakah ada tujuan lain di balik takdir yang menyatakan bahwa hidupnya berlanjut?'
Setelah kepalanya juga ikut menghirup udara segar sembari menggelengkan kepala guna untuk membuang segala macam air yang masuk, Daun segera menempatkan Edel di pinggir kolam. Baru kemudian mengangkat raganya sendiri 'tuk ikut mengeringkan tubuh.
Lega rasanya saat bisa menyelamatkan gadis ini. Dengan cepat jari Daun bergerak ke arah daun telinga, lalu melepaskan masker hitam yang masih melekat di wajah Edel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss [Completed]✔️
Novela Juvenil-Dia yang abadi bersama air mata dan jalan menuju kematian Ini adalah kisah tentang Edel, seorang gadis yang selalu mengekspresikan senang atau sedih melalui air mata. Selama hidupnya, ia tak pernah berani berkata "Tidak". Terlalu sering menuruti s...