Rencana Gara

145 4 1
                                    

Disini mereka sekarang. Di cafe yang letaknya tak jauh dari Sma Saturnus. Sesuai perjanjian, Sasa dan Shika juga Ryan dkk akan membantu Gara menyelesaikan masalah yang tengah menimpanya.

"Udah kumpul semua? "tanya Gara memastikan.

"Kayaknya udah deh, "balas Shika mengedarkan pandangan. "Eh tunggu, kurang satu anak" lanjutnya.

"Si Fifi! " pekik mereka bersamaan kecuali Gara.

Tepat setelah itu, sebuah suara terdengar. "Sorry ya gue telat, " yap, akhirnya Fifi datang.

"Baru aja diomongin, "celetuk Ryan.

"Duduk Fi duduk"titah Sasa mempersilahkan Fifi duduk, dan diindahkan oleh sang empunya.

"Oh ya, sorry juga tadi pagi nggak bisa ikut ke rumah Rara, "ujar Fifi saat pantatnya sudah mendarat di kursi.

"Emang lo kemana Pi? " siapa yang memanggil Fifi dengan sebutan 'Pi as Pipi' jika bukan Kibo?

"Heh tuyul! Emang si Fifi bokap lo?! " Ryan lantas menonyor kepala botak Kibo.

Tanpa memedulikan keributan mereka, Juna hanya fokus dengan Gara. "Jadi apa ide lo Gar? " tanyanya, membuat pandangan kembali terfokus pada Gara.

"Gini....."

***

Keheningan melanda di meja makan bernuansa klasik itu. Hanya dentingan sendok dan hembusan AC saja yang terdengar.

Akhirnya Rara menyelesaikan makan malamnya. "Oma, Opa, Rara udah selesai. Rara ke atas dulu ya? " pamit Rara seusai meminum air putih hingga tandas.

"Iya sayang, "balas Yuma– Oma Rara.

"Nanti Opa sama Oma tunggu diruang tengah, kita ngobrol, "ujar Sam– Opa Rara.

"Baik Opa, Oma" cup cup. Seusai mencium kedua pipi Yuma dan Sam, Rara berjalan menuju kamarnya.

Setibanya ia dikamar, ia mencari tas nya. Berniat membuka ponselnya karena sejak 'malam itu'Rara tak membiarkan satu pesan masuk dari sosial media, kecuali sms atau telfon Oma, Opa, dan Ayahnya.

Baru saja menghidupkan data seluler, ponsel Rara berkali-kali mengeluarkan bunyi notif beruntun.

"Busetttt" gumam Rara.

Setelah kiranya ponselnya berhenti berbunyi, ia mulai membuka aplikasi whatsapp maupun line.

Disana banyak tertera nama-nama teman-temannya dan.. Gara. Terlihat disana berkali-kali pemuda itu menelfonnya bahkan sampai ratusan kali.

"Ngapain sih telfonin gue, kenapa nggak nelfon si Pipi aja huh! " kesal Rara. Baru saja hendak mematikan kembali ponselnya, satu panggilan masuk.

Sasa is calling...

Dengan ragu akhirnya Rara menerima telfon dari Sasa.

"Hm?"

"Rara!!! Lo kemana aja sihh! Dari semalem ditelfonin nggak angkat, pake nggak aktif segala lagi! Lo kemana aja sih?! " rupanya gadis itu tengah kesal padanya –batin Rara.

"gue di New York, " balas Rara seadanya.

"Ck, gue tau pe'a! Yang gu—"

"Kalo lo tau ngapain nanya o'on! Nyepam lagi, nyampah!"

Terdengar kekehan disebrang sana, "Ya mangap, soalnya gue sebel banget sama lo tau nggak–"

"enggak"

"eh dodol! Dengerin dulu! "

Rara memutar bola matanya jengah,"iye iye ,paan? "

"betewe gue mau nanya dong, itu telfon sama chat gara ngapa nggak lo respon anjir?! "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

L I M I T✔ [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang