23. You Never Walk Alone

1K 86 8
                                    

•••

°°Walaupun, gue bukan satu-satunya yang ada di hati lo, tapi itu nggak akan buat gue biarin lo gitu aja. Gue akan terus berada di samping lo, Lis.°°

-Alien-

•••

🌺🌺🌺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌺🌺🌺

           “Mina, aku keluar dulu,” pamit Lisa seraya mengikat rambut yang awalnya digerai menjadi kucir kuda.

Mina menganggukkan kepalanya. “Iya. Aku nggak ikut nggak papa, kan? Aku udah ngantuk.” Lalu dia menguap lebar membuat Lisa terkekeh kecil. Mereka berdua memang mendapatkan kamar yang sama.

Gadis di depannya ini rupanya orang yang mudah merasa kantuk. Padahal, tadi di dalam bus, Mina tertidur sampai beberapa jam. Sementara, Lisa yang justru membuka matanya karena sama sekali tak bisa tidur. Jangan tanya kenapa, karena alasannya sudah jelas.

“Iya, iya. Dasar pelor,” cerca Lisa yang langsung mendapat pelototan mata dari sang empu.

             Hanya dalam waktu kurang sehari, Lisa sudah cukup akrab dengan Mina. Pembawaannya yang menyenangkan dan memiliki selera hampir sama dengan Lisa, membuat keduanya cepat dekat.

Menutup pintu kamarnya, gadis dengan balutan sweter berwarna abu-abu itu mulai melangkah keluar. Perjalanan ke Jeju benar-benar memakan banyak waktu. Mereka tiba di sini sekitar pukul 6 sore. Oleh sebab itu, hari pertama di Jeju, sama sekali belum ada kegiatan yang terjadwal. Murid-murid bebas untuk langsung tidur atau mau berkeliling sepanjang pantai yang letaknya cukup dekat dengan pantai. Dengan syarat jangan sampai kembali lewat pukul 10 malam. Kalau sampai ada yang berani melanggar, habis sudah di tangan Bu Tiffany.

              Lisa masih terus berjalan sekadar menghirup udara malam yang terasa sungguh menyejukkan. Mungkin karena dekat dengan pantai, jadi angin malam begitu syahdu. Sesekali ia juga mendongakkan kepalanya menatap gelapnya malam dengan dihiasi kelap bintang-bintang yang menjadikannya tampak lebih indah.

Mom, Dad, i’m miss you,” pelannya menghadap sang langit.

Tak bisa dipungkiri, setiap kali melihat bintang, gadis itu pasti teringat dengan kedua orang tuanya. Memori-memori indah bagai sebuah film dokumenter tanpa bisa dicegah berputar di kepala Lisa. Kenangan-kenangan indah keluarga kecil nan harmonis yang dimilikinya dulu. Kata-kata Sang Ayah yang selalu berhasil menenangkannya. Perlakuan lembut Sang Ibu yang benar-benar Lisa rindukan.

             “JIMIN!!!”

Tiba-tiba sebias suara yang terucap sangat keras dan lantang itu membuyarkan lamunan Lisa. Ketika mengenali suara itu, kontan saja, Lisa lantas mencari sumbernya. Matanya membulat, ketika menangkap Rosi yang menatap marah ke arah Jimin.

Flowers - [Lizkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang