1. Natha Reynand

2.5K 218 109
                                    

Keadaan kelas XI MIPA 1 sangat berisik dikarenakan kelas mereka tidak ada guru yang masuk. Padahal tugasnya ada, tapi tetap saja santai dan berleha-leha. Ada yang nyanyi tidak jelas, ada yang bercanda, dan ada yang mengerjakan tugas sesuai perintah guru.

Ciji yang sedang mengerjakan tugas Biologi, kini pikirannya terganggu dengan suara bising tidak jelas. Apalagi suara nyanyi seorang Nagarjuna.

"Heh Nagasaki!" suara lantang Ciji menggema membuat sebagian orang menatapnya dan Nagarjuna bergantian. Sudah biasa bagi mereka mendengar Ciji teriak-teriak sedangkan Nagarjuna hanya acuh tak acuh.

Ciji semakin kesal karena Naga mengacuhkannya, malah tetap fokus bernyanyi dengan suara yang tidak enak didengar.

"NAGARJUNA PALUPI! DIAM ATAU NAMA LO YANG GUE CATET!" suara lantang Ciji membuat semuanya diam tak berkutik termasuk Nagarjuna Palupi. Itu senjata Ciji, mencatat murid-murid skandal di buku hitam, dan melaporkannya ke guru BK. Dan dengan itu juga murid-murid takut terhadap Ciji.

"Ji, lo bisa gak sih jangan marah marah mulu sama gue?" tanya Naga dengan muka memelas.

Ciji terperangah. Apakah selama ini seorang Nagarjuna tidak menyadari Sikapnya yang menyebalkan?

"Lo yang bikin gue marah marah!" Ciji kembali duduk menghadap depan. Menenangkan dirinya terlebih dahulu kemudian kembali mengerjakan tugas.

"Kerjain tugasnya! 30 menit lagi dikumpilin!" Ciji kembali membuka suara, membuat sebagian murid berdecak tidak suka.

Pandangan Ciji terarah ke bangku sebelah kiri paling depan. Ia merasa ada yang memperhatikan, dan ternyata benar. Pria yang Ciji suka kini tengah menatapnya dengan pandangan yang terlihat sedikit takut. Apakah dia ketakutan saat Ciji berteriak teriak tadi? Kenapa juga Ciji berpikiran seperti itu?!

Pria itu gelagapan dan mengalihkan pandangannya. Ciji tersenyum melihat pria itu salah tingkah.

30 menit sudah berlalu. Kini Ciji sedang mengumpulkan tugas Biologi yang akan diberikan kepada guru biologi sekarang juga.

"Sat, kumpulin tugas! Tidur mulu lo!" Ciji membangunkan temannya dari kecil yang bernama Satria, dia sahabat Nagarjuna.

Satria bangun menatap Ciji dengan muka masih ngantuk, "emang ada tugas?" tanyanya watados.

"Gak ngerti lagi gue sama lo!"

Satria hanya mengedikkan bahunya acuh tak acuh. Hendak kembali tertidur.

"Satria! Kalo lo gak ngerjain tugas. Lo alpa pelajaran Biologi." dengan malas Satria mengeluarkan bukunya di dalam tas. "cepetan!" setelah itu Ciji berjalan ke bangku yang lain. Kini ke bangku Nagarjuna.

"Cepatan! Ini udah 30 menit. Makannya kerjain tugas bukan malah nyanyi nyanyi gak jelas!"

"Yaudah biar cepet, itu liat dulu jawabannya." Naga hendak megambil lembar jawaban yang sudah ada.

"Kerjain sendiri! Bisanya nyontek!" setelah mengatakan itu, Ciji melengos pergi, mengumpulkan buku tugas yang lainnya.

Kini Ciji berjalan ke arah bangku pria yang selalu ia lihat dari kejauhan. Dengan antusias dia berjalan ke arah bangku pria itu. "Natha udah beres belum?" ya namanya Natha Reynand.
Ciji bertanya sambil tersenyum manis.

"Belum. Sebentar, satu nomer lagi," ucap Natha dengan wajah memelas.

"Iya tenang aja, ditungguin kok mau berapa soal lagi pun," ucap Ciji masih tersenyum manis.

Sedangkan ada seseorang yang menatapnya jengkel, ia berjalan ke arah Ciji dengan kesal. Bahkan belum mengerjakan tugasnya sama sekali.

"Oooh gitu ya! Giliran ke dia aja lo manis manis. Giliran ke gue aja marah marah! Pake ngomong 'ditungguin kok mau berapa soal lagi pun', dasar cewek penjilat!" Nagarjuna berbicara dengan menggebu-gebu.

"Ngomong sekali lagi!" Ciji sudah menaruh buku tugas di meja Natha. Berkacak pinggang menatap Naga dengan tatapan berani.

"Cewek penjilat! Kenapa? Marah lo, hah?!" Naga malah sengaja membangunkan macan dari tidurnya.

"Berani lo ngomong gitu sama gue? Huh! " Ciji masih stay calm.

"AAAAAAAAAAAAAAA, IYA JI AMPUN JI. LEPASIN JI!!" Naga berteriak karena jambakan dari Ciji sangat keras.

Semua anak murid menatap ke arah mereka berdua. Sudah makanan sehari-hari melihat mereka bertengkar.

Satria yang merasa terganggu dengan suara teriakan Naga, akhirnya terbangun. Berjalan ke arah mereka berdua. Menatap bergantian keduanya dengan wajah datar.

"Bisa gak sih, gak usah ribut dulu sehari?"

Ciji menatap Satria yang kini ada di hadapan mereka. Merasa ada kesempatan, Naga menghempaskan tangan Ciji yang sedikit melonggar.

"Si Jiji yang jambak gue duluan!" adu Nagarjuna sambil merapatkan tubuhnya kepada Satria. Takut jika Ciji kembali menjambaknya.

"Elo yang ngata-ngatain gue!" Ciji hendak menjambak kembali tetapi terhentikan oleh seseorang.

"Ciji, ini buku tugasnya." Natha tersenyum sambil menyerahkan buku tugasnya kepada Ciji.

Seketika amarah Ciji menghilang dan yang ia rasakan hanya kesejukan setelah melihat senyum Natha.

Naga menghela napas lega, "untung di kelas kita ada pawang macan."

"Siapa?" tanya Satria

"Tuh si Natha."

"Maksud lo, Ciji macan?" tanya Satria kebingungan.

"Eh gue bilangin ya, lo ngatain Ciji macam," ancam Naga.

"Eh eh, kan lo yang bilang, Nagasaki!"

"Gue gak bilang. Gue cuma bilang di kelas kita ada pawang macan."

"Eh si anjir! Awas lo ya kalo bilang!"

Kini Ciji sedang mengumpulkan tugas yang lainnya dibantu oleh Natha. Senyumnya tak pernah pudar selama Natha ada di sampingnya.

"Natha, makasih ya udah bantuin gue," ucap Ciji tersenyum sambil terus menatap Natha. Sedangkan Natha hanya mengangguk sambil tersenyum malu-malu.

"Ekhem... Ci, biar gue aja yang ke kantor, sekalian gue mau ngomong sama bu Lani." seseorang mengambil alih buku tugas yang ada di tangan Ciji.

Ciji menatap orang itu, ternyata Hana. Ketua kelas yang sangat disegani. "gapapa biar gue sama Natha aja. Lo mau ngomong apa sama bu Lani? Nanti gue sampein." Ciji kembali mengambil alih buku tugas tersebut.

Hana terlihat tidak suka. "Gak usah. Nanti gue aja yang kesana," ucap Hana sambil tersenyum. Senyum terpaksa.

"Oke. Yuk, Nath!" ucap Ciji semangat. Natha hanya mengangguk, sesekali ia menatap Hana tidak enak.

"Natha kenapa? Kok kayak gak enak gitu sama Hana?" tanya Ciji saat melihat perubahan ekspresi dari Natha setelah ia dan Hana sedikit mengobrol.

Natha terlihat gelagapan kemudian tersenyum, "gapapa kok."

Ciji hanya mengangguk, kemudian tersenyum mengingat ini baru pertama kali ia jalan berdua bersama Natha. Entah kenapa ia bisa tertarik pada seorang Natha. Pria manja yang polos.

"Natha tau gak? Gue seneng banget hari ini!" ucap Ciji antusias sambil menatap Natha.

"Kenapa?" tanya Natha penasaran.

"Karena bisa jalan berdua sama Natha," jawab Ciji sambil tersenyum bahagia. Natha hanya menunduk tersipu malu.

"Natha seneng gak?" tanya Ciji.

Natha mengangguk malu malu masih sambil menunduk. "Natha kok pipinya merah sih?" tanya Ciji menggoda semakin membuat Natha malu dan salah tingkah.

Natha melangkahkan kakinya sedikit cepat. Menghindari tatapan menggoda dari Ciji.

"Natha ih, kok gue ditinggal!"

***

Gimana? Next?

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang