23. Dicampakkan

638 42 6
                                    

Happy reading guys

"Bunda, aku berangkat. Assalamualaikum!" Ciji berteriak sambil berjalan keluar rumah.

"Wa'alaikumussalam."

Ciji baru saja sampai di perkarangan rumahnya, tapi ia disuguhkan dengan pemandangan yang sangat langka. Ia melihat Adit sudah bertengger di motor ninja hitam miliknya. Ciji tidak salah lihat kan? Jam sepagi ini Adit sudah siap berangkat sekolah? Ciji jadi curiga apa penyebabnya.

"Tumben, Bang." Ciji berjalan menghampiri abangnya.

"Yuk berangkat." Adit memberikan Ciji helm tapi tak langsung Ciji terima.

"Ogah, ribet naik motor lo, mending dianterin Mang Edi." Ciji melengos begitu saja meninggalkan Adit dan menghampiri mang Edi yang sedang membukakan pagar rumah.

"Pagi, Mang Edi!" mang Edi adalah satpam sekaligus supir di rumahnya. Ciji memang jarang diantar oleh mang Edi, ia lebih suka naik motor ojol atau naik angkot, dia merasa seperti seorang murid sungguhan.

"Eh, pagi, Neng. Mau ke sekolah?" tanyanya dengan logat sunda yang sudah melekat meskipun ia berbicara bahasa indonesia.

"Mau ke kondangan, Mang."

"Ah si Neng mah bisa wae!" Mang Edi terkekeh. Salah ia juga, sudah jelas Ciji mengenakan seragam sudah jelas akan pergi ke sekolah.

"Bercanda, Mang. Mau ke sekolah atuh." jika sudah berbicara dengab mang Edi Ciji juga suka ikutan logatnya mang Edi.

"Mau diantar, Neng?"

"Iya, Mang. Hayuk."

"Hayu atuh, Neng. Tunggu sakedap nya? Mamang ambil mobil hela di dalam."

"Siap, Mang."

Suara motor mendekat mengahmpiri Ciji dan berhenti di samping Ciji berdiri dekat pagar.

"Beneran gak mau dianter cogan?" tanya Adit sambil menaik turunkan alisnya.

"Enggak, terimakasih dan sampai jumpa," tolak Ciji mentah-mentah.

"Cuma lo yang nolak gue. Beraninya nolak tawaran cogan." Adit terheran-heran.

"Terserah. Udah pergi sana!"

"Sampai gue tau lo deket lagi sama cowok itu, lo tau kan, apa yang bakal gue lakuin?" Ciji menatap Adit tajam. Mulai lagi kan? Kenapa selalu mencampuri urusannya? Kurang kerjaan sekali dia.

Ciji sangat tahu betul Adit tidak main-main dengan ucapannya. Masih sangat melekat diingatannya, waktu itu ada seorang laki-laki yang mengejar-ngejar Ciji dan terus menyatakan cintanya, dia teman sekelasnya, Ciji tidak menolak dan tidak juga menerima karena ia tidak cinta pada lelaki itu dan ia tidak tega jika harus menolaknya karena lelaki itu orang yang sangat baik pada Ciji dan mereka juga teman akrab jadi Ciji tak mau jika ia menolaknya mereka akan saling menghindar dan akhirnya mereka dekat. Dan beredarlah rumor bahwa Ciji dan lelaki itu pacaran, dan parahnya abang Adit percaya dan menghajar lelaki itu habis-habisan, Ciji kasihan jadilah dia menghindari lelaki itu demi keselamatannya. Tapi apakah Ciji harus melakukan hal yang sama juga?

Adit melesat meninggalkan Ciji yang masih menahan kesal. Dan tak lama Mang Edi datang mengendarai mobil.

"Hayuk, Neng!" ajak mang Edi dari dalam.

"Iya, Mang." Ciji masuk ke dalam mobil.

"Suganteh Neng mau berangkat sama Den Adit." mang Edi membuka pembicaraan setelah sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Ciji diam karena ia masih memikirkan perkataan Adit tadi.

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang