Ciji, Bunda, dan Adit kini sedang sarapan pagi. Adit sudah lengkap dengan seragamnya, ya meskipun berantakan, sedangkan Ciji masih menggunakan piyama seperti tidak niat untuk berangkat sekolah.
"Kamu gak sekolah?"
"Cuma hari ini aja, Bun," jawab Ciji masih sibuk dengan roti di tangannya. Bunda hanya mengangguk saja.
"Biar abang yang kasih surat izinnya," ucap Adit berinisiatif.
"Enggak usah. Biar El aja. Nanti El telpon pak June."
Tok tok tok
Bunda meninggalkan meja makan untuk membuka pintu.
Pintu terbuka menampilkan Nagarjuna dengan senyum lebarnya. "Selamat pagi, tante."
"Pagi, Ar."
"Ciji ada, tante?"
"Ada di dalem. Yuk masuk."
Bunda masuk diikuti oleh Naga. Bunda memang sudah lama mengenal Naga. Dulu Naga sering main ke rumah untuk bermain dengan Ciji, lebih tepatnya menganggu Ciji. Mungkin memang dari kecil sampai sekarang sudah menjadi kebiasaan Naga untuk mengganggu Ciji.
"Ji, kok masih dekil sih?" tanya Naga. Ucapannya memang tidak pernah difilter. Bunda hanya terkekeh mendengarnya.
Ciji memutar bola matanya malas, ia lanjut memakan rotinya tanpa menjawab pertanyaan Naga.
"Ciji izin hari ini." Adit yang menjawab.
"Lho kenapa?" tanya Naga kebingungan.
"Ngapain lo kesini?" tanya Ciji sinis.
"Berangkat bareng kuy! Lo cepetan mandi. Gue tungguin." Naga duduk di meja makan sambil menyilangkan tangannya di depan dada.
"Enggak. Gue izin hari ini."
"Mau kemana sih, tante?"
"Gak kemana-mana. Ciji mau istirahat dulu, Ar."
"Emang abis ngapain?"
"Banyak tanya banget sih lo!" Ciji geram sendiri karena Nagarjuna terus bertanya.
"Udah. Lo bareng gue aja, Ar." Adit merangkul Nagarjuna dari belakang.
"Tapi Bang--" Adit langsung menarik Naga keluar.
"PULANG SEKOLAH GUE KE SINI!!"
***
Hari ini keadaan kelas sangat tidak teratur. Apalagi sekarang jamkos. Bukan jamkos sebenarnya, hanya tidak ada yang mengambil tugas ke kantor. Biasanya Ciji yang mengambil tugas ke kantor. Itu hanya berlaku untuk Pak Lazy, karena beliau sangat malas masuk kelas dan sangat manja, harus selalu ada murid yang menjemputnya atau yang mengambil tugasnya jika tidak ada, ya dia tidak peduli.
Cklek
Tiba-tiba keadaan kelas menjadi senyap seketika saat orang itu masuk. Orang itu adalah Ms. Johnny Jansel. Orang-orang memanggilnya Ms. John. Siapa yang tidak mengenal guru ter-killer itu, yang selalu membawa tongkat kemana-mana. Tidak, kakinya dapat berjalan dengan baik, tongkat itu untuk menghukum murid-murid yang berbuat masalah maka tongkat itu akan melayang.
Suara langkahnya menggema di dalam kelas yang sunyi. Kakinya berjalan mendekat ke arah bangku, wait bang Satria? Tamatlah riwayatnya.
BRAAKK!!
Meja Satria dipukul dengan sangat keras hingga Satria terbangun dengan muka yang sangat kesal. Matanya menatap malas orang yang memukul mejanya.
"Satria Rahendra. Poin minus lima." Satria semakin kesal dengan ucapan Ms. John yang seenaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/214795913-288-k19554.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Before You Go
Novela JuvenilKatanya, masa SMA itu paling menyenangkan. Namun, nyatanya banyak tekanan yang aku dapatkan. Katanya, remaja itu pikirannya bebas, mereka melakukan apa yang mereka suka. Namun, nyatanya jadi anak baik itu tuntutan mutlak. Mana ada kata bebas, bul...