21. Bad birthday

641 33 8
                                    

Drrtt drrtt drrtt

Ponsel Ciji bergetar, bukan ada panggilan masuk tapi karena alarm yang sudah ia atur jadwalnya. Alarm itu untuk mengingatkan ulang tahun abangnya, ulang tahunnya besok. Sengaja ia setel sehari sebelumnya karena untuk mempersiapkan acaranya. Meskipun Adit adalah abang yang sangat menyebalkan tetapi ia sangat menyayanginya.

Biasanya Ciji merayakan ulang tahun abangnya tepat jam 12 malam, tepat pada bergantinya hari ke hari ulang tahun abangnya.

Ciji melirik ke arah abang yang sedang fokus memainkan PlayStation. Hari ini hari sabtu, sekolah libur jadi mereka menghabiskan waktu bersama di rumah.

Ciji menatap Adit sambil berpikir hadiah apa dan rencana seperti apa yang akan ia buat nanti.

"Kenapa lo liat gue kayak gitu?" tanya Adit mengalihkan pandangannya dari layar televisi.

"Enggak." dengan cepat Ciji mengalihkan pandangannya ke arah layar TV.

"Tau kok kalo gue ganteng." Adit mengangkat wajahnya sombong dengan muka yang sangat menyebalkan.

"Dih, jelek gitu!" Ciji memutar bola matanya malas.

"Lo orang pertama yang bilang gue jelek."

"Bodoamat!" Ciji beranjak dari duduknya kemudian berjalan ke kamarnya meninggalkan Adit yang kembali anteng dengan PSnya.

"Oh my god! Gue ada les matematika!" Ciji menepuk jidatnya karena hampir melupakan les matematikanya.

Ciji segera bersiap untuk berangkat.

.

"Bunda mana, Bang?" Ciji sudah siap untuk berangkat, ia akan pamit pada bundanya tapi ia tidak menemukan keberadaan bundanya.

"Keluar, ada apa?" tanya Adit tanpa mengalihkan pandangannya, ia masih sibuk bermain PS.

"Mau izin les matematika. Izinin sama bunda ya?" Adit hanya mengangguk.

"Ya udah, gue berangkat."

"Gue anter." Adit langsung berdiri dan menghampiri Ciji.

"Gak usah, gue udah pesen ojol." Ciji berjalan melewati abangnya.

"Cancel."

Ciji membalikkan badannya. "Kasian, Bang. Kita kan gak tau kalo ternyata abang ojolnya baru dapet pelanggan eh tiba-tiba di cancel. Jahat banget lo!"

"Sejak kapan lo sepeduli ini?" Adit menatap heran adiknya.

"Ish, gue kan orangnya emang baik."

"Udahlah, gue cabut ya. Bye!"

.

Suasana di tempat Lesnya memang sedikit sepi. Tidak banyak orang yang hadir. Ciji terfokus dengan catatannya, ia kembali mempelajari materi minggu-minggu sebelumnya.

Seorang guru laki-laki dengan mata yang tajam di balik kacamatanya masuk diikuti oleh seorang pelajar dengan baju santainya.

"Ini dia satu-satunya orang yang dapat nilai sempurna di tes kemarin."

Suara riuh tepuk tangan menggema di ruangan ini hanya untuk memberi apresiasi terhadap orang yang sudah mencapai nilai sempurna itu.

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang