Ciji berjalan di koridor dengan tak bersemangat, moodnya sedang sangat buruk hari ini, apalagi semalaman ia tak bisa tidur karena tak nyaman dengan perutnya yang mules. Setiap datang bulan, di tiga hari pertama Ciji memang selalu merasa mules.
BUGH!
Seseorang menubruk Ciji dan hampir membuat Ciji terjungkal ke depan. Ciji menarik napasnya panjang dan menghembuskannya perlahan, seketika darahnya langsung naik. Tangannya terkepal dengan erat.
Ciji mencoba untuk bersabar tetapi orang itu dengan watadosnya berjalan melewatinya. Ciji tersenyum miring. Ia kembali berjalan dan menabrak orang itu dengan sengaja dan kembali berjalan seperti yang orang itu lakukan kepadanya.
Bahu Ciji ada yang menarik membuat Ciji mau tak mau menghadap orang itu. "Masalah apa lo sama gue?!"
Ciji menatap perempuan di depannya dengan berani, "kenapa jadi lo yang marah?! Hah!"
"Ya jelas lah! Lo tiba-tiba nabrak gue!"
"Lo duluan yang nabrak gue!"
"Apa? Enggak!"
"Cih gak mau ngaku lagi!"
"Emang gue gak salah! Lo harus minta maaf sama gue!" perempuan itu menyilangkan tangannya di depan dada dengan angkuh.
"Ogah, harusnya lo yang minta maaf sama gue!"
"Heh murid sampah! Gak usah sok mahal!"
PLAAKK
Ciji sudah menahan amarahnya tetapi ia tidak bisa lagi menahan amarahnya. Perempuan di depannya ini sudah kelewatan. Ia pantas mendapatkannya.
PLAAKK
Perempuan itu membalas tamparan Ciji dengan sangat keras sampai sudut bibir Ciji mengeluarkan darah. Tak hanya sampai situ, rambutnya pun ditarik dengan sangat kencang. Ciji tak hanya diam, ia membalas menjambak rambut perempuan itu.
"Ciji udah Ciji!" seseorang memisahkan mereka, ia berdiri di tengah antar Ciji dan perempuan itu.
Ciji menatap pria di hadapannya, ia menatap Ciji dengan khawatir. Dia Natha.
Perempuan itu mendorong Natha ke samping dan hendak melayangkan kepalan tangannya ke Ciji tetapi Natha kembali muncul di tengah dan jadilah Natha yang terkena bogeman itu di tulang pipinya.
"Natha, lo gapapa?" Ciji langsung khawatir saat Natha terkena pukulan, ia juga jadi merasa bersalah.
"Lo apa-apaan sih?!" Ciji hendak menghampiri perempuan itu namun tangannya ditarik Natha.
"Aku gapapa."
Ciji menatap sekitarnya yang sudah banyak murid berkumpul hanya untuk menonton saja. Tak guna sekali. Bukannya membantu malah asik menonton dan ada beberapa yang mengarahkan kamera ponselnya kepadanya.
"Kita ke UKS." Ciji menarik tangan Natha.
"Duduk!" titah Ciji saat mereka sudah sampai di UKS. Ia mengambil kotak P3K dan duduk di hadapan Natha.
Ciji mulai mengobati memar di muka Natha. Ia merasa bersalah kepada Natha. Kenapa juga Natha tiba-tiba muncul?
"Sorry ya, gara-gara gue, lo jadi kena
pukul," ucap Ciji sesekali menatap wajah Natha."Bukan salah kamu." tiba-tiba Natha meringis saat tak sengaja Ciji menekan lukanya.
"Sakit ya?" Natha hanya tersenyum sambil menatap mata milik Ciji, tiba-tiba pandangannya turun pada bibir Ciji, tepatnya pada luka di sudut bibir Ciji.

KAMU SEDANG MEMBACA
Before You Go
Teen FictionKatanya, masa SMA itu paling menyenangkan. Namun, nyatanya banyak tekanan yang aku dapatkan. Katanya, remaja itu pikirannya bebas, mereka melakukan apa yang mereka suka. Namun, nyatanya jadi anak baik itu tuntutan mutlak. Mana ada kata bebas, bul...