Hari H ulangan tengah semester. Mau tak mau Ciji harus menghadapinya meskipun badannya tidak siap. Apalagi hari ini mata pelajaran matematika, Ciji harus kembali merebut nilai tertinggi lagi dari Agatha. Ia juga akan membuktikan pada ayahnya bahwa ia bisa mendapatkan nilai sempurna, dan tidak akan mengecewakannya lagi. Ciji janji.
"Jangan malu-maluin Ayah lagi. Kamu gak bakal kecewakan Ayah lagi, ingat janji kamu!" Ciji mengangguk sambil memakan roti selainya.
"Ulangan harian kemarin masih bisa Ayah maafkan. Tapi ulangan semester ini, jangan harap kamu bisa pulang ke rumah!"
Bukan kata-kata semangat yang Ciji dapatkan agar ia semangat mengerjakan soal-soal nanti, tapi yang ia dapat malah ancaman yang membuatnya tertekan. Apapun itu, Ciji akan menepati janjinya.
"Aku berangkat, Yah." Ciji menyalimi tangan ayahnya, kemudian pergi. Bundanya dari subuh sudah pergi ke rumah sakit. Jadi hanya tinggal dirinya dan ayah.
Ayahnya membiarkan Ciji pergi begitu saja, padahal Ciji ingin sekali diantar ayah. Apalagi di hari-hari seperti ini, ia sangat butuh kehangatan ayah agar mood-nya lebih baik. Tapi Ciji mengubur keinginan itu dalam-dalam. Ia kembali melangkahkan kakinya keluar rumah. Hari ini ia akan naik bus saja.
.
Ciji sampai di sekolah yang sudah lumayan ramai. Tumben sekali, biasanya jam segini masih sepi. Tapi kali ini sudah banyak siswa yang nongkrong di koridor, ada yang sambil membawa buku atau pun hanya sekedar mengobrol dengan temannya saja. Namun ketika Ciji melewatinya, semua tatapan mereka mengarah ke arahnya, dengan tatapan sinis. Tunggu, mereka kenapa? Apa Ciji buat kesalahan?
Seseorang menarik tangannya menjauh dari murid lain yang menatapnya sinis. Ciji menatap Kali--orang yang menariknya--dengan bingung. "Apaan sih, lo?!"
"Lo gak tau?" Kali menatap Ciji dengan tatapan tidak percaya. Ah, tapi ia harus memakluminya. Ciji kan orangnya kudet.
Kali memperlihatkan grup sekolah yang sudah penuh dengan gibahan tentang Ciji. Bahan gibahan kali ini tentang Ciji yang tertangkap basah sedang kencan dengan Natha, dan juga, tentang Ciji yang katanya sudah membuat ayah Jay meninggal.
Ciji tidak mempercayainya, kenapa ada orang yang bisa mengarang sejauh ini? Dan kenapa juga orang-orang percaya pada berita palsu ini?
"Lo percaya?"
Kali tampak sedang berpikir, "Gak percaya sih, tapi ... ini bukan elo kan?" Kali menunjukkan foto yang menunjukkan di sana Ciji sedang berhadap-hadapan dengan Natha.
"Anak-anak lain pada percaya kalo lo emang kencan sama Natha. Dan Hana juga bilang dia udah putus sama Natha gara-gara lo. Mereka jadi bener-bener percaya kalo lo rebut Natha dari Hana."
Ciji tersenyum sinis, masih tidak menyangka dengan semua ini. Hana pintar juga mengarang cerita, kenapa tidak jadi penulis saja? Hidupnya banyak drama sekali, mirip dengan Agatha.
"Oke, gue wujudin aja apa yang mereka bilang. Biar gak jadi fitnah." Ciji tersenyum penuh arti kemudian pergi dari hadapan Kali yang masih mematung dengan ucapannya.
"Waahh ... anak-anak sekarang tambah gila aja. Harusnya mereka bicarain baik-baik, dengerin penjelasan Ciji dulu. Kan gak akan ada salah paham kayak gini," ucap Kali dengan pandangan lurus.
"Omo, kok omongan gue tadi kayak ahjumma sih?! Aiisshh!" Kali memukul mulutnya beberapa Kali sambil berjalan menyusul Ciji.
"Ciji, tunggu!!"
Mereka sampai di loker masing-masing. Kali menyimpan beberapa buku, dan ia hanya akan membawanya satu untuk dibawa ke kelas. "Sekarang pelajaran---" Kali tak melanjutkan ucapannya yang akan bertanya sekarang pelajaran apa karena ia terlalu terkejut dengan apa yang ia lihat. Kali menutup mulutnya dengan mata melotot, ia menatap Ciji yang hanya terdiam kaku.
![](https://img.wattpad.com/cover/214795913-288-k19554.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Before You Go
Teen FictionKatanya, masa SMA itu paling menyenangkan. Namun, nyatanya banyak tekanan yang aku dapatkan. Katanya, remaja itu pikirannya bebas, mereka melakukan apa yang mereka suka. Namun, nyatanya jadi anak baik itu tuntutan mutlak. Mana ada kata bebas, bul...