“Silahkan masuk Alya.”
“Bapak memanggil saya, ada perlu apa ya?”Alya masih berdiri di dekat meja kerja pak Ridwan--papanya Libra.
“Duduklah nak, kamu santai saja jangan kaku seperti itu, anggap saja, saya adalah ayahmu.”
Alya hanya tersenyum lalu menuruti permintaan beliau. Perbincangan serius antara mereka pun dimulai. Sesekali Alya menundukkan kepalanya. Sungkan dengan tatapan yang selalu mengintainya.
“Kamu memang anak yang baik.”
“Saya banyak mendengar tentang kamu dari teman kerja kamu, Mita, Dara, Fahri dan Firman.”
“Dan saya rasa kamu adalah orang yang tepat untuk saya mintai bantuan.”Pak Ridwan berbicara panjang lebar. Sedikit demi sedikit Alya mulai mengerti dengan arah tujuan pembicaraannya. Alya diam membeku. Tidak berani menatap wajahnya.
“Alya... kamu sendiri sudah tahu kan terhadap sikap anak saya Libra?”
“Iya pak, memangnya apa yang membuat dia seperti itu?”Rasa penasaran telah mendorongnya untuk mengejar pembicaraan siang itu, dan tanpa ragu pak Ridwan pun menceritakan semua yang telah Libra alami.
“Dulu Libra punya kakak namanya Azka, dia usianya lebih tua tiga tahun dari Libra, Libra saaaangat menyayanginya, mereka sangat dekat bahkan hubungan mereka sudah seperti jiwa dan raga yang sangat sulit dipisahkan.”
“Tapi sejak Azka bertunangan dengan Alessia, Libra mulai menjaga jarak, dia memaklumi kondisi kakaknya yang sudah sibuk dengan tunangannya, tapi walaupun begitu mereka pasti punya waktu untuk bercanda tawa bersama, saling berbagi cerita, saling minta solusi, paling tidak dua hari sekali.”
“Sebenarnya Alessia itu anak yang baik, tapi... tanpa kami duga seminggu sebelum pernikahan mereka di gelar, dia seperti kerasukan setan, tiba-tiba dia membenci Azka, dia gak mau dekat dengan Azka, dan dia meminta Azka untuk membatalkan pernikahan itu, sementara Azka yang saat itu memang sudah sangat mencintai Alessia, tidak mau mengabulkan permintaannya, lalu Alessia nekad mau bunuh diri, tapi takdir berkata lain, bukan Alessia yang meninggal, malah Azka, dia tertabrak bus akas karena ingin menyelamatkan Alessia.”
Pak Ridwan begitu kuat, padahal air matanya sudah mengintai pelupuk matanya dan sudah siap menghujani daratan pipinya sejak tadi pertama dia menyinggung masalah kedua anaknya itu, tapi beliau mampu menguasai dirinya. Dengan sisa-sisa tenaga yang beliau miliki beliau melanjutkan ceritanya.
“Libra yang saat itu berada tak jauh dari tempat kejadian menjadi saksi atas kepergian kakaknya, dia berteriak-teriak menghujani Alessia dengan cacian dan makian.”
“Ya sejak saat itu, Libra membenci perempuan, karena setiap dia melihat perempuan pasti wajah Alessia yang selalu dia lihat.”
“Anggap saja dia mengalami depresi, walaupun dia masih ingat sama saya dan mamanya.”“Selama hampir dua tahun dia mengurung diri di rumah karena dia takut untuk bertemu dengan perempuan, sedangkan saya dan mamanya sangat khawatir, berbagai cara dan terapi yang kami lakukan untuk mengembalikan karakter aslinya, banyak para psikolog ternama yang kami datangkan demi kesembuhan dia, dan Alhamdulillah pada tahun berikutnya dia mulai hidup dalam dunia sadarnya, dia sudah mulai bisa menerima kenyataan bahwa kakaknya telah meninggal, saya mulai mengajarinya berbisnis, hingga dia mempunyai perusahaan atas nama dia sendiri, perusahaan ini terbangun murni karena usaha dan kerja kerasnya.”
Pak Ridwan menatap langit-langit ruangan berlantai tiga itu.
“Baru setelah beberapa tahun kemudian, saya mengenalkannya pada Mita, anak sahabat saya, awalnya dia menolak kalau di perusahaannya ada kaum perempuan, tapi saya tidak menyerah saya berusaha untuk meyakinkan dia bahwa tidak semua perempuan sama dengan Alessia.”
“Tahun demi tahun terlewati, Libra mulai bisa menerima kehadiran Mita. Lalu saya mendatangkan Dara. dan Alhamdulillah mereka berdua dapat di terima oleh Libra ya walaupun, awalnya tak henti-hentinya mereka selalu memohon kepada saya untuk berhenti kerja dari kantor Libra, dengan alasan mereka tidak kuat menghadapi sikap dinginnya Libra, tapi saya berusaha membujuk mereka, karena mereka adalah alat saya untuk mengubah persepsi anak saya.”
“Jujur... saya sangat bahagia sekali saat mendengar kabar dari Mita kalau Libra menerima kamu.”
“Dan saya benar-benar bahagia karena setiap hari saya mendengar Libra mengalami perubahan-perubahan sikap sejak kedatangan kamu.”Tatapan mata pak Ridwan berbinar-binar. Alya dapat melihat kalau lelaki separuh baya yang merupakan ayah ari bosnya itu, dari tatapan mata itu.
“Alya... saya benar-benar mau minta bantuan kamu, saya ingin anak saya hidup normal kembali, kamu mau kan?”
“Kenapa bapak memilih saya, Mita dan Dara jauh lebih tahu tentang Libra?”
“Alya... saya yakin kamu pasti bisa, bapak mohon nak!”
“Kami sudah kehabisan cara untuk menyadarkan dia.”
Alya menarik napasnya kuat-kuat lalu menghembuskannya perlahan. Betapa dia sangat mengerti dengan perasaan seorang lelaki separuh baya yang sedang berada di depannya itu.
“Baiklah jika itu mau bapak, Insya'allah saya siap membantu bapak.”Alya menuruti permintaannya. Sesaat kemudian Alya sudah keluar dari ruang kerja pak Ridwan; papanya Libra. Dia melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Mita. Tak seperti biasanya ketika dia tiba di pintu ruangan itu Alya mendapati kejanggalan dengan sikap kedua temannya Mita dan Dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Surga 2 (Tamat)
Fiction généraleMasih menceritakan kisah perempuan hebat yang menjadi kebanggaan suaminya. Kisah ini kelanjutan dari bidadari surga satu, tapi, ini versi anaknya Farhan dan Najwa, yaitu Alya.