3. Pertanda

7.7K 510 1
                                    


Pagi hari di kota Tokyo. Kota dengan berjuta manusia yang sibuk dengan hidupnya masing-masing. Baik kantor, Bank, Atau pun Mall semua tampak ramai. Ah jangan lupakan Rumah Sakit, meskipun situasinya tenang namun terlihat cukup ramai. Mungkin karena cuaca yang tak menentu membuat virus mudah menyebar dan menyebabkan banyaknya pasien yang mendaftar untuk menginap di Konoha Premier Hospital. Mebuki berjalan dengan anggun di lorong rumah sakit. Pagi hari ialah jadwal untuknya memeriksa pasien yang berada di bawah tanggung jawabnya. Beberapa pasien sudah ia periksa, beberapa juga sudah mendapat izin pulang karena kondisi mereka yang sudah stabil.

Tiba di ruang VVIP Rose. Mebuki masuk bersama Yukie, wanita itu menyapa pria yang sedang mencoba duduk dengan raut wajah menahan nyeri di bagian perutnya. Saat itu tak ada yg mendampingi di ruangan pria itu.

"Selamat pagi, Uchiha-sama. Apa anda perlu bantuan?" tanya Mebuki agak khawatir. Tunggu, khawatir? Oh tentu saja, pria itu kan pasiennya. Sudah, jangan berpikir yang iya-iya.

"Pagi dokter Haruno. Ah aku baik-baik saja. Hanya mencoba membiasakan diri untuk duduk karena aku sudah jengah terbaring seperti batang pohon." ucap pria itu- Fugaku.

Mebuki sedikit terkekeh, sekaligus terpesona dengan semangat Fugaku yang mengesampingkan rasa sakitnya demi mengutamakan kesembuhannya. Kemudian Mebuki meraih tangan kiri Fugaku. Mencoba membantu menjaga keseimbangan tubuhnya. Dan berhasil, kini Fugaku sudah dalam posisi duduk.

Tangan mereka masih berpegangan satu sama lain. Posisi mereka cukup dekat. Sampai akhirnya kedua sorot mata mereka bertemu. Keduanya terpaku dengan tatapan masing2 lawannya. Yukie yang menyaksikan sampai heran dan mendadak merasa seperti menjadi seekor nyamuk dihadapan mereka.

"Ehehemm.." Yukie menginterupsi kegiatan pandang memandang mereka.

Mebuki langsung melepas genggaman mereka, dan mengalihkan diri memeriksa kondisi selang infus yang menempel di punggung tangan kanan Fugaku. Kemudian Mebuki melihat semangkuk bubur yang belum tersentuh di atas nakas.

"Anda sudah sarapan Uchiha-sama?" Mebuki mencoba menghilangkan kesan kikuk di antara mereka.

"Belum, sejujurnya aku lapar. Namun aku kesulitan untuk makan dengan tanganku sendiri." kata Fugaku.

Mebuki terdiam sejenak, lalu menoleh pada Yukie. "Yukie, apa setelah ini ada pasien yang harus aku periksa?" tanya Mebuki.

"Ah.. Tidak dokter Haruno. Ini yang terakhir. Setelah ini anda baru ada jadwal operasi jam 11 nanti." jawab Yukie.

"Baiklah, kau boleh pergi duluan. Aku akan membantu Uchiha-sama dulu disini.."

"Baik dokter, saya permisi."

Mebuki mengambil mangkuk bubur lalu duduk di kursi samping ranjang Fugaku. Dan dengan telaten menyuapkan makanan itu pada Fugaku.

Fugaku sangat takjub dengan rejeki nomploknya di pagi hari ini. Entah mimpi apa dia semalam. Pokonya ia sangat bersyukur di suapi makanan oleh dokter yang telah mengganggu pikirannya semalaman.

"Suami anda pasti sangat beruntung dokter Haruno." Fugaku membuka obrolan.

"Ah.. Terima kasih Uchiha-sama. Tapi.. Suami saya sudah tidak ada. Dia sudah meninggal 4 tahun yang lalu." Mebuki tersenyum miris.

Fugaku yang mendengarkan langsung membulatkan matanya karena terkejut. Berkali kali meminta maaf dan menjelaskan bahwa ia sama sekali tidak tahu akan hal itu.

Mebuki tersenyum tulus. "Tidak apa-apa Uchiha-sama. Aku dan putriku sudah menerimanya. Lagi pula, hidup harus terus berjalan kan?"

"Aku juga kehilangan Istri dan anak sulungku lima tahun yang lalu. Aku pun sudah bisa menerima itu walau sulit. Hanya saja, terkadang aku merasa aku tidak bisa menjadi ayah sekaligus ibu bagi anak bungsuku." Fugaku menceritakan isi hati yang terpendam. Meski dia terkenal dingin dan tegas. Di satu sisi Fugaku memiliki hati yang lembut dan rapuh. Terlebih dengan takdir yang ia jalani sekarang. Membuatnya harus tetap tegar demi putranya. Walaupun sesungguhnya ia juga tak sanggup hidup seorang diri tanpa kehadiran seorang istri di sisinya.

Mebuki yang mendengarnya pun tersentuh. Tak disangka mereka memiliki nasib yang hampir serupa. Memiliki kesedihan dalam hidup namun harus tetap terlihat kuat demi anak mereka tercinta.

"Apa aku boleh mengenalmu lebih dekat dokter Haruno?" pertanyaan to the point langsung terlontar dari Fugaku

"Mebuki, panggil saja aku Mebuki." ucapnya sambil tersenyum. Mereka semakin akrab satu sama lain sampai akhirnya pintu ruangan terbuka.

Ceklek

"Ayah, maaf karena hari ini aku bolos sekolah. Tapi aku ingin merawat ayah disini. Jadi kuputuskan untuk meminta kakashi mengantarku kesini" Ternyata Sasuke datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Aura canggung kembali menyelimuti ruangan. Sasuke pun mendadak sadar bahwa ia muncul di waktu yang tidak tepat.

"Sasuke, kenalkan ini dokter Haruno. Dia dokter yang ku ceritakan kemarin" ucap Fugaku mencoba mencairkan suasana.

Sasuke memandang Mebuki dengan pandangan yang sulit diartikan. Dia membungkuk memberi salam pada Mebuki. "Haruno-san, aku Uchiha Sasuke." Sasuke memperkenalkan dirinya.

"Halo Sasuke, Panggil saja aku Mebuki. Ah.. Kau datang untuk merawat ayahmu ya? Kau anak yang sangat baik Sasuke." Ucap Mebuki tulus disertai senyuman hangatnya.

Sasuke yang melihat senyuman itu sejenak terpaku. Sudah lama ia tak merasakan perasaan ini. Perasaan hangat yang ia rasakan saat dulu Ibunya tersenyum padanya.

"Kalau begitu aku permisi dulu. Semoga cepat sembuh Uchiha-sama. Dan Sasuke, sampai bertemu lagi ya." Mebuki pamit dan melambaikan tangan pada dua pria di ruangan itu.

🐻🐻🐻

Bel sekolah berbunyi nyaring, membuat kucing yang tertidur malas di kantin langsung terlonjak kaget. Sakura memasukkan alat tulisnya ke dalam tas. Di sampingnya, seorang gadis berambut pirang bernama Ino sedang menguncir tinggi rambutnya. Ino adalah sahabat Sakura sekaligus teman sebangkunya. Mereka berjalan menuju gerbang keluar sekolah. Sesuai rencana mereka kemarin sudah janjian untuk mengunjungi toko buku dekat sekolah.

Tiba di toko buku, sakura memilih buku gambar untuknya. Ia juga membeli satu set sat air untuk persediaan. Wah seniman cilik kita tak pernah kehilangan semangat rupanya. Di rak yang tak jauh dari tempat Sakura berdiri. Terlihat Ino sedang memilih pulpen warna warni dengan bentuk unik yang bermacam- macam.

"Kau sudah selesai Sakura?" tanya Ino

"Ya, bagaimana denganmu?" Sakura bertanya balik

"Sepertinya sudah cukup untuk menambah koleksiku" Ino membeli lima buat pulpen warna warni dan satu buku notes.

Mereka mambayar barang mereka ke kasir dan berjalan keluar toko bersama. Saat sudah di luar toko. Mereka berdiri sambil mengobrol dan tertawa bersama. Selalu asik saja kalo sudah berdua. Tak lama kemudian supir Ino tiba menjemput majikannya.

"Kau tidak ingin pulang bersamaku saja Sakura?" tanya Ino

Sakura menggeleng lucu. "Terima kasih Ino, tapi Aku sudah meminta Yahiko-san menjemputku disini." Ucap Sakura

"Baiklah, sampai jumpa besok" Ino melambaikan tangannya dan dibalas dengan lambaian tangan Sakura.

Kini gadis itu berdiri seorang diri menunggu jemputannya datang.

Bond With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang