•••
°°Dalam benakku selalu terbesit senyum yang selalu mengukir wajah cantikmu°°
•••🌺🌺🌺
"Astaga Lisa! Kenapa kamu baru pulang sekarang?? Lihat ini jam berapa!" Haneul langsung marah ketika Lisa baru saja menampakkan wajahnya di ambang pintu.
Lisa tak terkejut melihat jarum jam menujuk ke arah jam 21.50 KST. Sebab, memang sedari tadi cewek itu sudah menduga kalau dirinya akan pulang selarut ini.
"Kamu ke mana aja?? Bibi nungguin kamu dari tadi loh, sampai Bibi ngantuk tapi Bibi tahan!" omelnya masih berlanjut, tetapi suara kali ini lebih merendah. "Paman juga sampai telepon temen-temen kamu, tapi enggak ada yang tahu. Terus, kenapa HP kamu enggak aktif?"
Apa yang dikatakan Haneul jelas benar. Ia dan suaminya menunggu dengan harap-harap cemas kepulangan Lisa yang tak kunjung-kunjung. Bahkan, ia tadi, karena kekhawatirannya, Haneul sampai memarahi Samchon–suaminya yang baru saja pulang kerja sebagai pelampiasan. Namun, untung saja Samchon dengan cepat memberi inisiatif untuk menelepon teman-teman Lisa, terutama Rosi. Tapi sayangnya hasilnya nihil!
Akhir-akhir ini Haneul juga terlihat semakin memperhatikan kegiatan-kegiatan Lisa. Semenjak kejadian Lisa pulang dengan keadaan yang sangat tak mengenakkan, membuatnya lebih untuk meninjau kegiatan gadis itu. Jadi, dia memang lebih protektif kepada Lisa semata-mata untuk mencegah kejadian itu terulang kembali.
Lisa cukup tersentuh dengan penuturan dari Haneul. Tanoa babibu lagi, ia langsung mendekati Haneul, kemudian memeluknya dengan erat seolah Bibinya itu akan hilang jika pelukan itu lepas. Ia tak menyangka bahwa Bibinya sampai melakukan semua itu hanya karena dirinya. Apalagi Pamannya itu juga sangat lelah sehabis bekerja, tetapi masih menyempatkan diri untuk mencoba menemukan Lisa.
"Maaf, Bi. Tadi, Lisa enggak sempet ngabarin kalau ada urusan dulu. HP Lisa tadi juga mati gara-gara baterainya lowbat," jelas Lisa rinci, walaupun cewek berponi itu tidak menjelaskan dengan detail apa maksud dari 'urusan itu'.
Lisa sendiri juga pastinya tidak akan memberi tahu Haneul bahwa dirinya mendapatkan teroran seperti itu. Ia tahu dengan begitu, Haneul akan semakin proktetif. Bahkan, Lisa yakin, Haneul tidak akan membiarkan Lisa lagi keluar rumah tanpa ada hal tertentu yang mendesak.
Terdengar helaan napas panjang dari Haneul. "Yaudah kali ini Bibi maafin. Lain kali, kamu kalau mau pulang telat ngomong dulu, baterai HP juga dijaga biar nggak sampai lowbat. Bibi enggak mau kejadian lagi." Terselip nada khawatir di antara kalimat tersebut.
Dalam pelukan itu, Lisa mengangguk. Kemudian, perlahan tangan Haneul membalas pelukan Lisa, lalu naik ke rambut gadis itu. Mengelusnya dengan penuh kasih sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers - [Lizkook]
FanfictionBersemerbak setiap hari Mengundang para pemilik hati Harum menusuk indra penciuman ini Menarik di pandang mata sakti Renyuh di dalam hati Aku bukan seperti yang mereka kira, aku tak seperti yang mereka pandang, aku tak seindah yang diinginkan...