22. Jealous?

640 36 7
                                    

"Pergi dari rumah saya. Kamu bukan anak saya lagi!"

Kak Shin memeluk kaki ayahnya dengan erat. "Maafin aku, Ayah."

"Saya akan kirim kamu ke luar negeri. Kamu hanya membuat malu keluarga ini! Kamu hanya akan membuat nama baik saya tercoreng!" ayah Frans menendang tangan kak Shin agar bisa terlepas dari kakinya.

"Mas, kita bicarain ini baik-baik." Bunda mencoba menenangkan ayah tapi gagal, ayah sama sekali tidak mendengarkan bunda.

"Saya tidak mengajarkan kamu menjadi wanita murahan seperti ini! Siapa orang yang sudah melakukannya?!"

Kak Shin diam terduduk di lantai sambil menangis.

"Jawab!!"

"Kamu benar-benar akan saya kirim ke luar negeri. Jangan sampai saya melihat wajah kamu lagi! Pergi dari hadapan saya!"

Frans tersadar dari lamunanya, tiba-tiba ia teringat kejadian buruk yang menimpa keluarganya. Anak pertamanya, anak yang dulu sangat ia banggakan kini telah sangat menecewakannya. Ia hamil di luar nikah, tentu saja ia sangat marah. Ia kurang tegas dalam mendidik anaknya. Namun sekarang ia sangat tegas dalam mendidik anaknya. Akhirnya kak Shin diasingkan, ia dikirim ke luar negeri hanya untuk menghilangkan gosip.

Ayah Frans seorang pengusaha sukses yang terkenal, ia sering diliput media karena telah memberi inspirasi banyak orang dari kisah hidupnya yang awalnya susah menjadi sukses seperti sekarang. Sehingga ayah Frans tidak mau jika aib keluarganya tersebar dan membuat nama baiknya tercoreng.

"Saya sudah mencarinya. Dia Reza Nugraha, mahasiswa dari fakultas hukum di universitas Blue Sea."

Frans tersadar ketika sekretarisnya berbicara tentang orang yang selama ini ia cari.

"Dia juga pernah bertemu dengan Ciji Eliza, putri anda. Di cafe Coffie Bar."

"Cari lebih lanjut tentang dia. Tempat tinggal dan keluarganya."

"Baik, Pak. Saya permisi."

"Sebentar."

"Ada apa, Pak?"

"Saya dengar anak kamu mendapat nilai sempurna di tes kemarin?"

Sekretarisnya tersenyum karena bangga pada anaknya.

"Bisakah dia mengajari anak saya?"

"Tentu, saya akan bicara pada anak saya." Frans mengangguk.

.
.


Hari minggu yang sangat membosankan bagi Ciji. Ia hanya rebahan sambil memainkan ponselnya, membuka aplikasi youtube dan memutar video edukasi. Semembosankan itu.

BRAKKK

Tiba-tiba pintu kamar Ciji terbuka dengan kencang, pelakunya masuk dengan muka khawatir. Ciji menatapnya tajam.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Ciji dengan sinis.

"Lo gapapa, El?" tanya Adit sambil mendekat dan duduk di sampingnya.

"Menurut lo?" Ciji memutar bola matanya malas.

"Gue minta maaf ya, gue gak tau kalo lo ngadain party buat birtday gue." Adit menatap Ciji memelas sambil tersenyum manis.

Ciji mengalihkan pandangannya, "siapa juga yang bikin party!" bantahnya.

"Gue tau, El."

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang