•••
"Dari awal memang seharusnya gue nggak pernah percaya sama lo. Entah itu dalam hal baik atau buruk, lo nggak akan pernah yang namanya berubah."
-AlisaManoban-
•••
🌺🌺🌺
Ceklek!Pintu berlapiskan perak tersebut terbuka dengan lebar. Sesosok cowok bertubuh jangkung melangkahkan kakinya masuk dengan sedikit tergesa setelah mendengar kabar semalam. Ia berjalan cepat menuju ruang utama yang memang ada di bagian belakang, dekat kolam renang. Sesampainya di sana, mata Jungkook memicing melihat ibunya, Jena, dan beberapa orang yang ia yakini adalah pekerja dari perusahaan mendiang ayahnya.
Mereka semua tampak seperti orang yang putus asa dan hanya bisa pasrah dengan musibah yang baru saja menimpa. Tanpa berlama-lama lagi berdiri tidak jelas di sana, Jungkook lantas mendekat hingga membuat beberapa pasang mata tersebut menoleh ke ayahnya. Terkecuali Rena yang tanpa menoleh, sudah bisa menebak kedatangan putranya. Wanita paruh itu hanya menghela napasnya berkali-kali dengan satu tangan memegang dahinya.
Pening.
“Akhirnya Anda tiba juga, Tuan muda.” Salah satu dari pegawai tersebut berucap. Menyambut kedatangan Jungkook dengan penuh hormat.
Jungkook berdeham lalu mendudukkan dirinya di sofa tunggal samping Jena. “Ya, karena aku sudah tiba, apa kalian bisa pergi sekarang? Ada beberapa hal privasi yang tidak perlu kalian ketahui,” ucap Jungkook mengusir halus. Suaranya terdengar berwibawa dan manik matanya tampak menatap dingin.
Tiga pekerja yang ada di sana tersentak akan perkataan dari pewaris perusahaan Bosnya itu. Namun secepat mungkin, mereka kembali menetralkan raut wajahnya. “Baik, Tuan. Kami akan segera pergi,” jawab pria yang lebih tua seraya bangkit diikuti kedua rekannya. Ketiganya berlalu setelah sebelumnya membungkuk hormat kepada keluarga Jeon.
“Kenapa lo malah ngusir mereka, sih?” Jena yang nampaknya tak terima para pegawai tersebut diusir lantas menyenggol lengan cowok itu. “Mereka ke sini, kan, buat diskusi nyelesain masalah, Kook!” geram Jena sedikit berbisik. Ia tak mau membuat Rena merasa tersindir karena bagaimana pun juga semua ini sumbernya dari kepercayaan yang berlebih pada keluarganya Eunha.
Melirik kakaknya itu, Jungkook lalu mendengus kesal. “Kepercayaan gue sama orang luar lagi turun. Gue nggak mau ada penyusup lagi yang datang dengan dalih janji.” Ia mengalihkan pandangannya ke sang ibu yang masih saja menunduk. “Ma...,” panggil Jungkook pelan.
Rena perlahan mengangkat kepalanya menghadap putra semata wayangnya itu dengan pandangan yang kosong dan sayu. Jujur, meskipun ibunya itu adalah orang yang paling menentang keras apa yang diinginkannya, Jungkook tetap merasa tersentil melihat sorot mata yang tidak lagi penuh akan ego. Sorot itu berbuah drastis menjadi sosok yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers - [Lizkook]
FanfictionBersemerbak setiap hari Mengundang para pemilik hati Harum menusuk indra penciuman ini Menarik di pandang mata sakti Renyuh di dalam hati Aku bukan seperti yang mereka kira, aku tak seperti yang mereka pandang, aku tak seindah yang diinginkan...