Satu

6.8K 242 4
                                    

Malam minggu, malam yang sangat ramai dipenuhi muda mudi diberbagai tempat. Malam dimana yang berpacaran sibuk ngedate dan yang jomblo sibuk mencari incaran. Ya, incaran agar kejombloan mereka berakhir.

Sama hal nya dengan seorang pria yang kini sedang duduk disalah satu kursi yang disediakan oleh mini market. Dengan sebotol minuman ditangan kirinya serta sebungkus keripik kentang diatas meja, jangan lupakan hp ditangan kanannya ia duduk sendiri tak memperdulikan sekitar.

Hingga ia mendengar suara orang berdebat dari pintu masuk mini market. Seorang gadis dengan kaus kebesaran warna abu polos, celana jeans diatas lutut dan sepatu kets lusuh. Ah jangan lupakan rambut yang diikat asal dengan wajah tanpa makeup hanya pelembab dan lipbalm.

"Kalo jualan yang niat dong!" Teriak gadis itu tak mau kalah dengan pegawai mini market.

"Iya mbak tapi mbak nya juga kan ga liat plang." Balas pegawai toko itu.

"Ya saya kan cuma liat harga yang tertera di rak! Lagian salah siapa kalo perubahan harga ga langsung diganti!" Balas gadis itu lagi

"Jadi mbak mau nya gimana?!" Tanya pegawai itu mulai jengah.

"Ya saya mau beli lah! Tapi harga harus sama dengan yang dirak!"

Cikal berdiri, berjalan menghampiri gadis itu yang kini menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Ia melirik pegawai toko dengan tatapan datar dan mengasongkan sebuah kartu.

"Buat bayar belanjaan mbak yang ini." Ujar Cikal datar.

"Saya masih mampu bayar!" Ujar gadis itu dan menarik kembali kartu dari pegawai toko untuk dikembalikan pada pemiliknya.

"Bayar aja mas nih!" Cikal kembali menyodorkan kartunya serta mendorong pegawai mini market masuk untuk menyelasaikan transaksi gadis yang kini menatapnya tajam.

Cikal berjalan masuk menarik tangan gadis itu untuk memasuki mini market. Setelah memasukkan beberapa digit password, kini Cikal memasukkan kembali kartu ATM nya serta menjinjing kresek belanjaan gadis yang masih menatapnya tajam.

Ia menarik tangan gadis itu menuju motor maticnya dan melenggang pergi meninggalkan mini market. Beberapa kali Cikal bertanya dimana rumah gadis itu namun tak urung dijawab hingga akhirnya ia membawa gadis itu kerumahnya. Rumah orang tuanya, yang kebetulan sedang tidak ada siapa-siapa selain ia dan adik perempuan keduanya - Dwi Ayudia.

Memarkirkan motornya didepan rumah hendak menarik kembali menuju pintu, namun pegangannya disentak kuat. Gadis itu bertolak pinggang dengan tatapan tajam dan memukul tangan Cikal kuat. Meski tak seberapa namun tetap saja terasa sakit.

"Anda itu ga tau sopan santun sekali dasar bocah!" Teriak Kinara pada Cikal.

"Bocah? Bukankah kita seumuran?" Cikal mengangkat satu alisnya bingung.

"Seumuran kepala papah kamu pitak! Lagian kamu siapa sih?! Tetangga baru?! Iya?!" Kinara masih berteriak hingga membuat Ayudia keluar dan berdiri disamping Cikal.

"Mbak yang tinggal rumah samping ya? Ada apa ya mbak?" Tanya Ayudia sopan pada Kinara.

"Kamu yang kemarin nganter makanan kan?" Tanya Kinara balik yang mendapat anggukan kepala dari Ayudia. "Dia ini siapa? Kakak kamu? Ga sopan banget! Kamu ikut saya sekarang." Kinara berlalu pergi berjalan keluar halaman yang diikuti oleh Ayudia. Jangan lupakan kresek belanjaan yang ia ambil paksa dari Cikal.

Dengan jarak yang hanya beberapa meter tak butuh waktu lama, kini mereka sudah berada didalam rumah Kinara. Rumah yang tepat berada disamping rumah orang tua cikal. Meminta Ayudia menunggu diruang tamu sedangkan Kinara berlalu pergi menuju kamar. Kinara mengambil beberapa uang seratu ribuan yang akan ia titip ke Ayudia untuk mengganti uang Cikal tadi.

Sebenarnya Kinara tak pernah masalah jika ia belanja di mini market yang kadang harga di rak dengan harga saat dikasir itu berbeda. Namun yang menjadi masalah adalah ia membawa uang pas-pasan karna seingatnya barang yang selalu ia beli itu tak pernah ada perubahan harga. Karna itu lah iya berdebat dengan pegawai toko. Sebenarnya simple sih tapi emang dasarnya Kinara saja tak mau kalah.

"Nih titip laki-laki yang tadi." Ujar Kinara dengan tangan menyodorkan beberapa lembar uang.

"Uang? Buat apa mbak?" Tanya Ayudia tapi tak urung menerima uang yang disodorkan Kinara.

"Bilangin aja makasih." Ayudia hanya mengangguk dan berlalu pergi untuk kembali kerumah.

Kinara berjalan menutup pintu tak lupa mengunci nya agar aman sebelum kembali berjalan menuju kamar. Kesal memang melihat bocah tengil yang sok-sok an dengan harta orang tua, ya walau begitu Kinara merasa sedikit tertolong.

Sesampainya dikamar, Kinara langsung merebahkan diri nya diatas karpet berbulu kesayangannya sambil meraba-meraba mencari remot yang saat dapat langsung ia pencet tombol power untuk menyalakan TV. Dengan nafas yang masih menderu kesal Kinara menatap langit-langit sambil mengingat jelas tampang bocah tengil yang sialnya sekarang menjadi tetangga sebelah rumahnya.

Start from the beginning of the dance
Are you ready to dance?
Come and dance with us, right, Souljah
Let us dance together 🎶🎶🎶

"Siapa sih yang nelfon malem-malem gini." Gerutu Kinara tapi tak urung mengambil hpnya dari dalam saku.

"Cinderella in here, who are you??" Sapa Kinara saat menerima panggilan.

"EKhem, Kinara ini saya CEO jika kamu kembali tidak melihat nama panggilan masuk kamu lagi." Ujar seseorang diseberang sana membuat Kinara langsung bangun dari posisi rebahan yang nyaman menjadi duduk tegak menyender pada ranjang di sampingnya.

"Eh pak bos tampan yang jomblo abadi sampai mat---"

"KINARA!" Potong Panca saat mulai geram mendengar jawaban sekrestarisnya itu.

"Sorry pak bos. Santuy dums , ini diluar jam kerja looohhhh." Balas Kinara dengan santai.

"Saya mau kamu selesaikan proposal dengan PT. Cahaya Ayu Rizky besok ya." Ucap Panca final.

"Ayo lah boss, perusahaan itu tuh susah banget buat dideketin sungguh luar biasa sulitnya untuk bisa bekerja sama dengan mereka." Balas Kinara mencoba bernegosiasi.

"Apa susahnya Kinara? Kamu tinggal satu komplek dengan COO perusahaan itu. Tinggal datang kerumahnya dan bicara to the point, so finished." Timbal Panca diseberang sana membuat Kinara mengerutkan dahi.

"Satu komplek? mana ada COO dikomplek kumuh pojokkan kota kek gini sih bos? jangan ngaco." Balas Kinara dengan tidak sopannya pada seorang Panca yang jelas menjabat sebagai CEO dan berumur lebih tau darinya.

"Ada. Dia baru pindah 3 hari yang lalu, dan kalo tidak salah bertempat tinggal dirumah besar namun minimalis sebelah rumah kamu KINARA AYU." Ucap Panca sambil menekan diakhir kalimatnya.

"Whats?!!" Teriak Kinara tak percaya.

"So, saya ingin besok selesai Kinara, and NO PROTES PROTES CLUB." Panca mengakhiri panggilan sepihak.

Dengan kesal Kinara berdiri dari duduknya berjalan menuju balkon dan menatap rumah sebelah. Sekelibat memori berputar dibenak-nya tentang kejadian tadi di mini market serta hingga flash back 2 minggu lalu diperusahaan tempat ia bekerja pembicaraan diruang rapat tentang kerja sama dengan sebuah perusahaan yang bisa membantu lebih memajukkan perusahaannya.

.
.
.
.
.

Jangan lupa vote dan komennya ya❤️
Kalo ada typo monmaap ya😂

Sssttt Mbak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang