DIA

77 1 0
                                    

Aku mulai sadar jika melupakanmu hanyalah sia-sia, karena pada akhirnya hati ini masih setia perihal suka pada tatapannya.

-----

"Ra, Gara lama banget sih ke toilet doang. Lo susul gih! " titah Sasa karena memang sudah cukup lama mereka menunggu Gara kebelet.

"Iya buruan susul Ra! " lanjut Ryan menambahkan.

Akhirnya Rara melangkahkan kakinya untuk kembali masuk ke dalam mall lagi. Ia berusaha mencari keberadaan Gara di sekitar toilet yang menurutnya ada Gara disana.

Kakinya tertuju pada salah satu toilet, toilet pria yang letaknya tak jauh dari pintu masuknya tadi.

Namun dahinya mengernyit takala melihat Gara yang terdiam dengan seorang perempuan yang sepertinya juga nampak terkejut melihat sosok Gara. Cewek itu memegang dompet seperti menyodorkan. Bisa Rara tebak jika itu dompet Gara yang terjatuh.

Ketika hendak menghampiri mereka, langkahnya terhenti ketika mendengar cewek itu menyebut nama Gara.

"Rendra... " ujar cewek itu. Benar, ia menyebut nama Gara, tetapi bukan Gara yang ia sebut, melainkan potongan nama Gara yang asli, Garendra!

Rara yang kaget karena cewek yang tak ia kenali itu mengenal Gara, memutuskan untuk bersembunyi dan berusaha mengetahui apa yang akan terjadi setelahnya.

"Rendra? Kamu Rendra kan? Ren.. Kamu–" baru saja cewek itu akan berucap panjang, namun Gara segera menyelanya.

"Maaf, saya permisi, " ucap Gara mengambil dompet yang tadi cewek itu pegang, lalu pergi. Namun sia-sia karena cewek itu menyekal lengan Gara.

"Rendra tunggu! " ujar cewek itu. Perlu diakui Rara karena cewek itu sangat cantik. Kulitnya putih bersih, hidungnya mancung, dan postur tubuhnya tinggi. Benar-benar body goals kan?

"Maaf, saya harus pergi" Ucap Gara melepaskan cekalan cewek itu.

"Rendra kamu apaan sih! Kamu lupa aku ini pacar kamu, Kesya! " cecer cewek yang mengaku bernama Kesya itu. Rara jadi tahu, ternyata namanya Kesya. Dan tapi, apa tadi dia bilang? Pacar? Jangan-jangan..

Sebenarnya jantung Gara berdetak kencang karena Kesya adalah cinta pertamanya, yang dahulu menduakannya, yang telah membuat dirinya menjadi seorang kulkas berjalan.

"Kesya.. " akhirnya panggilan itu keluar juga yang sedari tadi tercekat dilehernya saja.

"Rendra, kamu masih inget aku kan? Aku kira kamu pindah, soalnya kamu nggak ada kabar setelah kejadian itu, " ujar Kesya dengan nada yang membuat Rara jijik sendiri.

"Hahaha bukannya kamu yang setelah itu nggak ada kabar? " jleb! Kesya terlihat berusaha seolah tak terjadi apa-apa.

"Udah ya jangan bahas itu, gimana kalo kita makan bareng? Udah lama gak ketemu aku kangen" ucap Kesya yang mulai berani mendekat dan memegang lengan Gara.

Ingin rasanya Rara mencakar-cakar wajah Kesya itu. Namun hanya tertahan di niay, tidak untuk ia lakukan.

"Yaudah ayo, " ujar Gara kemudian pergi mengikuti tarikan Kesya.

L I M I T✔ [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang