9. Hukuman untuk Yera

697 76 5
                                        

Aku Yera. Hari ini moodku sedang sangat buruk, karena kemarin buku sketsa kesayanganku diambil Ms. John. Buku itu seperti temanku, yang selalu menemaniku saat aku kesepian. Aku memang selalu merasa kesepian. Aku tidak punya teman. Bukan. Sebenarnya aku yang menutup diri dari orang lain. Aku sedikit trauma dengan teman, sahabat atau hubungan semacamnya.

Hari ini tiba-tiba pak June datang dan memanggilku. Aku juga bingung dia mau apa. Akhirnya aku hanya bisa mengikutinya, ternyata pak June memanggilku ke kantor. Di sana, sudah ada bapak kepala sekolah dan juga Ms. John. Ada apa? Apa aku membuat masalah?

Kepala sekolah memandangku penuh amarah. "Pantas saja kamu dipindahkan ke kelas 2-1. Masuk kantor tanpa izin dan mengambil barang milik Ms. John."

"Kamu bisa dikeluarkan dari sekolah, Yera."

Aku semakin tidak mengerti dengan ucapan kepala sekolah. Masuk kantor tanpa izin? Mengambil barang milik Ms. John? Aku sama sekali tidak merasa mengambil barang siapa pun. Lagian untuk apa? Aku lebih senang hidup tanpa mengganggu orang lain.

Jika memang aku benar melakukannya. Aku juga siap jika harus dikeluarkan dari sekolah. Tapi aku tidak melakukannya.

"Bapak tidak bisa memutuskannya begitu saja. Bapak punya bukti?" pak June membelaku.

Aku tidak bisa membalas perkataan kepala sekolah. Aku juga bingung dan aku malas berdebat dengannya.

"Kamu mau bukti?" pak June mengangguk.

"Bu Nazwa!" kepala sekolah memanggil bu Nazwa. Dia mantan wali kelas ku saat aku masih di kelasku sebelumnya. Dia alasan kenapa aku tidak lagi percaya dengan orang lain.

Bu Nazwa menatapku seperti merasa bersalah. Haha... Apa dia merasa bersalah kepadaku?

"Bu Nazwa, ceritakan semuanya!" kepala sekolah meninggikan suaranya. Aku sangat tidak suka kepala sekolah!

Bu Nazwa menatapku lagi, "sa...saya lihat Yera masuk kantor malam itu. Jam 8 malam. Saat itu semua guru sudah pulang dan hanya tinggal saya yang di sana, kebetulan saya lembur tadi malam."

Ah iya. Malam itu aku memang masuk ke kantor. Tapi aku hanya ingin mengembalikan kunci ruang seni, karena malam itu hanya tinggal aku di ruang seni, jadi aku yang menguncinya dan aku juga yang mengembalikan kuncinya ke kantor. Tapi apa mereka akan percaya? Ah pasti tidak akan percaya. Percuma panjang-panjang dijelaskan. Satu lagi, alasanku masuk kantor karena aku melihat.... Seseorang berjaket hitam.

"Ibu punya bukti? Bisa saja ibu hanya salah orang atau...mengada-ngada?" pak June seperti tidak percaya pada bu Nazwa.

"Pak June!" bu Nazwa terlihat marah.

"Pak June. Mana mungkin Bu Nazwa salah orang apalagi mengada-ngada. Pak June jangan mencari alasan untuk menyembunyikan kesalahan Yera! Jelas-jelas Yera sudah masuk kantor tanpa izin!" sudah kuduga. Kepala sekolah pasti akan memihak pada bu Nazwa. Tidak ada gunanya jika aku menjelaskan yang sebenarnya.

"Tidak bisa, Pak. Kita juga harus mendengar penjelasan dari Yera."

"Yera, apa benar tadi malam kamu masuk kantor?" tanya pak June. Aku menatap pak June yang kini menatapku juga.

Aku menatap satu persatu orang yang ada di sana. Semua menatapku. "Ya. Saya masuk kantor tadi malam."

***

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang