30. Tawuran!

387 35 8
                                    

Vote sebelum baca, jangan jadi silent readers!

"Arsen, gue masih kurang ngerti deh materi kali ini." itu artinya Ciji minta ajarin ulang sama Arsenio. Mereka baru saja selesai les. Dan karena Ciji masih tak mengerti akhirnya mereka memutuskan untuk mencari cafe sekalian mereka makan, karena perutnya sudah sangat lapar.

Mereka belajar sampai tak sadar waktu sudah menjelang malam. Ciji masih mengerjakan beberapa soal yang diberikan Arsenio, ia masih bergelut dengan alat tulisnya. Ia tidak mengerti karena waktu di kelas Ciji sedikit tertidur.

"Ya ampun, Udah jam 9, Ar!" pekik Ciji baru melihat jam di ponselnya, mereka belajar dari jam 6 sore.

"Emang kenapa?" tanya Arsenio polos sambil mengusap wajahnya terlihat kelelahan kemudian menatap Ciji.

"Ish, ayah gue udah pulang lah. Gue bakal dimarahin." Ciji bergegas membereskan alat tulisnya dengan tergesa-gesa.

"Tenang aja, nanti gue yang bilang sama ayah lo. Kita cuma belajar, gak bakalan dia marah."

"Lo gak tau ayah gue gimana. Cepetan!" Ciji sudah siap lalu berdiri menarik lengan Arsenio yang masih duduk sambil memandang Ciji.

"Calm down, Ji. Lo kayak dikejar setan aja." Arsenio menyampirkan tasnya di bahu kirinya sambil berdiri dan melangkah menyusul Ciji yang sudah jalan duluan.

.

Motor Arsenio sudah sampai di depan gerbang rumah Ciji. Tatapan Ciji langsung terarah ke dalam gerbang di mana sudah ada mobil ayahnya terparkir di sana, menandakan bahwa ayahnya sudah tiba di rumah.

Ciji turun dan membuka gerbang dengan perlahan.

"Ngapain sih?" Ciji terlonjak kaget saat Arsenio berbicara di dekat telinganya. Ciji kira hantu yang ngajak dia ngobrol.

"Lo ngapain di sini? Udah sana pergi!" Ciji mendorong tubuh Arsenio agar jauh-jauh darinya dan segera pergi.

"Kan gue mau bilang dulu sama ayah lo."

"Gak usah, sana pergi!"

"Yaudah, lo bilang aja sama ayah lo kalo lo perginya sama gue, dia gak bakalan marah."

Setelahnya Arsenio benat-benar pergi meninggalkan Ciji dengan rasa takutnya. Takut jika ayahnya marah. Apakah benar jika ia bilang pergi sama Arsenio, ayahnya tidak akan marah? Ciji mencebikan bibirnya mengejek Arsenio. Itu pasti karena Arsenio terlalu percaya diri.

Ciji sudah di depan pintu, dengan perlahan ia membuka pintu dan masuk ke dalam. Tak ada tanda-tanda keberadaan ayahnya. Ciji terus melangkah sampai ia mendengar suara ayah yang sedang telponan dengan seseorang di dapur.

"Ya, Reza yang membuat masa depan anak saya hancur. Saya ingin dia hancur juga."

Deg

Reza? Reza Nugraha yang pernah menolongnya? Lalu maksudnya Reza membuat masa depan anak ayah hancur apa? Apa yang dimaksud ayah itu Kak Shin? Eh tunggu, Reza juga pernah cerita bahwa ia seakan menyesal karena telah membuat kesalahan besar kepada kak Shin. Kenapa membingungkan sekali!
Begitu banyak pertanyaan di dalam pikiran Ciji.

"Ya sudah, saya tutup telponnya." Ciji langsung bergegas meninggalkan dapur sebelum ayahnya mengetahui bahwa tadi ia tak sengaja menguping pembicaraan ayahnya.

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang