3. Menyerah

1.1K 156 24
                                    

Happy reading!!
Jangan lupa vote dan comment yaaa😉😘

"Kamu nyerah?!" Pak June terlihat tak percaya. Ciji hanya diam sebagai jawaban.

"Setelah perjuangan kamu selama ini?"

"Kenapa harus saya? Kenapa harus saya orang yang bapak pilih?" Ciji terlihat sangat lelah dengan beban yang ia tanggung.

"Perjuangan kamu tinggal sedikit lagi Ciji." Pak June berusaha membujuk Ciji.

"Tapi perjuangan saya gak dihargai, Pak! Saya capek, Pak! Saya peduli sama mereka, tapi Bapak tau? Mereka sama sekali gak peduli sama saya. Saya rela meluangkan sebagian waktu saya buat mereka, tapi mereka sia-siain. Saya harus gimana lagi, Pak? Saya capek!" Ciji terlihat sangat frustrasi.

"Bapak ngerti, Ji. Sangat ngerti. Tapi hanya kamu harapan satu-satunya buat masa depan mereka."

"Kenapa saya? Bapak gak percaya Tuhan? Tuhan yang bakal ngatur masa depan mereka, Pak."

"Bukan itu maksud bapak. Kamu juga tahu, mereka murid-murid khusus. Mereka butuh bimbingan lebih." Pak June menghela napas terlebih dahulu, "bapak juga sudah berusaha sekeras mungkin merubah mereka, tapi bapak tidak bisa terus memperhatikan mereka selama di kelas, bapak juga masih banyak tanggung jawab lain. Hanya kamu harapan satu-satunya bapak. Kamu mau kan, berjuang lagi? Demi masa depan mereka."

Ciji menatap Pak June tak tega. Sebenarnya Ciji hanya lelah saja. Ciji tak mengira akan sesulit ini.

Ciji menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan.

"Oke... Demi masa depan mereka."

Pak June tersenyum lebar. Senang mendengar jawaban Ciji. Ia sangat yakin Ciji mampu merubah mereka.

"Bapak sangat berterimakasih sama kamu. Tuhan kirim kamu buat bantu bapak. Andai aja kamu gak masuk kelas rehab, pasti mereka sekarang masih kelas satu."

Ciji terkekeh, ia bisa melihat jelas semangat Pak June untuk merubah siswa-siswanya.

"Harusnya mereka yang berterimakasih sama saya, bukan bapak." Pak June hanya terkekeh membenarkan ucapan Ciji.

"Sebenarnya bapak mau tau perkembangan murid-murid bapak, gimana?" Pak June membenarkan posisinya. Memasang kupinya, siap untuk mendengarkan dengan baik.

Ciji menghela napas terlebih dahulu, "Gak ada perkembangan dari mereka, Pak. Dari semenjak kenaikan kemarin sampai sekarang, mereka tetep gitu gitu aja."

Pak June terlihat kecewa dan sedih. "Maaf, Pak. Mungkin karena saya kurang peduli sama mereka."

"Kamu gak perlu minta maaf."

"Oh iya, gimana Hana?" tanya Pak June mengalihkan topik.

"Selama seminggu ini, dia udah masuk tiga hari, Pak," jawab Ciji.

"hmmm... Ada sedikit kemajuan."

"Kamu belum tau alasannya kenapa?" tanya Pak June serius. Ciji hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Kayaknya kita harus rubah struktur organigramnya deh," ujar Pak June tiba-tiba membuat Ciji kebingungan.

"Kenapa, Pak?"

Pak June melirik jam tangannya, "oh iya, sekarang jam saya, ya?" Ciji hanya mengangguk.

"Yasudah kalo gitu. Kamu boleh ke kelas. Kita bicarakan lagi nanti." Ciji mengangguk.

Ia permisi sambil membungkukkan badannya kemudian pergi ke kelas.

***

"Naga sama Satria belum kesini?" tanya Ciji kepada Kali yang duduk di sampingnya.

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang