•••
°°Percayalah, setiap masalah yang kita hadapi, pasti selalu ada setitik cahaya bintang yang menunggu kita untuk dijemput di ujung sana°°•••
🌺🌺🌺
“Eh... Eh, ada si cewek pelacur. Kebetulan banget, bawain tas gue dong!”Satu lemparan tas berhasil mendarat di kedua dekapan tangannya.
“Eh, gue juga dong! Itung-itung lo berbuat baik, kan?”
“Gue juga!”
Tiga tas yang dilayangkan tiga kali secara berurutan tanpa jeda itu membuat Lisa spontan langsung mengulurkan tangannya ke depan, menangkap tas itu satu-persatu. Setelah memastikan benda itu tidak akan terjatuh di tangannya, Lisa lantas mengangkat pandangannya guna menatap si pelempar. Ia menghembuskan napasnya panjang, tatkala mendapati Irene, Seulgi, Yeri dan terakhir... Jennie.
“Heh! Lo pada apa-apaan??” Rosi yang baru saja datang bersama Jisoo langsung mengatakan protesnya. “Bawa tas lo sendiri-sendiri! Dia itu bukan babu kalian!” bela Rosi. Sementara, Jisoo cekatan lekas meraih tas yang berada di lengan Lisa, ketika melihat sosok itu merasa keberatan menahan beban.
“Emang bukan, tapi nggak ada salahnya, kan, simulasi dulu jadi babu kita?” sahut Seulgi sambil memainkan rambutnya dengan memutar membentuk gulungan tipis.
Irene yang mendengar ucapan merendahkan Seulgi itu tertawa sinis. “Nggak usah simulasi gimana? Langsung jadi babu kita?” timpalnya dibalas sorakan setuju dari Seulgi dan Yeri.
“Nah! Gimana mau nggak lo?? Dari pada lo kerja jadi cewek malam mending jadi babu kita aja, gue bayar deh!” tambah Seulgi yang sukses membuat Rosi tersulut emosi dan hendak menerkam wajah arogan itu jika saja tangannya tidak ditahan oleh Jisoo.
“Jangan kepancing emosi, Ros,” bisik Jisoo mengingatkan bahwa ini masih di area hotel yang tentunya banyak orang-orang berlalu lalang. Dia melirik ke arah mereka, terutama Jennie yang sedari tadi hanya menyunggingkan senyum sinis. Namun yang Jisoo lihat, cewek itu membawa tasnya sendiri, tidak seperti ketiga teman barunya itu.
Mengatur napasnya sesuai intruksi Jisoo agar tidak tersulut emosi, Rosi lalu membalikkan badannya. Dengan segera, gadis berpipi chipmunk itu melepaskan tas yang berada di tangan Lisa dan Jisoo kemudian Rosi membuangnya kasar dengan cara melemparnya ke sembarang arah hingga menimbulkan suara ‘buk'. Pasalnya, tas itu sangat berat. Bisa dipastikan isinya hal-hal yang tidak penting. Ah... Atau jangan-jangan itu isinya dosa-dosa mereka?
“Bego! Apa-apaan lo??!” Seulgi mendorong bahu Rosi, karena tak terima tasnya dibuang dengan cara tidak elit seperti itu. “Lo kira tas gue murah, sampai berani buang kayak gitu??” sewotnya memelototi Rosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers - [Lizkook]
Fiksi PenggemarBersemerbak setiap hari Mengundang para pemilik hati Harum menusuk indra penciuman ini Menarik di pandang mata sakti Renyuh di dalam hati Aku bukan seperti yang mereka kira, aku tak seperti yang mereka pandang, aku tak seindah yang diinginkan...