19. Belum waktunya

335 27 0
                                    

Di sepanjang perjalanan hati Alya tak henti-hentinya dihantui rasa bimbang. Dia bimbang apakah dia sanggup atau tidak untuk bertemu dengan Libra.

Setengah jam berlalu akhirnya pekerjaan Alya telah selesai. Ada rasa gelisah yang tiba-tiba menyusup ke dalam relung hatinya. Ingin rasanya dia membatalkan janjinya kepada pamannya itu, tapi dia sama sekali tidak punya alasan. Dia kembali terbang bersama angannya.

“dooaaaaarrrrrrrrr...........”

Tanpa terasa lamunannya buyar begitu saja. Alya langsung menengok ke arah suara itu. Ternyata ban motornya meledak karena melindas paku.

“Ya elah... pake acara meledak segala nih ban, gak tahu orang punya kepentingan mendesak, mana gak ada satu kendaraan pun yang lewat disini, jalannya juga sepi.” Alya menggerutu.

“Om, Alya minta ma'af, kayaknya Alya gak bisa temani om deh.”
“Kenapa Alya?”
“Ban motornya Alya meledak om, kebetulan Alya lagi di jalan yang sepi jadi Alya harus mendorongnya om, masih sekitar setengah kilo-an yang mau nyampe jalan raya.”
“Makanya punya kantor kok di taruk di tempat sepi sih, jadi repot kan?” Seru pamannya. Alya hanya menghela napas berat.
“Ya sudah kamu tunggu di situ, jangan kemana-mana! Om sudah selesai.”

Terlihat seutas senyum tersungging dari bibir manis Alya begitu mendengar kata-kata pamannya. Dia pun memarkir motornya dan duduk di sampingnya.
Sementara Libra yang saat itu telah siap untuk bertemu dengan dirinya terpaksa harus menelan ludah kekecewaan. Wajahnya mengusut begitu mendengar kata-kata paman Alya bahwa Alya gagal menemuinya. Tapi dia berusaha tenang di hadapan pamannya Alya.

“Baiklah kalau begitu saya permisi bapak Libra, sekali lagi mohon ma'af karena ponakan saya tidak jadi ke sini.”
“Oh iya tidak apa- apa bapak Firman, mungkin di waktu yang lain kita bisa bertemu.”

Ya, belum waktunya ak bertemu kamu, Al.

Setelah mereka berjabat tangan, paman Alya pun pergi meninggalkan Libra dan bergegas untuk menemui Alya.

“Padahal aku ingin sekali bertemu dengan kamu Alya, aku ingin kamu melihat apa yang telah àku lakukan untuk kamu, tapi ya sudah lah, mungkin memang bukan takdir kita untuk bertemu.” Ucap Libra lirih.

“Alhamdulillah.......” Ucap Alya begitu tiba di rumah pamannya dan motornya telah selesai di perbaiki.
“Makanya hati-hati kalau berkendaraan sayang.”

Pamannya mendekati dirinya yang sedang rebahan di sofa ruang tamunya. Tampaknya sang paman juga sedang membawa nampan yang berisi kue dan segelas minuman. Alya pun, mulai meneguk minuman itu dan menikmati kue itu bersama pamannya.

Bidadari Surga 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang