20. Jadi?

320 28 0
                                        

Waktu pun terus bergulir, bulan Desember pun telah di ujung tanduk.

Hari ini tepatnya hari senin tanggal 25 desember 2019 Alya telah menerima lamaran dari anak seorang pengusaha ternama yang berasal dari kota Bangkalan yang mengatas namakan dirinya MOHAMMAD ALI IBRAHIM.

Pagi itu matahari menampakkan wajahnya begitu riang. Burung-burung berkicau riang saling bersahutan. Udara pagi itu begitu menyegarkan, seakan mereka ikut merasakan kebahagiaan Alya bersama calon suaminya. Lantunan Shalawat nabi mengiringi langkah mereka menuju tempat akad nikah akan dilangsungkan. Acara pernikahannya pun berlangsung meriah.

“QABILTU NIKAAHAHAA WA TAZWIIJAHAA BI DZAALIK.”

Untaian kalimat tahmid dan tasbih telah mengalun merdu di seantero ruangan itu begitu lelaki telah berhasil menyelesaikan ijab kabulnya dengan lancar. Linangan air mata bahagia telah membasahi kedua lesung pipi Alya beserta sang ayah tercintanya. Mereka saling berpelukan.

"Ternyata harus dengan adanya perpisahan dulu ya, baru kita bisa bersatu kembali." Suara berat itu menyapa telinga Alya.

Entah mengapa, gadis itu menundukkan kepalanya. Merasa belum siap bertemu dengan lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu. Ia masih saja tak bergerak dari tempatnya berdiri. Apalagi dengan kata-kata yang baru saja dilontarkan. Dia masih tidak mengerti dengan arah tujuan pembicaraannya.

“Allah itu memang maha mengetahui ya, buktinya Dia tahu bahwa saat ini orang yang aku butuhkan adalah kamu.”
“Aku benar-benar tidak menyangka bahwa apa yang aku impikan selama ini menjadi kenyataan.”

Lelaki itu, mulai mendekati Alya yang masih tetap berdiri di dekat jendela kamarnya dan mulai memeluk tubuh gadis berperawakan tinggi itu dari belakang. Alya memejamkan matanya. Tak tahu entah mengapa tiba-tiba pikirannya tertuju pada Libra.

“Seandainya aku tahu bahwa kamu adalah jodohku mungkin dulu aku tak akan berbuat sesuatu yang membuat kamu marah Alya.”

Alya terperanjat mendengar kata-kata seorang lelaki yang kini telah sah menjadi mahromnya. Dia melepaskan pelukan suaminya dan berbalik arah menghadap suaminya.

“Libra........” Ucapnya lirih.

Tatapan matanya nanar dan sudah berair. Dia menatap tak percaya ke arah lelaki yang berdiri tepat di hadapnnya, dengan senyum yang masih tercetak di bibirnya.

"Jadi Mohammad Ali Ibrahim, itu..."
“Iya ini aku, Mohammad Ali Ibrahim. Libra, suamimu.”

Alya tak mampu mengutarakan isi hatinya dengan kata-kata, hanya linangan air mata yang mulai bercucuran dari dua sudut matanya seakan mewakili perasaan hatinya yang terharu.

“Peluk aku Alya.”

Tanpa banyak bicara lagi, Alya memeluk erat dirinya.

“Libra.... Libra...”Hanya itu yang mampu Alya lontarkan.

Tak ada yang mampu menggantikan kebahagiaan yang Alya dan Libra rasakan saat ini. Bertemu dalam ikatan suci dan sakral setelah jarak dan waktu memisahkan mereka terlalu lama.

Bidadari Surga 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang