Jisoo, seorang gadis cengeng tapi nakal, manja dan keras kepala sedang menjalani proses menuju kehidupan yang lebih baik untuk menebus kesalahan-kesalahannya pada Sang Ayah.
Namun di tengah-tengah prosesnya meninggalkan kebiasaan buruknya, dia dinik...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Imagine your face say hello to me and then all the bad days they're nothing to me, with you.. "Winter bear"
***
"
"Appa... Appaa.. ayo kita main bersama! Appa.."
"Taehyung-a.."
"Eomma, appa tidak bisa aku temukan, dia tidak ada dimanapun, apa kau tau dimana apa bersembunyi?"
"Taehyung-ah, mulai saat ini appa sudah tidak tinggal bersama dengan kita lagi,"
Taehyung berhenti berkeliling rumah lalu meletakan robot gundam berwarna putih yang merupakan pemberian sang ayah di hari ulang tahunnya kemarin di lantai. Ia mendongakkan wajah mungilnya untuk menatap kedua mata sang Ibu dengan mata besarnya yang berbinar polos tanpa mengerti arti sesungguhnya dari ucapan sang Ibu.
"Waeyo, eomma?" Tanya bocah kecil itu terhenyak kebingungan melihat sang ibu berkaca-kaca. Eomma terlihat sedih, batin bocah itu mendekat dan jari-jari mungilnya menggenggam erat telapak tangan Marlyn yang gagal mempertahankan sosok ayah hanya untuk seorang putranya.
"Appa harus pergi bekerja sangat jauh dari rumah, Taetae .. " lirih Marlyn.
Dia tahu tak sepantasnya menampakkan kesedihan yang kentara jelas di mata putra sulungnya dan membuat bocah enam tahun itu memiliki kesulitan berpikir dan ikut merasakan sesuatu yang mendesak-menghimpit di dalam dadanya.
Mata bulat itu mengerjap satu kali bersamaan kedua alis tebalnya yang menurun sedih. Bukan karena batal bermain dengan sang ayah. Melainkan ada ikatan batin yang terikat sangat kuat antara anak dan ibu.
"Eomma pasti ingin ikut appa, jangan menangis eomma ayo kita cari appa, aku akan berada disisimu menemani eomma,"
Taehyung si anak cerdas itu lantas menarik tangan dari tubuh yang mematung di tengah-tengah ruang kamarnya.
Alih-alih menggerakan kakinya yang lemas bak agar-agar setelah perkataan putranya barusan, kedua lututnya terjatuh menyentuh ubin marmer dan ia menarik tubuh mungil itu ke dalam dekapannya. Sesuatu yang menghimpit dan mendesak sudah meledak di dalam dadanya dan membuat keributan di dalam kamar dengan isakkan tangisnya.
Kim Taehyung tak berdaya, meski tergolong anak cerdas yang sering menyabet ranking di tempat kursusnya, dia tak bisa melakukan apa-apa selain melihat ibunya menangis seperti anak bayi ingin disusui. Tangan kecil yang memeluk Marlyn pada saat itu terlalu lemah dan juga rapuh.
Akan tetapi tidak ada yang menyangka jika pada hari itu awal terbentuknya tekad dari bocah laki-laki yang ingin segera menemukan ayahnya sebagai satu-satunya cara sang Ibu kembali tersenyum menjalani hari-harinya.