41. Penyakit Alya

291 20 0
                                    

Hari ini Libra akan kembali ke Bangkalan. Dia sengaja tak memberi kabar pada Alya kerna ingin memberi kejutan untuknya. Libra sudah berada di Bandara Juanda dan bersiap pulang.

"Libra, kamu ada dimana?"
"Aku di bandara Ra, kenapa?"
"Lib, kamu langsung ke rumah sakit dr Soetomo saja ya, Alya...”

Libra memutuskan sambungan telponnya dan langsung menyetop taksi untuk pergi ke rumah sakit dr Soetomo Surabaya.

Astaghfirullahal adzim.

Sesekali Libra beristighfar dalam perjalanannya menuju rumah sakit itu dan untuk menghilangkan pikiran-pikiran negatif yang sejak tadi menggelayut di otaknya. Dia sangat ingin segera tahu dengan apa yang terjadi kepada isterinya. Beberapa saat kemudian taksi yang membawa Libra sudah tiba. Setelah membayar ongkos taksinya Libra segera mempercepat langkahnya sambil menelpon Dara untuk bertanya ruang rawat Alya.

"Dara dimana Alya?"

Dia nampak panik sekali saat menanyakan kabar isterinya pada Dara.

"Dia sudah di ruang ICU."

Libra berlari menuju ruang ICU dan menemui dokter Anisa yang menanganinya.

"Dokter, apa yang terjadi kepada isteri saya, kenapa dia seperti ini?"
"Bapak Libra sebaiknya kita bicara di kantor." Ucap dokter Anisa seraya beranjak menuju kantornya.

***

"

Duduklah pak Libra, dan tenangkan diri anda!"
"Bagaimana saya bisa tenang dokter, sedangkan saya tidak tahu dengan apa yang telah terjadi kepada isteri saya." Libra mulai jengah.
"Sebelumnya saya minta ma'af pak Libra, karena saya telah menyembunyikan hal yang sebenarnya dari anda."
"Isteri anda melarang saya untuk memberi tahu anda, karena katanya anda sedang sibuk mengurus pabrik tekstilnya di Singapore, dia tidak mau menambah beban pikiran anda dan mengganggu konsentrasi anda."

Dokter Anisa menghela napas panjang.

"Isteri anda mengidap kanker otak stadium empat juga gagal ginjal, tiga bulan sebelum dia hamil. Tepatnya setelah pembebasan anda dari sel di Singapore. Dan saya mengira penyebab utamanya adalah karena dia kekurangan cairan saat dia masih berada di jalanan selama dua hari saat kehilangan jejak anda. Sehingga ginjalnya mengalami kerusakan."

Bagai kilatan petir menyambar dada Libra. Semua gairah hidupnya seakan lenyap begitu mendengar orang yang sangat dikasihinya sedang menderita penyakit yang sangat membahayakan dirinya.

"Ketika pertama kali saya tahu bahwa dia hamil saya menyarankannya untuk menggugurkan kandungannya karena obat-obatan kanker sangat membahayakan janin, lebih-lebih kepada penderitanya."
"Saya sudah bilang bahwa dia pasti akan mempunyai anak kembali, setelah kanker dan gagal ginjal yang dideritanya sembuh."
"Tapi isteri anda tidak mau, dan saya pun tidak menyerah untuk selalu membujuknya, hingga akhirnya saya pun menyerah dan menuruti permintaannya untuk tetap merawat janin yang ada dalam rahimnya."

Libra masih belum habis-habisnya kaget mengenai penyakit yang diderita Alya. Apalagi mendengar cerita demi cerita dari dokter Anisa yang sangat detail.

"Dan saat ini bukan kali pertama dia masuk rumah sakit, ini sudah ke sekian kalinya, dan saat ini adalah kondisi paling parah."
"Ma'afkan saya, karena selama hampir satu tahun saya tidak pernah cerita kepada anda, itu semua atas permintaan ibu Alya."

Dokter Anisa sadar kalau yang ia lakukan selama ini salah. Menyembunyikan kebenaran bahwa gadis yang bernama Alya itu mengidap penyakit yang membahayakan nyawanya, dari Libra--suaminya.

"Lalu dokter Anisa mengikuti keinginan dia, padahal dokter tahu kalau masalah ini masalah serius dokter, saya suaminya, saya berhak tahu semua tentang dia."
"Iya ma'afkan saya pak."

Libra menenggelamkan wajahnya di balik dua telapak tangannya, terlintas setitik air mata di pipinya. Sedih, khawatir, gelisah... dan entahlah, semua rasa itu bercampur menjadi satu menyesakkan dadanya.

"Dulu, langkah pertama yang saya lakukan adalah berusaha menyingkirkan sel kanker yang bersarang di otaknya, sambil lalu memperhatikan gagal ginjalnya dengan menggunakan obat-obatan herbal, saya tidak berani melakukan radiotherapy apalagi kemoterapi karena seperti yang saya katakan sebelumnya obat-obatan itu sangat membahayakan janin juga ginjal ibu Alya yang memang sedang bermasalah. Baru setelah ibu Alya mendapatkan donor ginjal dan kondisinya mulai stabil, saya mulai melakukan radiotherapy dilanjutkan dengan kemoterapi, dan Alhamdulillah setelah menjalani kemoterapi yang ke tiga sel-sel kanker yang ada di otak ibu Alya berhasil kami bersihkan, dan kondisi ibu Alya kembali seperti semula."

"Tapi... semua itu hanya bertahan kurang lebih dua minggu."
"Apa bapak ingat, waktu bapak Libra dan ibu Alya pergi ke salah satu toko buku dekat rumah sakit ini, bapak menjumpai ibu Alya keluar dari kantor saya?"
"Iya saya ingat."
"Sebenarnya ibu Alya bukan hanya memeriksa kandungannya, tapi dia ingin memastikan bahwa keadaannya benar-benar telah sembuh."

"Tapi kenyataan pahit harus kami terima karena ternyata kanker otak yang telah dinyatakan sembuh juga gagal ginjal ibu Alya kembali, dan lebih parah dari pada sebelumnya."

"Ibu Alya orangnya begitu sabar pak, saya salut melihat perjalanan hidupnya. Oleh karena itu saya sangat bersemangat dalam menjalani proses pengobatan itu."

"Saya bersedia pak Libra, jika bapak mau melaporkan saya ke polisi, karena saya sadar kalau saya salah."
"Tidak dokter Anisa, justru saya berterima kasih kepada anda, karena anda telah setia menemani isteri saya selama ini."
"Lalu apa yang harus saya lakukan, apakah isteri saya masih bisa sembuh dokter?"

"Kemungkinannya sangat kecil pak Libra, penyakit yang di derita ibu Alya sangatlah parah, dua ginjalnya sama-sama mengalami kerusakan dan kanker otaknya berubah menjadi kanker ganas yang mempunyai daya perkembang biakan yang begitu cepat, dan kanker itu dapat di singkirkan hanya dengan radiotherapy dan kemoterapi, sedangkan radiotherapy juga kemoterapi itu tidak bisa di lakukan jika ginjal penderitanya mengalami kerusakan."

"Untuk sementara waktu, saya masih belum bisa melakukan tindakan medis yang cukup beresiko sampai nanti ibu Alya mendapatkan donor ginjal."
"Seperti prosedur yang telah berlalu."
"Dan izinkan kami mengangkat bayi yang ada dalam kandungan ibu Alya."
"Tapi dokter?"

"Pak Libra tenang saja, anak anda akan baik-baik saja, dia akan terawat dengan baik disini, ini juga demi kebaikan dia, dia tidak boleh berlama-lama berada dalam rahim ibu Alya karena selama beberapa bulan ke depan beliau akan melakukan pengobatan yang akan melibatkan obat-obatan kimia."

“Walau saya akui ibu Alya sangat menginginkan dia melahirkan lewat jalur normal. Tapi, kondisinya sekarang memungkinkan."
"Serahkan semuanya kepada Allah, kami akan melakukan yang terbaik untuk isteri anda."

Tak ada pilihan lain untuk menyelesaikan masalah ini. Libra menghela napas berat.

"Kalau begitu saya permisi dulu."

Libra pun meninggalkan kantor dokter Anisa dan memasuki ruang rawat Alya. Terlihat selang infus terpasang di tangan kirinya, dan selang oksigen terpasang di hidungnya. Wajahnya terlihat pucat.
Libra meraih tangan kanan Alya lalu menciumnya lembut, dan dia pun kembali terlarut dalam deraian air matanya. Teringat jelas kejadian beberapa bulan lalu.

Bidadari Surga 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang