°°Memaafkan itu mudah seperti membalikkan telapak tangan, tapi bukan berarti aku akan kembali mempercayai omong kosongmu°°
-AlisaM-
Seseorang menepuk pundak Lisa. "Kenalin gue Rosi." ucapnya seraya mengulurkan tangannya ke arah Lisa.
Lisa memandang uluran tangan itu heran, dahinya menyergit. Sedetik kemudian Lisa menoyor kening Rosi. "Gue udah tahu, kali Ros!"
Baru saja tadi Lisa menyelesaikan perkenalannya. Untung saja, kepala sekolah tidak menghukum Lisa hanya karena telat. Lisa mendapatkan kelas XI IPA—3. Kelas yang sama dengan kelasnya dahulu.
Gadis berpipi cimpunk itu tertawa. Memang mereka sebenarnya sudah saling mengenal lama. Dahulu Rosi adalah sahabat Lisa di Australia saat sekolah menengah. Namun, karena urusan pekerjaan kedua orangtua Rosi pindah ke Seoul. Jadi mau tak mau Rosi dan Lisa harus berpisah.
Tapi, seolah bumi ini tak menginginkan keduanya berpisah. Nyatanya, seusai itu Lisa pindah ke Seoul dan lebih lucunya lagi mendapat kelas yang sama pula dengan Rosi. Hah! Ternyata mamang benar dunia itu sempit.
"Yakan gue cuma mengingatkan, kali aja lo lupa."
"Gue gak akan lupa sama sahabat gue paling gajelas ini." Lisa mencubit pipi Rosi. Membuat gadis itu berdecak sebal, selalu saja Lisa mencubit pipinya.
Rosi mengusap pipinya yang sedikit sakit karena tarikan Lisa. "Bisa gak sih? Lo itu gak nyubit pipi gue? Sakit tau gak!"
"Lebay lo!"
"Ye! Coba kalau lo yang gue cubit, sakit pasti." ucap Rosi seraya menoyor dahi Lisa. Persis seperti apa yang dilakukan Lisa tadi. "Nanti kalau Jimin nyubit kan jadi gak bisa."
"Eh? Lo udah taken Ros?" Lisa tersentak karena Rosi yang ia kenal dulu memegang teguh prinsip untuk tidak berpacaran sebelum tamat sekolah. Namun, apa kali ini?
Rosi tersenyum malu, pipi bulatnya memerah. "Iya!" Gadis itu mengangguk kecil menyembunyikan rasa malunya.
"Wah! Wah! Kapan lo? Gue kira masih jomblo!" Lisa malah heboh sendiri.
Rosi memutar bola matanya malas. "Sadar diri dong, lo juga masih jomblo kan?" sarkas Rosi memutar balikkan fakta.
Lisa cengengesan menampilkan sederet gigi putihnya. "Iya, gue juga gak mau cari pacar."
"Alah! Bilangnya gitu, kalau lo udah lihat muka-muka kakel. Gue yakin bakal kepincut lo." Sambil berkata Rosi membayangkan wajah milik Jimin. Kakak kelasnya. Awalnya ia juga tak mengerti apa sebabnya, namun setelah suatu insiden keduanya dekat.
Membayangkan saja, sudah membuatnya tersenyum sendiri.
Lisa bergidik ngeri melihat sahabatnya itu tersenyum sendiri tidak jelas. Ia memalingkan wajah menghadap seorang guru yang menjelaskan di depan. Hingga suara Rosi membuatnya tercekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers - [Lizkook]
FanfictionBersemerbak setiap hari Mengundang para pemilik hati Harum menusuk indra penciuman ini Menarik di pandang mata sakti Renyuh di dalam hati Aku bukan seperti yang mereka kira, aku tak seperti yang mereka pandang, aku tak seindah yang diinginkan...