Part ini pendek. Mianhe😁
"Harusnya gue gak di sini! Aiissh... capek banget!" Adara terus mengeluh. Keringat bercucuran dari keningnya. Bayangkan saja, ia harus memotong rumput halaman sekolah yang sangat luas ini, apalagi bersama Ciji. Dan cuacanya yang sangat tidak mendukung. Panas.
"Bisa gak, jangan banyak ngeluh?!" Ciji sangat kesal pada Adara yang berisik terus mengeluh. Memangnya dirinya saja yang merasa capek? Sama, Ciji juga.
"Kenapa emangnya?! Setidaknya gue gak munafik kayak lo!"
"Sok kuat, sok baik. Cih!" Adara melanjutkannya dengan suara berbisik namun masih dapat terdengar oleh Ciji.
"Kalo berani, ngomong depan muka gue. Gak usah bisik-bisik!" Ciji mulai tersulut emosi. Apalagi cuacanya yang panas membuat ia semakin emosi.
"Ekhem ekhem" deheman seseorang membuat mereka menoleh.
Pak Syam berdiri tak jauh dari mereka sambil menatap mereka. Ciji dan Adara langsung melanjutkan memotong rumput yang sempat tertunda. Melupakan sejenak pertengkaran mereka.
***
Ciji duduk di bawah pohon, mengistirahatkan tubuhnya. Ia sudah tak sanggup lagi untuk memotong rumput, ia akan meminta izin pak Syam untuk melanjutkannya besok. Sedangkan Adara, ia tak peduli kemana anak itu pergi. Biarlah.
Dengan lembut angin menerpa wajahnya, sejenak Ciji memejamkan matanya untuk menikmati sejuknya angin. Setidaknya sedikit mengurangi rasa panas di tubuhnya.
"Nih!" seseorang melempar botol mineral.
Siap tak siap Ciji mencoba menangkapnya. Untung tertangkap. Ciji menatap orang itu. Arsenio, yang kini sedang menyengir ke arahnya. Tidak ada cara yang lebih sopan apa selain melemparnya?
Ciji langsung meneguk minuman itu sampai habis setengah.
"Sama-sama." Arsenio ikut mendudukkan dirinya di sebelah Ciji.
Ciji memang tahu sindiran itu untuknya, "makasih."
"Makasih aja?" tanya Arsenio dengan senyum khasnya yang sangat menyebalkan.
"Gak ikhlas?" Ciji menatap tajam Arsenio.
"Enggak. Ikhlas kok."
Ciji mengangguk sambil senyum yang dipaksakan. Palsu.
Ciji beranjak dari duduknya, mengambil seragam putihnya lalu menyampirkannya di pundak sebelah kiri, ia hanya memakai kaos putih polos. Tangan kanannya masih memegang air mineral pemberian Arsenio.
Arsenio ikut berdiri mengikuti Ciji. "Yuk cabut!" ajak Arsenio. Seolah-olah memang dirinya yang mengajak Ciji pergi, padahal niat awal Ciji memang akan pergi.
Mereka masuk ke kelas yang sedang sepi. Hanya ada beberapa yang tinggal. Karena sekarang jam istirahat, mungkin sebagiannya ke kantin.
Kali melambaikan tangannya ke Ciji dengan semangat, tangan kirinya memegang ponsel dan telinganya tertutup earphone. Pasti nonton drakor, atau streaming biasnya. Pokoknya tidak jauh dari itu.
"Ciji, annyeong!"
Ciji berjalan menghampirinya.
"Long time no see." Ciji langsung menatap tajam Kali. Ciji juga baru sadar dia telah melewati dua mata pelajaran.
"Kok lo datengnya sama si murid pindahan?" tanya Kali sambil berbisik.
Ciji hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh. Duduk di kursinya diikuti Kali.
"Lo alpa dua pelajaran," ucap Kali sambil melepaskan earphone-nya.
"Lo gak izinin gue?" tanya Ciji kesal.
"Enggak."
"Ya ampun, Kali Gaitshaa! Aissh gue kena masalah sekarang." Ciji memikirkan, pasti ayahnya sudah mendapat laporan dari dua guru yang ia tidak masuk pelajarannya.
"Lo gak titip surat izin." memang benar, Ciji tak memberinya surat izin tapi apakah Kali tidak tahu ia baru saja habis menjalankan hukuman?
Ciji mengacak rambutnya frustrasi. Apakah teman-temannya yang lain tidak tahu tadi ia habis berantem lalu mendapat hukuman? Pasti beberapa dari mereka tahu. Lalu kenapa tidak ada yang mengizinkannya? Huh, Ciji lupa, mereka tidak akan peduli padanya.
Ciji bangkit dari duduknya hendak pergi.
"Kemana, Ji?"
"Korea!" jawab Ciji asal, ia kesal pada Kali.
"Ikuuuuut!"
***
Pak June memasuki kelas 2-1, yang berisi murid-murid ajaibnya. Ia menatap satu persatu wajah manusia-manusia di depannya kemudian menghela napas berat.
Pak June mengambil napas panjang terlebih dahulu sebelum berteriak, karena keadaan kelas yang sangat ribut.
"Sebelum belajar, Bapak akan membahas sesuatu." murid kelas 2-1 mulai diam, entah mendengarkan atau tidak peduli seperti Satria, ia masih bermimpi di alam sana.
"Mulai minggu depan, Bapak akan sering mengadakan uji kompetensi. Hasilnya akan Bapak tambahkan ke nilai rapot kalian. Harus kalian tau, nilai rata-rata kelas kita terendah. Kalian juga harus sadar." pak June kembali menghela napas berat.
"Oh iya, hari ini kita ada kelas tambahan," tambah pak June.
"Gak wajib kan, Pak?" tanya Jay, dia salah satu orang yang sering bolos saat jam kelas tambahan.
"Jangan pikir kelas tambahan ini tidak wajib jadi kalian selalu bolos seenaknya!" pak June menegaskan.
"Ingat, kehadiran kalian di kelas tambahan akan Bapak kasih poin plus."
"KM!" panggil pak June.
Nagarjuna, ketua murid gadungan itu tak menyahuti panggilan pak June. Ia mengantuk, apalagi melihat Satria di sampingnya tidur dengan sangat pulas.
"KM!" pak June meninggikan suaranya.
Naga terkejut, karena ia merasa terpanggil ia langsung berdiri sambil menatap pak June dengan siap. Sedangkan pak June hanya menggelengkan kepalanya.
"Bapak ingin di kelas tambahan semuanya hadir."
Nagarjuna tersenyum angkuh. "Bapak tenang aja, kalo sama Nagarjuna mah semuanya beres. Bapak gak akan nyesel milih saya buat jadi KM."
Ciji mencibir, "Hilih bicit!" Nagarjuna hanya membalasnya dengan senyum penuh kemenangan.
"Bapak pegang kata-kata kamu."
"Oke sekarang kita mulai ke pembelajaran..."
.
.
.Jangan lupa vote and commentnya ya yeorobuuunn!!
Annyeonghaseo😘
![](https://img.wattpad.com/cover/214795913-288-k19554.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Before You Go
Teen FictionKatanya, masa SMA itu paling menyenangkan. Namun, nyatanya banyak tekanan yang aku dapatkan. Katanya, remaja itu pikirannya bebas, mereka melakukan apa yang mereka suka. Namun, nyatanya jadi anak baik itu tuntutan mutlak. Mana ada kata bebas, bul...