18. Perundungan Agatha (2)

572 41 1
                                    

Ciji menatap dirinya di cermin toilet sekolah. Ia seperti tak mengenali wajahnya sendiri. Lebam di sudut mata dan tulang pipinya, sudut bibirnya sedikit robek dan mengeluarkan darah, belum juga tangan kanannya ada beberapa bekas cakaran. Adara memang sangat sangar. Ia sudah seperti berandal yang suka berkelahi.

Ciji sangat lega karena perkelahiannya dengan Adara tidak ada yang melihat. Mungkin. Bisa saja ada yang melihatnya diam-diam dan merekamnya lalu diberika pada guru BK.

Ciji keluar toilet dan bertepatan dengan Adara yang hendak masuk ke toilet. Mereka hanya melemparkan tatapan kebencian. Setelahnya mereka melanjutkan kegiatan masing-masing.

DUUGH

Seseorang menabrak Ciji. Ciji melihat orang itu, dia Yera. Yera menatap balik Ciji, ia tak sengaja menabraknya karena ia berjalan sambil menunduk dan sedikit tergesa-gesa.

Ciji menatap aneh Yera. Ia tampak kacau. Rok sekolahnya terlihat kotor karena ada beberapa bekas lumpur, dan buku yang Yera pegang pun sama nasibnya, kotor, ah iya, Ciji tahu itu buku sketsa yang terus Yera bawa kemana pun. Dan satu lagi, sudut bibirnya berdarah, seperti habis dihajar.

"Yera, lo kenapa?"

Yera tak menjawab, ia hanya menatapnya, cukup lama kemudian ia menggeleng.

"Yera, siapa yang udah lakuin ini sama lo?" Yera masih diam.

"Yera lo bisa cerita sama gue. Jawab gue!"

Yera menatapnya datar, "jangan pedulikan gue."

Setelah mengucapkan kalimat tajamnya, Yera pergi begitu saja. Ciji hanya bisa menghembuskan napasnya berat. Yera, dia memang sangat misterius dan tertutup. Ia ada di kelas 2-1 karena kasus kekerasan. Apakah tadi ia habis berkelahi? Tapi apa mungkin? Yang Ciji tahu, Yera tidak pernah menganggu orang. Ia terlihat tenang hidup sendiri.

Ciji melangkahkan kakinya menuju kelas. Kelasnya sangat ramai, seperti ada konser dadakan, dengan Nagarjuna yang ada di depan menjadikan sapu sebagai gitar dan tak lupa dengan suaranya yang sangat merdu. Kali juga menjadikan botol minumnya sebagai mic. Jay dan Haru menjadikan meja sebagai gendang membuat kelas semakin berisik.

Pandangan Ciji beralih ke Satria yang sama sekali tidak terganggu dengan keributan ini, tidurnya sangat nyenyak sekali.

Ratu dan Farah, mereka sedang me-review salah satu produk liptint yang kini sedang booming di kalangan remaja. Ah mereka beauty vlogger yang tidak tahu tempat dan kondisi.

Beralih ke Bimo dan Poli, pasangat bucin itu kini sedang mojok dengan tangan yang berpegangan dan muka yang berhadap-hadapan dengan jarak yang bisa dibilang dekat. Oh ayolah, ngobrol tidak harus sedekat itu kan? Entah kenapa Ciji selalu merasa jengkel jika sudah melihat orang berpacaran yang berlebihan.

Arsenio, cowok itu duduk manis dengan earphone di telinganya. Oke, beban pikiran Ciji sedikit berkurang.

Yera, dia tidak ada. Mungkin dia masih ada urusan di luar atau mungkin membersihkan roknya yang kotor.

Hana dan Natha, mereka terlihat sedang mengobrol di bangku Natha. Entah kenapa itu membuat Ciji kembali panas.

BRAAKK

Ciji sengaja membuka pintu dengan keras. Keadaan kelas menjadi hening. Hanya sesaat.

"Anjir ngagetin lo! Gue kira Ms. John." Naga terlihat bernapas lega karena itu bukan Ms. John.

Mereka kembali ke aktivitas semula. Kelas kembali ribut.

"Jay, Haru. Lo pada mending main game daripada mukulin meja. Berisik!"

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang