17. Perundungan Agatha

584 37 0
                                    

Pak June sedang mengawasi siswa-siswinya yang sedang menjalani hukuman. Berlari di lapangan hijau yang luas ini, itu konsekuensinya karena membolos kelas tambahan.

Mereka memang siswa-siswi yang sangat kompak, sampai membolos pun kompak. Tidak termasuk Ciji. Namun Ciji juga menjalankan hukumannya kemarin yang sempat tertunda, memotong rumput.

"PAK UDAH LIMA PUTARAAAN!" teriak Nagarjuna dengan napas tidak teratur dan keringat yang yang membanjiri tubuhnya.

"Masih lima belas putaran lagi," ucap pak June santai membuat mereka menghela napas kecewa dan pasrah. Ya, mereka memang tidak berniat kabur lagi. Karena jika mereka mengulanginya, masing-masing orang tua akan dipanggil ke sekolah. Itu lebih buruk dari lari dua puluh putaran.

***

"Lo ambil karungnya, kita pindah tempat!" suruhnya pada Adara. Ciji dan Adara melanjutkan hukumannya yang kemarin.

"Kenapa gak lo aja?" Adara menatap tajam Ciji.

"Tinggal lakuin aja. Ribet banget!" Ciji sudah kesal daritadi pada Adara. Sebelumnya Adara memotong rumputnya dengan malas, membuat pekerjaannya semakin berat, jadi ia yang lebih banyak bekerja, sedangkan Adara, dia dengan malas hanya mencabuti satu persatu rumput dengan lambat.

"Yaudah lo aja, apa susahnya?!" Adara pun terlihat kesal. Mood-nya sedang buruk.

"Lo kenapa sih, daritadi ngajak ribut mulu?!" Ciji berjalan mendekat, ia sudah geram pada sikap Adara yang sangat menjengkelkan.

"Lo mau ribut? Ayoo!" ucap Adara menantang.

"Lo apaan sih!" bukannya Ciji takut, ia hanya tak ingin membuang waktunya dengan hal yang sia-sia.

"Kalo takut bilang!" Adara membuat Ciji semakin kesal.

Ciji mendorong pelan bahu Adara dengan jari telunjuknya, "lo pikir gue gak berani?"

Setelah itu, untuk kedua kalinya mereka kembali baku hantam. Ini lebih serius. Tidak ada yang memisahkan karena memang jam belajar sedang berlangsung, apalagi posisi mereka sedang di taman belakang sekolah, jarang yang datang ke sini.

Mereka meluapkan emosinya masing-masing. Seakan lupa bahwa mereka dulu sahabat yang selalu bersama, namun gara-gara satu hal, mereka seperti musuh bebuyutan yang tak pernah akur.

Mereka terjatuh, dengan beberapa memar di muka. Ciji memejamkan matanya, meredam emosi yang masih ada di dalam hatinya. Adara menatap langit dengan napas tak beraturan.

"Lo pembunuh, Ra. Gue benci sama lo." Ciji membuka matanya, menatap Adara yang ada di sampingnya.

Adara tersenyum miring, seolah mengejek perkataan Ciji yang menyindir dirinya sendiri. "Lo juga. Gue benci sama lo."

Ciji dan Adara. Mereka sekelas, di kelas 2-3. Mereka mempunyai tujuan yang sama. Yaitu ranking satu. Mereka selalu belajar bersama, bersaing dengan sehat.

Mereka satu pemikiran. Di sekolahnya yang punya uang yang menang. Di kelasnya, teman-temannya mendapatkan ranking dengan uangnya, tidak bersaing dengan sehat. Sebobrok itu sekolahnya. Jangan lupa, siswa-siswinya juga sebagian sama bobroknya, terutama di kelasnya. Siapa yang punya derajat, dia yang bisa berbuat seenaknya. Peraturan macam apa itu!

Aurora Agatha. Anak kepala sekolah yang selalu merasa dirinya sempurna, berbuat seenaknya kepada orang lain. Membully dan merendahkan orang lain. Semua tunduk padanya. Cih sangat menjijikan!

Seperti yang ia lakukan saat ini. Membully.

Misha, ia korban bully Agatha. Entah apa salahnya.

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang