Kalau melihat gelombang air, rasanya Edel kembali mengingat apa yang terjadi saat perlombaan kemarin. Ya ... saat di mana ia masih menjadi babu dari seorang Regan Shaquilleeo. Entah rasanya justru tidak ada dendam, melainkan menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan.
"Ayo, siap, nggak?" tanya Regan yang baru saja menampakkan diri.
Sontak Edel menoleh, lalu menutup mata cepat—terkejut dengan siapa yang ia lihat sekarang. Cowok tanpa pakaian dan hanya menggunakan celana sepaha. Tampak jelas dada bidang, serta beberapa roti sobek yang menjadi daya tarik bagi cewek ini.
"Kamu kenapa nggak pake baju?"
"Lah, mana ada cowok renang pake baju?"
"Kak Daun pake kaos dalem kalau latihan di rumah."
"Oke." Regan segera melenggang masuk, berlari menaiki tangga untuk mengambil sebuah kaos putih agar Edel merasa nyaman.
Perlahan gadis berambut panjang itu merasa lega, akhirnya tidak menyaksikan penampakkan porno lagi. Baru kemudian setelah Regan kembali, Edel bisa bernapas lega.
"Udah aman?" Regan tersenyum kecil walau sebenarnya menahan tawa lantaran menyaksikan kepolosan Edel. Lagi pula ada-ada saja gadis ini.
Edel mengangguk.
"Yuk!"
"Sekarang?" tanya Edel bingung. Masih sibuk meneliti apakah ia akan tenggelam atau tidak jika memasukkan diri ke dalam sana sampai kepalanya ikut miring ke kiri dan kanan.
"Kenapa lagi, Edelweiss?" Kalau sudah seperti ini, tak lagi kuat ia diam. Apalagi yang dipikirkan sampai menatap aneh air kolam? Mungkinkah belum pernah berenang atau bagaimana?
"Kok kamu ketawa?"
Regan masih sibuk memegangi perutnya. Tak sanggup menjawab pertanyaan Edel. Ah, memang rasanya hari ini ia receh sekali.
Cowok itu langsung berjalan dan melompat ke dalam kolam. Mengurai air, baru kemudian menampakkan kepala ke udara. Loh, ia pikir Edel akan ikut menjatuhkan diri. Tapi ternyata yang terjadi justru sang gadis malah berjongkok di depan kolam—memperhatikan Regan yang juga membeku di tengah gelombang air.
"Lo ngapain diem, sih?"
Edel menggeleng pelan. Sebenarnya ia takut untuk menyentuh air kolam seperti ini, bagaimana jika tenggelam seperti saat itu? Apakah Regan akan menjaganya?
"Aku bakal tenggelem nggak?"
Regan mengusap air yang menempel di pelipisnya, lalu menggerakkan kepalanya cepat agar tetesan cairan yang menghinggap pun bisa ikut pergi.
"Duduk di pinggir sini dulu." Regan menepuk-nepuk permukaan lantai pinggir kolam, Edel yang tak tahu harus berbuat apa akhirnya menurut. Menenggelamkan kedua betisnya, dan duduk diam. Masih berusaha untuk menyuruh kakinya beradaptasi pada dinginnya air.
Tak lama setelahnya, tangan Regan langsung menarik pinggul Edel hingga ikut terjatuh ke dalam kolam. Kini, keduanya berhadapan—saling melempar tatap tanpa pembicaraan. Jujur, Edel takjub pada dirinya sendiri karena tidak tenggelam. Maklum ia memang belum pernah bermain dengan air sebanyak ini.
Seperti ada yang menggerakkan, tangan Edel ikut melingkar pada punggung Regan. Walau masih terapit oleh jarak, tapi rasanya sungguh berbeda. Jantung keduanya pun dengan kompak terus melakukan senam. Semakin kencang rasanya, bahkan hampir copot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss [Completed]✔️
Ficção Adolescente-Dia yang abadi bersama air mata dan jalan menuju kematian Ini adalah kisah tentang Edel, seorang gadis yang selalu mengekspresikan senang atau sedih melalui air mata. Selama hidupnya, ia tak pernah berani berkata "Tidak". Terlalu sering menuruti s...