24. Belajar bareng

617 36 2
                                    

"Butuh tumpangan?"

Ciji yang tadinya menunduk langsung mengangkat wajahnya karena ia merasa orang itu berbicara padanya. Ciji melihat orang di depannya dan setelah tahu siapa orang itu ia memutar bola matanya malas. Kenapa harus dia lagi?

"Gak butuh, terimakasih." Ciji memalingkan wajahnya menatap ke arah jalan, ia terlalu malas menatap wajah di depannya ini.

Orang itu turun dari motornya dan duduk di samping Ciji membuat Ciji refleks memggeser duduknya agar menjauh dari oramg itu, namun orang itu juga menggeser semakin dekat dengan Ciji.

"Heh, murid pindahan! Jangan macem-macem lo! Di sini banyak orang, gue bisa teriak!" ancam Ciji karena si murid pindahan itu terus mendekatinya. Ya, orang itu adalah Arsenio.

"Siapa yang mau macem-macem! Pikiran lo itu mah, negatif mulu!"

"Yuk pulang!" ajak Arsenio berdiri dan mengulurkan tangannya untuk Ciji.

"Gak mau. Gue naik bis aja."

"Tungguin aja sampe subuh. Orang udah gak ada bisnya."

"Trus gue harus pulang bareng lo gitu?" Ciji tersenyum sinis.

"Iya harus. Buruan."

"Enggak. Mending gue telpon sopir gue." Ciji segera mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor mang Edi.

"Mang, jemput," ucap Ciji saat teleponnya tersambung.

"Siap, Neng. Mang Edi OTW."

Ciji menunjukkan senyum sombongnya pada Arsenio, seolah berkata ia tak butuh tumpangan yang Arsenio tawarkan.

Arsenio kembali mendudukkan dirinya di samping Ciji.

"Ngapain lo?"

"Nemenin lo, sampe sopir lo dateng."

"Gak usah, pergi sana!" tolak Ciji mentah-mentah.

"Hobi lo ngusir ya?"

"Iya, emang kenapa? Hah!"

"Lo galak banget sih sama gue. Emang gue salah apa?" Arsenio memasang wajah tanpa dosanya.

Ciji tersenyum sinis, tak menyangka, apakah Arsenio tidak menyadari kesalahannya karena telah menipu Ciji?

"Lo buat kesalahan sama gue. Lo gak nyadar?"

"Oke, gue minta maaf."

"Segampang itu? Lo tau kesalahan lo apa?"

"Enggak."

"Trus ngapain lo minta maaf?"

"Kan tadi lo bilang gue ada salah sama lo, jadi gue minta maaf," jawab Arsenio santai membuat Ciji semakin geram padanya.

"Dan lo gak tau salah lo apa?"

"Mana gue tau, Ji. Lo juga gak jelasin salah gue apa. Gue bukan cenayang yang bisa tau apa yang gak dijelasin."

"Serah dah!"

Bip bip

Suara klakson mobil membuat mereka menoleh secara bersamaan ke arah mobil yang ternyata adalah mang Edi. Ciji segera menghampiri mang Edi tanpa menghiraukan Arsenio lagi.

"Hati-hati!" teriak Arsenio namun Ciji abaikan.

.
.

Ciji sampai ke rumahnya dengan selamat. Ia langsung bergegas memasuki rumahnya setelah berterimakasih pada mang Edi yang telah menjemputnya dan menyelamatkannya dari Arsenio si murid pindahan yang kurang kerjaan.

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang