34. Crazy people

113 15 4
                                    


Mohon kritik dan sarannya yaaa...

Happy reading

Arsenio menghela napas saat melihat gerbang sekolah sudah tutup. Tapi kemudian ia tersenyum, menemukan ide untuk bisa masuk ke dalam sekolah. Memanjat tembok belakang sekolah, tidak ada jalan lagi.

Dengan mudah Arsenio memanjat tembok dan mendarat dengan selamat. Ia merapihkan pakaiannya sebelum kembali berjalan.

Baru saja beberapa langkah Arsenio berjalan, ia mendengar suara rintihan seseorang, seperti orang yang kesakitan.  Ia berjalan mendekati suara itu.

BUGH

Terdengar suara pukulan dan disusul suara rintihan kesakitan lagi. Dengan segera Arsen mendatangi suara itu. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat orang yang sudah tergeletak lemah, mukanya berdarah dan penuh dengan lebam.

"ANJ*NG! LO APAIN CIJI? HAH?!"

BUGH

BUGH

Arsenio menyerang orang yang sudah tega membuat Ciji babak belur.

Jay. Pelaku yang sudah membuat Ciji babak belur itu tersenyum miring sambil menatap Arsenio.

"Lo gak tau apa-apa!"

"Lo berengsek banget sih! Lo tau, siapa yang lo pukul tadi? Dia cewek, bego!"

"Dia pantes dapetin itu!"

Arsenio kembali menyerang Jay dengan membabi buta sampai Jay terjatuh tak kuat menahan serangan dari Arsenio. Sudut bibirnya berdarah karena pukulan Arsenio yang begitu kuat.

"Arsen ...," panggil Ciji dengan suara lemah.

Jika saja Ciji tidak memanggilnya, Arsenio tidak akan berhenti menghajar Jay habis-habisan.

Arsenio jongkok di depan Ciji. Ia membantu Ciji untuk duduk dan bersandar pada tembok. Arsenio meringis melihat luka-luka di wajah Ciji. Dia tidak menyangka ada orang yang berani menghajar wanita seperti ini. Jay sudah gila kah?

Tangan Arsenio terangkat, membersihkan darah yang ada di sudut bibir Ciji. Rasanya Arsenio ingin menghabisi Jay detik ini juga.

"Kita ke UKS." Arsenio menarik tangan Ciji, tapi Ciji malah meringis.

"Kenapa?" Arsenio memeriksa tangan Ciji, yang ternyata ada memar di sana. Apa saja yang sudah Jay lakukan? Tidak punya perasaan kah dia?

Arsenio kembali berdiri, menghampiri Jay yang masih terkapar lemah di tanah. Ia menarik kerah baju Jay, agar Jay berdiri, lalu ia kembali menghajarnya tanpa belas kasihan.

"Arsen, udah berhenti!" ucap Ciji lemah tapi penuh tekanan.

"Otak lo pake, anj*ng! Dia cewek!" ucap Arsenio sebelum ia meninggalkan Jay.

Arsenio memapah Ciji untuk UKS. Ciji masih terdiam, memikirkan semua kejadian yang menimpanya terjadi begitu saja. Bahkan saat Jay memukulinya, dia hanya diam. Ciji sangat terkejut saat tiba-tiba Jay menyeretnya ke belakang sekolah, memberitahukan bahwa ayahnya meninggal dengan tangisan yang pilu dan menyalahkan dirinya. Jadi semua ini salah Ciji?

"Ji ... Ciji!" Arsenio sedikit mengguncang bahu Ciji agar ia tersadar.

Ciji menatap Arsenio dengan tatapan kebingungan. "Huh?"

"Luka lo harus diobati, tapi bu Tiyanya gak ada." Arsenio celingak-celinguk mencari keberadaan perawat sekolah, tapi tidak ada.

"Luka ini gak ada apa-apanya dibanding sama apa yang Jay rasain," ucap Ciji tiba-tiba dengan tatapan kosong.

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang