29. Pergi tanpa ijin

311 28 0
                                    

Tepat jam 24.00 pm Alya mendarat di bandara Halim perdana Kusuma Jakarta. Dia terpaksa berangkat seorang diri karena dia yakin Libra tak akan menghiraukannya, dan otomatis dia tidak akan bisa menghadiri acara pagelaran batik di butik milik Almarhum ayah dan ibunya. Dia baru mengetahui bahwa Almarhum kedua orang tuanya memiliki usaha  butik di daerah Kebayoran Lama.

"Fahri aku sudah tiba di bandara." Ucap Alya pada teman kerjanya dulu.

Sesaat kemudian Fahri beserta isterinya telah datang menjemput Alya. Rasa penasaran tiba-tiba merasuk ke dalam hati Fahri begitu melihat Alya hanya sendirian di bandara.

"Alya... kamu kok sendirian sih, katanya kamu mau ke sini bareng Libra?"
"Fahri please aku capek, nanti aku akan cerita di rumah kamu ok."
"Alya benar mas, jangan paksa dia bicara."
Isteri Fahri menguatkan argument Alya. Alya bersama Fahri juga isterinya menaiki mobil sedan berwarna merah begitu keluar dari bandara menuju arah kebayoran lama tempat dimana Fahri dan isterinya tinggal.

Malam semakin larut, rasa dingin menyelimuti tubuh ketiganya. Setelah isteri Fahri mengantarkan Alya menuju tempat istirahatnya, dia meninggalkan Alya dan beristirahat, sedangkan Alya tak mampu memejamkan matanya. Rasa bersalah kepada Libra telah berhasil membuatnya gelisah. Setitik air mata jatuh menuruni pipinya. Dia meraih ponselnya lalu membuka kontak whatsAppnya. Begitu nama Libra telah tampil di layar ponselnya dia langsung mengirim pesan kepada Libra.

"Mas ma'afkan aku, aku pergi tanpa izin dari kamu."

Alya menutup kembali ponselnya lalu meletakkannya. Dia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan mengambil wudlu', dan dia pun terlarut dalam kekhusyukan shalat tahajjudnya. Dia mulai menengadahkan kedua tangannya kepada tuhannya. Dia menumpahkan seluruh keluh kesahnya di hadapan tuhannya, linangan air mata mulai menggelinding setitik demi setitik.

"Ya Allah... Kuatkan hamba dalam menjalani kehidupan ini."
"Berikan hidayahmu agar suami hamba tahu bahwa hamba sama sekali tidak pernah selingkuh dengan Fahri"
"Hanya kepada Engkau hamba bisa memohon pertolongan Ya Allah..."
"Kabulkanlah permintaan hambamu yang berlumur dosa ini."  

Alya meraih sebuah al qur'an yang berada tak jauh dari tempat shalatnya. Dia mulai membacanya hingga tanpa terasa fajar shadiq pun telah menampakkan dirinya. Waktu telah menjelang subuh. Dengan segera Alya memenuhi panggilan tuhannya itu.
Sejenak Alya merehat pikirannya dengan menikmati keagungan tuhan di pagi itu, dia begitu menikmati dedaunan yang menghijau di arah selatan rumah Fahri.

"Alya... sarapan dulu yuk sebelum berangkat."

Alya menutup jendela kamarnya dan segera menemui Anita yang telah menunggunya bersama Fahri di meja makan.

Bidadari Surga 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang