Orang dimasa lalu~

76 2 0
                                    

Sedari tadi tatapan Rara kosong, hanya duduk sembari memegang segelas teh hangat di ruang tamu ini.

"Gimana? Udah enakan? " tanya seseorang yang tadi menghampiri Rara yang tengah menangis di tepi jalan.

Rara melirik sekilas lalu mengangguk. Teh yang dipegangnya dari tadi juga hanya ia pegang, tanpa ia minum.

"Teh nya masih utuh, nggak lo minum ya? " tanya cowok itu.

Rara hanya diam, lalu air matanya lolos lagi. Cowok yang sedari tadi bertanya itu cukup prihatin, "Jangan nangis Ra, gue buatin yang baru ya, biar masih anget. Itu udah dingin tehnya, "ujarnya kemudian merebut teh yang ada ditangan Rara.

Sebelum cowok tadi menjauh, Rara menahan lenganya. "Kak, "panggil Rara pada cowok tadi.

Cowok yang Rara panggil 'Kak' itu menoleh. "Kenapa? Ada yang lo butuhin? "

Rara menggeleng, "Makasih, Kak Gerry udah baik banget, "

Gerry adalah kakak kelas Rara waktu smp, saat itu Rara masih kelas 8, dan Gerry kelas 9. Singkat cerita, Gerry menyukai Rara, dan ia menembak Rara saat perayaan ulang tahun sekolah mereka. Namun saat itu Rara menolaknya, karena disamping itu Rara juga masih berstatus pacar orang. Rara tak akan menyebut namanya, karena sekarang dia sangat benci pada orang itu. Orang yang sudah membuatnya trauma akan cinta, bahkan sampai tidak percaya lagi, sebelum akhirnya ia bertemu Gara. Lupakan karena saat ini Rara juga membenci dia, pembohong!

Gerry menyunggingkan senyumnya, "Sama-sama, santai aja sama gue" balas Gerry.

"Kak, lo nggak ada dendam kan sama gue? "tanya Rara lirih.

Gerry terkekeh, "Dendam? Mungkin nggak sih, karena lo tau? " Gerry menggantungkan ucapannya.

"Nggaklah, lo kan belom ngasih tau kak! " kesal Rara.

"Karena.. Gue masih nggak bisa ngerubah rasa cinta gue jadi benci, " ucap Gerry mantap.

Rara termenung, "Kak... "

"Oke oke, sorry gue kelepasan hehe.. Lupain lah, " Gerry menepuk pundak Rara kemudian melangkah menuju dapur.

Rara tersenyum melihatnya, dugaannya salah. Ia pikir setelah ia menolak Gerry, Gerry akan membencinya Ternyata berbanding terbalik, Gerry masih mencintainya? Apa iya?

"Kalo lo nanya, kenapa gue nggak berusaha deketin lo, itu karena gue nggak mau lo malah merasa ilfeel sama gue, gue cuma pantau aja dari jauh.. " sahut Gerry yang sudah dibelakang Rara.

Rara mengangkat alisnya satu, Gerry yang paham pun melanjutkan ucapannya. "Waktu pulang sekolah, gue selalu mantau lo dari sebrang jalan. Yang gue lihat lo sering bareng cowok. Dia.. Pacar lo? "

Rara segera menggeleng. Gerry terlihat lega mendnegarnya, "Yaudah gulanya habis ternyata. Mau ikut ke supermarket nggak? "

Rara mengangguk, "Gue ganti celana dulu" ujar Gerry menuju kamar untuk mengganti celana pendeknya dengan jeans.

Tak lama Gerry muncul, "Ayo"

Rara hanya mengikuti langkah Gerry. "Kita jalan aja ya? Deket kok cuma di depan kompleks"

Lagi-lagi Rara hanya mengangguk. Mereka berjalan ditrotoar jalan beriringan. Mata Gerry memincing ketika tiba di ujung jalan, dan sebentar lagi sampai.

"Ra liat deh, kayaknya kebocoran itu, " Gerry menunjuk ke arah mobil yang berada tak jauh dari supermarket.

"Iya, " balas Rara.

"Samperin yuk, kali aja dia butuh bantuan, " ujar Gerry dan dibalas anggukan oleh Rara. Akhirnya mereka menghampiri mobil itu.

"Maaf mas, ada yang bisa dibantu? " ujar Gerry sesampainya mereka disana.

L I M I T✔ [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang