penyelidikan 2

61 4 2
                                    

Authot curhat sedikit boleh...(bolehlah ya?)
Kesal ne author cerita sudah terbuat hampir selesai terpotong saat terkirim kenapa ya? Terpaksa nich harus bikin ulang lagi sambungannya..maaf ya ? Terus ikutin jalan ceritanya n jangan lupa kritik dan sarannya. Maklum neh baru belajar...
Thanks atas perhatiannya.
*****"******************************
Aku berusaha menjelaskan kalau bahwa yang menjadi pendonor itu adalah keluarganya sendiri, akan tetapi dia justru mengatakan kalau dia tidak peduli akan hal itu. Baginya ryosuke adalah sebuah kesalahan. Jika saja anak itu tidak ada, mngkin nico lah yang mendaapatkan donor... Aku tidak menyangka kalau dia benar benar menyelidiki dan mengawasi keluarga yamada selama tiga bulan ini.  Aku rasa dia dibutakan oleh rasa kehilangannya terhadap nico dan melampiaskan hal itu pada orang lain."lanjut kouta panjang lebar. Inno menatapnya sangso.

"Jika taiga san mendengar ini, mungkin dia akan menyimpulkan kalau orang ini punya masalah kejiwaan, ckckck...kau merahasiakan ini dari si emu dan adiknya? Bagaimana dengan ibu mereka?" Inno menatap kouta meminta jawaban.

"Imo sudah lebih dulu tau dan aku yang memberitaunya tentang hal ini, dan aku juga sudah mengiriminya pesan untuk memberitaunya hal yang terjadi disini. Dari cerita hikaru keponakannya, imo bilang ingin pergi mencari seseorang namun hikaru tidak memberitauku siapa orang dimaksud itu...." jawab kouta seadanya.

Inno hanya diam menanggapi hal itu.
"Hikaru tau mengenai hal ini?"
Kouta menggeleng sebagai jawaban.

"Hanya aku, imo dan ojiisan yang baru tau setelah aku jelaskan kemarin dan sekarang kau sendiriyang baru saja mendengarnya...selebihnya mereka benar benar mengira ojisan mencoba bunuh diri..." Inno mengangguk mengerti.

"Tambah satu orang lagi dalam kalimat tadi...taiga juga tau..." Inno memperlihatkan layar ponselnya yang menandakan dia terhubung dengan salah satu panggilan disana.

"Yak! Kau licik inno san! " seru kouta geram. Sementara inno hanya tersenyum aneh.

" licik itu sifat alamiku, bukan begitu taiga san?" ujar inno sambil menempelkan ponsel tadi ditelinganya.
"Nah, taiga san...kau sudah tau bukan apa yang terjadi disini? Kuharap kita bisa sama sama menyelesaikan tugas ini....nanti aku akan menemuimu.."
PIP. Inno memutuskan sambungan telponnya dan menatap kouta yang tampak masih sedikit kesal padanya.

"Berhenti menatapku begitu, ini juga demi kelancaran tugasku dan dia... Baiklah, aku pergi... Oh ya selalu pegang ponselmu karena aku bisa saja sewaktu waktu harus mengabarimu secara mendadak." Kouta mendengus malas mendengar penuturan inno. Dia tersenyum saat inno melambai dan menghilang dibalik pintu.

"Haah semoga cepat selesai..." guman kouta singkat lalu beranjak dari kursinya. Dia harus menemui seseorang saat ini.
@@@@@@@@@@

"Emu chan..." Hikaru masuk kamar rawat ryosuke dengan tas yang cukup besar. Tadi dia pulang untuk mengambil beberapa pakaian emu juga ryosuke serta perlengkapan lainnya.

"Niichan, kenapa lama sekali?" Emu berdiri dan segera membantu menbawa beberapa kantong yang sepertinya berisi makanan dan juga buah buahan.

"Gomen ne, tadi sedikit macet." ujar hikaru singkat. Dia melirik ryosuke yang memejamkan mata. Tatapannya berubah sedih saat melihat anak itu begitu pucat.

"Niichan, kau tidak membawa pakaian untuk otousan?" pertanyaan emu sukses membuat hikaru menepuk keningnya dengan ekspresi bodoh.

"Astagaa aku lupa..." Hikaru hanya menggaruk tengkuknya canggung, sementara emu menghela nafas pelan.

"Aku saja yang mengambilnya niichan, tolong jaga ryo... Oh ya dia belum makan tapi sepertinya kouta niichan sudah mengansurkan cairan energi lewat infusnya...ahh dokter yang menangani ryo sudah datang tapi dia izin keluar sebentar, namanya Taiga Hanaya... Niichan tolong awasi ryo dan juga yang dilakukan dokter itu padanya..." ujar emu memberitau. Dia beralih mengusap sedikit peluh diwajah pucat adiknya.

"Niichan pergi sebentar ryo, bersikap baiklah...." Emu mengecup singkat kening adiknya lalu menatap hikaru yang juga tengah menatapnya.
"Aku titip ryo padamu niichan..." Hikaru mengangguk dan emu pun segera menghilang dibalik pintu.

"Haah...imo seharusnya disini sekarang.." guman hikaru sambil mengusap pelan rambut ryosuke.

Braakk!
"YAMACHAN!"

"Yak! Tenang sedikit Chinen Yuri! Ini rumah sakit!" Hikaru yang tadinya sibum dengan kegiatannya mengusap rambut ryosuke terkejut saat ada seseorang dengan seenaknya mengebrak pintu disusul ocehan yang sangat mengganggu.

"Suaramu baruan justru lebih berisik yuto kun..." ujar hikaru dengan tatapan mematikan. Yuto dan yuri menunduk sambil menggumankan maaf.

"Sudahlah, aku hanya tidak ingin ryosuke terganggu dan bang..." kalimat hikaru terputus saat matanya beralih kearah ryosuke dan anak itu telah kembali membuka matanya. Hikaru menghela nafas dan kembali melayangkan tatapan tajam pada yuto juga yuri. Berbeda dengan yuto yang takut, yuri malah mengabaikan halbitu dan segera menghampiri ryosuke.

"Yama? Hei? Yamachan?"

"Sudahlah chii...dia tidak akan meresponmu..." Hikaru merangkul yuri, sepertinya anak itu cukup terkejut.

"Nani? Ada apa dengannya?" tanya yuri tak sabaran.

"Trauma psikis, biasanya terjadi saat seseorang merasa tertekan, merasa tak aman dan juga tak nyaman dengam lingkungannya. Kehilangan rasa percaya, lebih murung, pendiam dan juga mudah menangis saat ketakutan karena telah merasa kehilangan sosok orang yang telah melindunginya. Hal ini dapat terjadi saat seseorang mengalami kejadian yang membuatnya terluka secara batin, luka ditubuh mungkin bisa disembuhkan namun luka batin tak ada yang tau bagaimana penyembuhannya. Sejauh ini begitulah analisaku tentang kkeadaannya."
Hikaru, yuto dan yuri terkejut saat seorang lelaki masuk dan berbicara panjang lebar seperti itu. Mereka melemparkan tatapan bertanya mengatakan siapa kau?

"Kenalkan, namaku Taiga Hanaya. Aku dokter yang akan menangani ryosuke.." ujar lelaki itu singkat dan membungkukkan badannya sedikit.

"Jadi anda yang bernama Taiga Hanaya? Aku sepupu ryosuke Yaotome Hikaru. Anda bisa memanggilku hikaru, taiga san." Hikaru mengulurkan tangannya dan taiga menyambut uluran tangan itu dengan ramah.

"Dia teman ryosuke, chinen yuri dan yang tinggi itu nakajima yuto sahabat emu..." Yuto dan yuri membungkuk singkat saat taiga beralih menatap mereka.

"Baiklah, aku mengerti... Hmm aku bisa meminta waktu untuk bicara dengan ryo? Hanya berdua, bagaimana?" Hikaru, yuto dan yuri bertatapan seolah tengah diskusi dan setelahnya tatapan beralih menatap ryosuke yang tak bergeming sedikitpun. Sesaat kemudian mereka semua mengangguk dan mulai keluar kamar rawat ryosuke. Miski yuri harus ditarik paksa oleh yuto agar bersedia keluar.

Taiga tersenyum saat dirinya hanya tinggal berdua dengan ryosuke. Ruamgan ini terasa sangat sunyi dan juga terasa dingin padahal sudah ada penghangat ruangan disana. Taiga melangkah pelan mendekati ryosuke, dia menarik kursi untuk duduk disisi tempat tidur ryosuke dan menatap anak itu lembut.

"Hai ryo, aku Taiga Hanaya. Kau pasti sudah dengar tadikan? Aku seorang dokter. Aku harap kita bisa berteman baik... Kau bisa menganggapku niisanmu..." ujar taiga tulus. Ryosuke tetap diam, hanya matanya yang sesekali berkedip dengan tempo yang sangat lambat.

"Namamu Yamada Ryosuke bukan? Bagaimana aku harus memanggilmu? Ryosuke? Ryo? Atau yamachan? Yang mana panggilan yang kau suka?" Taiga kembali tersenyum saat ryosuke tak merespon sama sekali. Dia mengusap rambut ryosuke dan ryosuke merespon. Anak itu sedikit tetkejut dan gemetar.

"Sttt aku tidak akan menyakitimu, ryo! Percayalah, aku tidak mungkin menyakitimu..." perlahan tubuh ryosuke mulai terbiasa dengan sentuhan taiga. Taiga tersenyum, anak ini benar benar kehilangan rasa percaya pada orang lain. Taiga menarik sebuah kesimpulan...

..........

Endless Moment (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang